Setelah enam tahun hiatus, penulis Jepang Haruki Murakami meluncurkan novel barunya. Lusinan penggemarnya yang bersemangat rela mengantre di luar toko buku di Tokyo, pada Rabu (12/4) tengah malam.
Novel berjudul The City and Its Uncertain Walls (Kota dan Tembok yang rapuh) sejauh ini hanya tersedia dalam bahasa Jepang. Buku itu ditumpuk di atas meja di pintu masuk Toko Kinokuniya di pusat distrik Shinjuku.
"Saya ingin membacanya segera setelah sampai di rumah. Sebanyak saya ingin menikmati setiap kalimat, saya mungkin akan membaca semuanya sekaligus," kata Shunsuke Mitsumoto, salah satu orang pertama yang mendapatkan karya terbaru dari Murakami, pengarang yang memiliki pengikut setia untuk karya-karya surealisnya yang kadang dibumbui dengan referensi budaya pop.
"Saya senang, buku ini akan membawa kita ke dunia baru lagi," tambah pria berusia 39 tahun yang merupakan anggota kelompok membaca Murakami.
Murakami, penulis buku laris ini terkenal dengan kisahnya yang rumit tentang absurditas dan kesepian kehidupan modern. Karyanya telah diterjemahkan ke dalam sekitar 50 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Novel Murakami sebelumnya, "Killing Commendatore", diterbitkan pada Februari 2017.
Dalam sebuah pesan yang dirilis oleh penerbit Shinchosha menjelang rilis buku barunya, Murakami mengatakan dia menulis novel tersebut saat menjalani isolasi mandiri selama pandemi virus corona.
Seperti biasa, pria berusia 74 tahun itu menggambarkan proses kerjanya dengan gaya yang penuh teka-teki. Dia hanya mengatakan "seperti pembaca mimpi yang membaca mimpi lama di perpustakaan".
Murakami beberapa kali dinominasikan untuk hadiah Nobel Sastra. Penulis novel Norwegian Wood dan Kafka on the Shore ini adalah sosok yang tertutup.
Menjelang Kamis dini hari itu, seorang penggemarnya yang berusia 28 tahun, Chikako Muramatsu mengatakan bahwa penulis favoritnya itu dicintai oleh banyak orang. "Sepertinya banyak penggemar dari generasi orang tuaku, tapi ada beberapa penggemar berat Haruki di generasiku juga," katanya.
Pengantre lainnya, Yuji Katayama, mengaku sebagai penggemar lama Murakami. “Saya merasa semakin tua dengan karakter-karakter dalam buku-bukunya. Saya merasakan empati kepada mereka,” ujarnya.
"Saya menganggap novel-novelnya sebagai buku teks saya. Dengan membaca buku-bukunya, saya mengetahui hal-hal baru, seperti pengetahuannya tentang novel-novel asing," imbuh pria berusia 54 tahun tersebut. (AFP/M-3)