MAKANAN ultra proses adalah racikan dari berbagai bahan industri seperti pengemulsi, pengental, dan perasa buatan yang diolah menjadi produk makanan melalui serangkaian proses di pabrik. Sejumlah kategori makanan olahan itu termasuk makanan beku olahan, makanan cepat saji, sereal, makanan ringan kemasan, roti, donat, es krim, keripik, biskuit, kue, soda, margarin hingga permen.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan oleh JAMA Neurology mengungkapkan bahwa jika seseorang mengonsumsi lebih dari 20 persen kebutuhan kalori dari makanan ultra proses selama 10 tahun, dapat berisiko lebih tinggi terhadap penurunan kognitif. Hal itu setara saat Anda memesan kentang goreng dan burger keju biasa dari McDonald's mengandung 530 kalori.
Dilansir The New York Times pada Selasa, (6/12), dalam penelitian ini peserta dikelompokkan berdasarkan pola makan sehari-hari. Di antaranya adalah kelompok yang sering mengonsumsi makanan ultra proses, jarang mengonsumsi makanan tersebut, hingga mengikuti diet MIND, yakni sebuah paduan dari diet DASH dan Mediterania.
Saat ini di negara Inggris menyumbang 56,8 persen atau konsumsi makanan ultra proses terbesar. Sedangkan di Amerika Serikat mencapai 58 persen, dan Kanada sebanyak 48 persen makanan olahan pabrik yang dibuat secara massal dan dijual dalam bentuk kemasan atau makanan ultra proses," ujar rekan penulis Dr. Claudia Suemoto, seorang kata asisten profesor di divisi geriatri di Fakultas Kedokteran Universitas São Paulo, Brasil.
Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa orang yang terlalu sering mengonsumsi makanan ultra proses ini dikaitkan dengan tingkat penurunan fungsi kognitif sekitar 28 persen lebih cepat dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsinya atau menerapkan pola makan sehat.
Hal ini tentu perlu diperhatikan karena fungsi kognitif penting dalam pengambil keputusan dan pemprosesan informasi. Penelitian yang melibatkan 10.000 orang dewasa di Brasil dengan rentang usia antara 35- hingga 74 tahun yang mengonsumsi lebih dari 20 persen kebutuhan kalori dari makanan ultra proses selama 10 tahun itu bertujuan untuk melihat bagaimana makan jenis makanan ultra proses memengaruhi fungsi otak yang berperan dalam fungsi kognitif.
Peserta diuji pada awal dan akhir penelitian untuk melihat apakah kondisi mental mereka telah berubah. Kemampuan fungsi kognitif itu dinilai berdasarkan kekuatan ingatan atau memori, pengenalan kata, hingga kefasihan berbicara melalui serangkaian tes kognitif yang mereka ikuti setiap tahun.
Para ilmuwan melihat tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi kognitif peserta yang rata-rata berusia 51 tahun selama periode observasi, yang dilakukan dalam kurun waktu delapan tahun untuk setiap individu.
Mereka yang mengonsumsi makanan ultra-olahan paling banyak memiliki tingkat penurunan kognitif 28 persem lebih cepat dan tingkat penurunan fungsi eksekutif 25 persen lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang makan kurang dari 20 persen.
Selain penurunan kognitif, makanan ultra-olahan dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, masalah jantung dan sirkulasi, diabetes, kanker, dan rentang hidup yang lebih pendek.
Salah satu cara untuk mencegah makanan ultra-olahan merusak kesehatan kognitif Anda adalah dengan memasak dan menyiapkan makanan dengan cara yang lebih sehar. Meskipun memasak lebih membutuhkan waktu namun hal tersebut sangat berharga bagi kesehatan.
"Hal itu akan melindungi jantung Anda dan menjaga otak Anda dari demensia atau penyakit Alzheimer. Jadi berhentilah membeli bahan-bahan yang diproses secara instan," ujar Suemoto. (M-1)