Setiap pagi seusai bangun tidur, di rumahnya di kawasan Felicity, California, Amerika Serikat, Jacques-Andre Istel berolahraga ringan. Setelah itu, pria berusia 94 tahun tersebut sarapan di tempat tidurnya. Kawasan tempat tinggal Istel yang berada di tengah bentangan Gurun Sonora California itu, kerap disebut sebagai pusat dunia.
Istel adalah pendiri Felicity dan juga wali kota. Selama hampir empat dekade, pria kelahiran Prancis itu telah membangun museum sejarah manusia. "Ini tidak ada di tempat lain di planet ini," katanya kepada AFP.
Dari dua rumah kecil yang dibangun pada 1986, kawasan itu kini telah berkembang dan dilengkapi dengan amfiteater impian Istel, seluas 2.600 acre (1.052 hektar). Di situ juga ada sebuah jam matahari besar sebagai penanda waktu. Bayangannya seperti lukisan Michelangelo di Kapel Sistina. Di situ juga dibangun sebuah piramid.
Di dekatnya ada tangga tua yang dulunya merupakan bagian dari Menara Eiffel. Kantor pos kota, yang dioperasikan Istel sejak Desember 1987, mengumpulkan dan mendistribusikan surat untuk segelintir penduduk dan turis. Sebuah cek gaji senilai $1 yang dikirim oleh Departemen Keuangan AS setiap tahun yang tidak diuangkan, dibingkai di museum itu.
Istel terpilih sebagai wali kota Felicity tak lama setelah kawasan yang disebut pusat dunia itu, didirikan, dengan kemenangan telak. Nama kota itu diambil dari nama istrinya, Felicia.
Pusat dunia
Kini Felicity menjadi destinasi wisata yang cukup terkenal. Ratusan turis mampir setiap hari mengunjungi wilayah itu terutama di bulan Oktober dan April.
Istel yang menyukai sejarah mengakui dia menggunakan sedikit kreativitas untuk membangun Felicity. "Pusat dunia bisa di mana saja," ujarnya tersenyum.
Alasan Felicity disebut pusat dunia karena di wilayah itu terdapat 723 panel granit merah yang berisi uraian mengenai sejarah, geografi, politik, sains, mode, dan budaya dari seluruh dunia.
Ada sebuah panel yang menceritakan kisah perbudakan di Amerika Serikat, serta kehidupan Alexander Agung. Satu lempengan granit lainnya berhubungan dengan ritual pengorbanan bangsa Viking, sementara yang lain mencatat kebiasaan makan orang Amerika.
Penerjun payung
Istel lahir pada tahun 1929 dari keluarga bangsawan di ibu kota Prancis. Dia meninggalkan negara itu saat Nazi bersiap untuk menginvasi Paris. "Saya di sini (Amerika Serikat) berkat Jerman," katanya. "Keluarga saya berperang melawan mereka selama tiga generasi. Ayah saya pergi ke Inggris bersama [Charles] De Gaulle, saudara laki-laki saya meninggalkan Angkatan Darat Prancis ke Kanada dan mendaftar di Angkatan Udara Kerajaan Kanada dan akhirnya meninggal, dan ibu saya serta kami semua anak-anak datang ke Amerika."
Setelah mendapatkan gelar di bidang ekonomi, Istel muda terjun ke bisnis perbankan keluarga di Wall Street. Tetapi, setelah mengalami guncangan keuangan, akhirnya dia malah berkarier sebagai penerjun payung profesional.
Mencari sensasi di luar pekerjaan yang sebenarnya tidak dia sukai, Istel akhirnya mendapatkan lisensi pilotnya dan ikut terjun payung untuk pertama kalinya.
Sebuah perjalanan ke Eropa mengenalkannya pada aktivitas skydiving, namun ia tidak mau menyebutkan namanya. Pengalaman itu lantas memantik idenya setelah ia kembali ke Amerika Serikat. Istel lalu mendirikan perusahaan skydiving dan mempopulerkan olahraga rekreasi itu di AS. Tak heran ia juga dikenal sebagai "Bapak skydiving Amerika".
Kontrak dengan militer dan bisnis yang ditekuninya membuat perusahaan itu sukses, sehingga ia mampu membangun kawasan Felicity. Istel mengatakan museum yang dibangunnya bukanlah warisan untuk dirinya sendiri, tetapi hadiah untuk seluruh umat manusia.
Mungkin tempat itu akan menjadi tempat ziarah bagi generasi mendatang atau mungkin akan terkubur bersama gempa yang sering terjadi di California. "Jika itu terjadi yang terpenting adalah para arkeolog masa depan akan menemukan penemuan hebat," katanya tersenyum.
“Bagaimana jika mereka tidak pernah menemukannya,”? tanya AFP. “Nah, begitulah kadang-kadang hidup berjalan. Semuanya akan dilupakan," katanya. (AFP/M-3)