07 May 2023, 03:00 WIB

Konsistensi James Gunn dan Perpisahan Manisnya


Fathurrozak |

SEJAK menangani Guardian of The Galaxy (GoTG) pada edisi perdananya di 2014 hingga kini mencapai trilogi, sutradara James Gunn selalu memberikan sentuhan yang konsisten 

Alih-alih menggunakan adegan ledakan atau duel menggegerkan yang biasanya menjadi template film pahlawan super, James Gunn justru memilih Creep versi akustik milik Radiohead diputar nyaring sembari menunjukkan raut muka murung seekor rakun.

Setelah adegan bayi-bayi rakun yang diambil sebuah tangan dalam sudut kamera super dekat (extreme close up), GoTG Volume 3 menunjukkan latar dari markas para penjaga galaksi dalam linimasa pasca-Endgame.

Star Lord Peter Quill (Chris Pratt) masih berkubang dalam kesedihannya ditinggal Gamora (Zoe Saldana), sementara anggota GoTG lain sudah mafhum dengan kebiasaannya. Di GoTG Volume 3 ini, juga diperlihatkan kini Nebula sudah menjadi bagian dari GoTG.

Di volume ketiga ini, Gunn menawarkan cerita yang berpusat pada Rocket Racoon (disulih suara oleh Bradley Cooper). Hal itu sudah ditunjukkan sejak adegan mula. Creep versi akustik yang masuk di bagian awal juga sekaligus menebalkan ke mana arah film ini berjalan. GoTG Vol. 3 mengeksplorasi sisi emosional dengan menunjukkan masa lalu kelam Rocket Racoon yang merupakan percobaan dari The High Evolutionary (Chukwudi Iwuji). 

Premis itu berhasil menjadikan GoTG sebagai seri film dari jagat sinema Marvel yang selalu punya sentuhan lain. Punya penceritaan mendalam yang mengulik lapisan karakternya, serta bergaya dengan kurasi lagu-lagu yang dimasukkan. Setelah pada volume keduanya penonton dibawa pada sisi emosional hubungan ‘ayah’-anak Yondu Udonta (Michael Rooker) dan Star Lord, kini sisi tersebut tetap dipertahankan dengan cerita Rocket Racoon.

Di tengah kelelahan pada film-film pahlawan super dengan segala premis penceritaan berkenaan melawan musuh agung, GoTG istikamah dengan kekuatan emosional pada karakternya meski juga tetap tidak mengesampingkan duel-duel dan konsep pahlawan-musuh.

James Mangold pernah melakukannya lewat Logan (2017) tentang bagaimana film pahlawan super diarahkan agar memiliki kedalaman karakter dan penceritaan.

Lewat film sempalan dari X Men itu, Mangold meramu Wolverine sebagai sosok yang memiliki kerapuhan. Kian terlihat lapisan karakter kemanusiaannya saat ia diintensikan sebagai sosok ayah bagi Laura (Dafne Keen), sosok mutan kecil yang ada di film tersebut.

GoTG Volume 2 (2017), secara kedekatan penceritaan juga memiliki sentuhan mirip dengan yang dilakukan Mangold di Logan. Di triloginya ini, Gunn mengambil jalur yang sama dengan film terdahulu tapi kini ia menggali lapisan karakter titulernya, Rocket Racoon.

Ia juga membawa dinamika hubungan antar-karakter yang memperbarui cerita di sekuelnya. Star Lord dan Gamora, yang tidak lagi bersama. Bagaimana cara pandang Mantis (Pom Klementieff) pada Drax (Dave Bautista), juga Nebula, yang tidak melulu ditampilkan sebagai karakter yang dingin.

Volume 3 ini sekaligus menjadi penyegar fase kelima MCU setelah trilogi Ant-Man yang kurang memberi kesan apik akibat masih mengambil jalur konformitas film pahlawan super. Gunn piawai memanusiakan karakter pahlawan supernya.

Soal musik, barangkali pengikut filmnya sudah familier dengan kurasi daftar putar Gunn. Memang bisa jadi elemen lagu yang padat itu bakal menimbulkan efek jengah. Tapi jika dianalisis, lagu-lagu yang muncul sepanjang film di volume 3 ini menjadi unsur diagetik. Sehingga secara logika menjadi lebih diterima.

Di garapannya yang lain bersama DC misalnya, The Suicide Squad (2021) dan serial Peacemaker (2022), ia juga menunjukkan selera musiknya dengan lagu-lagu yang memiliki kesamaan nuansa seperti di GoTG. Lagu dari era terdahulu, lagu-lagu rock lawas.  

Kini Gunn  tengah bersiap merapikan linimasa DC, dan perpisahannya dengan Marvel menjadi manis lewat film GoTG Volume 3. (M-2) 

BERITA TERKAIT