26 December 2022, 21:02 WIB

I Wanna Dance With Somebody, Pelipur Rindu kepada Whitney Houston


Nike Amelia Sari |

Film biopik Whitney Houston, I Wanna Dance With Somebody sudah tayang di bioskop mulai 23 Desember 2022. Whitney Houston merupakan superstar internasional yang memiliki suara emas, dan hingga saat ini ia masih menjadi satu-satunya artis dengan tujuh single hit nomor 1 berturut-turut di tangga lagu Billboard Hot 100 AS. Ia sering dijuluki sebagai 'The Voice'.

Film yang dikomandoi sutradara Kasi Lemmons (Harriet, Self Made) ini bercerita mengenai perjalanan karier Houston, kehidupan pribadi hingga problematika hidup yang dialami sang diva. Sosok Whitney Houston diperankan oleh aktris Inggris, Naomi Ackie.

Di awal film, penonton diajak menyaksikan sosok Houston remaja, penyanyi gereja nan berbakat. Talentanya menurun dari sang ibunda, Cissy Houston, yang berkiprah sebagai penyanyi gospel profesional, sekaligus 'guru vokal' Houston.

Pada suatu kesempatan, Houston diminta sang ibu untuk bernyanyi solo di atas panggung kelab malam dan ia pun merasa gugup ketika menuju ke atas panggung. Whitney yang masih belum berpengalaman mulai bernyanyi, dan adegan itu merupakan yang pertama dari banyak adegan pertunjukan yang akan membuat penonton merinding.

Para penonton yang familier dengan kisah hidup Whitney Houston barangkali akan mengenali momentum tersebut. Momentum ketika Houston menyanyikan The Greatest Love of All dan memukau Clive Davis (Stanley Tucci), seorang produser eksekutif ternama. Davis lantas mengajaknya bekerja sama. Mulai dari sini, Houston mulai meniti tangga kariernya menuju puncak.

I Wanna Dance with Somebody berhasil dikemas secara apik oleh sutradara Kasi Lemmons. Alur cerita dari film biopik tentang mendiang musisi kenamaan Amerika Serikat ini tersusun runut dan jelas.Film yang ditulis skenarionya oleh Anthony McCarten (Bohemian Rhapsody) tersebut berhasil menggambarkan bagaimana tekanan ketenaran, kecanduan narkoba, perselisihan keluarga, dan hubungan yang tidak stabil menyelimuti perjalanan karier dan kehidupan Houston.

Konflik yang terjadi di film ini disuguhkan tidak begitu bergejolak, kalau tidak ingin dikatakan sekadarnya. Penonton tidak benar-benar dapat mengetahui, misalnya, siapa yang pertama mengenalkan Houston dengan kokain, atau kapan ia menjadi kecanduan, atau bagaimana tekanan atas orientasi seksual Houston memengaruhi dirinya.

Namun, secara keseluruhan, film yang berdurasi 2 jam 24 menit ini tidak membosankan lantaran dalam film ini menyelipkan sejumlah adegan dialog yang berhasil memicu gelak tawa penonton. Ini memperlihatkan bagaimana sosok Houston yang humoris.

Penonton diajak membayangkan bagaimana yang dirasakan Houston saat menghadapi titik tersulit dalam hidupnya. Sisi emosional dalam film ini berhasil digambarkan dengan baik sehingga penonton ikut merasakan kesedihan, rasa tertekan, hingga kegembiraan dari kesuksesan Houston.

Selain itu, tentunya koleksi lagu-lagu hit Whitney Houston yang mewarnai film ini akan memancing antusiasme penonton ataupun pengobat rindu. Ackie sendiri patut diacungi jempol, ia cukup mampu memerankan sosok Houston dengan sangat baik dan lugas. Ia juga berhasil 'menghidupkan' lagu-lagu Houston dari tatapan matanya yang tajam saat di atas panggung hingga gerak seluruh tubuhnya saat lip-synch. Seperti saat aksi panggung di Super Bowl dan American Music Awards 1994. Tentu, akting Ackie tersebut juga didukung dengan musik, gerak visual kamera, latar situasi yang digambarkan film, hingga peran yang dimainkan secara baik oleh para pemain lainnya.

Pada penghujung film, penonton diajak mengetahui bahwa penyanyi top tersebut ditemukan meninggal pada Februari 2012 di kamar mandi Hotel Beverly Hills, Los Angeles, AS, disebabkan oleh insiden yang dipengaruhi overdosis obat-obatan. Whitney Houston meninggal dalam usianya yang ke-48. (M-2)

 

BERITA TERKAIT