04 February 2023, 17:16 WIB

Mengais Sisa-sisa dari Pertempuran Bersejarah Waterloo


Adiyanto |

Pada 18 Juni 1815, terjadi bentrokan sengit di Waterloo antara pasukan Napoleon Bonaparte melawan tentara koalisi Inggris dan Prusia (cikal bakal Jerman). Pada palagan yang terletak 20 kilometer (12 mil) selatan Brussel, Belgia itu, tentara Napoleon yang kalah jumlah, menyerah kalah.

Lebih dari dua abad kemudian, tulang-belulang tentara yang terbunuh di medan perang terkenal itu, terus membuat penasaran para peneliti dan sejumlah pakar Belgia. Mereka tertarik untuk merekonstruksi momen bersejarah itu.

"Begitu banyak tulang -- sungguh unik!" seru salah satu sejarawan tersebut, Bernard Wilkin, saat dia berdiri di depan meja ahli patologi forensik yang memegang dua tengkorak, tiga tulang paha, dan tulang pinggul.

Dia berada di ruang otopsi di Institut Kedokteran Forensik di Liege, Belgia timur, di mana tes sedang dilakukan pada sisa-sisa kerangka untuk menentukan dari mana keempat tentara itu berasal.

Menurut sejarawan sedikitnya ada setengah lusin negara Eropa yang terlibat dalam pertempuran bersejarah itu. Pertempuran yang memupus ambisi Napoleon untuk membangun empirium besar di benua biru, dan mengakibatkan kematian sekitar 20 ribu tentara.

Sejak itu, para sejarawan dengan bantuan kemajuan di bidang genetik, medis, dan pemindaian, berupaya mengumpulkan ‘lembaran masa lalu’ itu dari sisa-sisa yang terkubur di tanah.

Beberapa dari sisa-sisa itu telah ditemukan melalui penggalian arkeologi, seperti tahun lalu yang memungkinkan penyusunan kembali kerangka yang ditemukan tidak jauh dari halaman rumah sakit yang didirikan Duke of Wellington dari Inggris.

Namun, sisa-sisa yang diperiksa oleh Wilkin muncul melalui area lain. Sejarawan yang bekerja untuk arsip sejarah pemerintah Belgia itu mengatakan, saat menggelar konferensi akhir tahun lalu seseorang menghampirinya.

"Pria paruh baya ini datang dan mengatakan kepada saya, 'Tuan Wilkin, saya menyimpan beberapa jenazah orang Prusia di loteng saya,” ujarnya seperti dikutip AFP, Jumat (3/2).

Jenazah itu tetap tersimpan sampai pria itu bertemu Wilkin, yang dia yakini dapat menganalisanya dan menguburnya secara layak.

Item utama yang menarik dari temuan jenazah ini adalah kaki kanan dengan hampir semua jari kakinya yang masih utuh.

"Untuk melihat kaki yang terawetkan dengan baik sangat jarang, karena biasanya tulang-tulang kecil ini menghilang," kata Mathilde Daumas, seorang antropolog di Universite Libre de Bruxelles, yang merupakan bagian dari tim peneliti.

Namun, mengenai asal usul kewarganegaraan jenazah itu, para ahli tampaknya perlu berhati-hati.

Menurut Wilkin, tempat jenazah itu ditemukan, yakni di Desa Plancenoit, memang menjadi tempat pasukan Prusia dan Napoleon bertempur sengit. Namun, menurut dia, bisa saja itu adalah sisa-sisa tubuh tentara Prancis.

Potongan-potongan sepatu bot dan gesper logam yang ditemukan menunjukkan seragam yang dikenakan oleh tentara dari pihak Prusia yang bertempur melawan Prancis.

“Tapi kita tahu bahwa tentara biasanya menelanjangi (melucuti)  pakaian lawannya untuk perlengkapan mereka sendiri," kata sejarawan itu.

Menurut Wilkin pakaian dan asesoris bukanlah indikator yang dapat diandalkan untuk menelusuri kewarganegaraan kerangka yang ditemukan di medan perang Waterloo.

Tes DNA

Yang lebih bisa diandalkan saat ini adalah tes DNA. Dr Philippe Boxho, seorang ahli patologi forensik mengatakan, masih ada bagian tulang yang harus diteliti DNA-nya dan kira-kira dua bulan lagi baru diketahui hasilnya.

“Selama materi pelajarannya kering kita bisa melakukan sesuatu. Musuh terbesar kita adalah kelembaban, yang membuat semuanya hancur,” jelasnya.

“Gigi khususnya, dengan jejak strontium, unsur kimia alami yang terakumulasi dalam tulang manusia, dapat menunjuk ke daerah tertentu melalui geologi mereka,” katanya.

Wilkin mengatakan kemungkinan  tiga sampai lima tentara yang diperiksa ini berasal dari pihak Prancis dan Jerman. (AFP/M-3)

BERITA TERKAIT