21 October 2022, 12:16 WIB

Tobatenun Luncurkan Koleksi Couture Berbahan Ulos


Putri Rosmalia |

Jenama Tobatenun meluncurkan koleksi couture pertama mereka dengan bahan utama kain tenun khas Batak, ulos. Koleksi bernama Kayu & Kosmos tersebut diluncurkan untuk memeringati Hari Ulos Nasional yang jatuh setiap tanggal 17 Oktober.

Founder & CEO PT Toba Tenun Sejahtra, Kerri Na Basaria, mengatakan Kayu & Kosmos terdiri atas 17 tampilan. Di dalamnya terdapat busana wanita seperti dress, outer, vest, cape, bralette, pants, dan corset. Selain itu juga terdapat pilihan busana pria seperti trouser, blazer, t-shirt, dan overalls.

Busana-busana pada Kayu & Kosmos dibuat dengan perpaduan kain tenun ulos dengan bemberg, linen, dan katun. Sebagai pelengkap, dihadirkan berbagai ornamen yang dibuat dengan teknik sulam dan aplikasi manik-manik.

“Manik-manik dan sulaman yang rumit dibuat dalam berbagai rupa makhluk spiritual yang menawarkan keamanan serta kenyamanan bagi penggunanya,” ujar Kerri, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, (21/10).

Dijelaskan oleh Kerri, Kayu & Kosmos terinspirasi dari dewa-dewa Batak kuno yang biasa terukir di ruma bolon atau rumah tradisional suku Batak. Ukiran tersebut dibuat sebagai doa-doa perlindungan dan merepresentasikan tradisi kosmologis yang kaya pada tradisi Toba sebelum kolonisasi Eropa dan agama luar.

“Melalui koleksi ini, Tobatenun ingin mengangkat seni pahatan pada tradisi Batak Toba yang sering kali terabaikan atau terlupakan. Seni ukir atau pahatan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Toba,” tutur Kerri.

Warna-warna yang dihadirkan juga dipilih berdasarkan ciri khas budaya Batak Toba. Setipa warna memiliki makna dan representasinya masing-masing.

“Di antaranya digunakan warna biru (balau) dari ulos bintang maratur dan merah (rara) dari ulos ragi hotang merupakan representasi air dan api, dua kebutuhan dalam perkembangan manusia. Seluruh koleksi Kayu & Kosmos tentunya juga menggunakan pewarnaan alam, seperti indigo, tingi atau merah-kecoklatan, dan jior atau coklat tua,” ujar Kerri.

Kerri mengatakan membangun ekosistem ulos merupakan hal yang penting untuk dapat merevitalisasi dan melestarikannya. Pembuatan kain ulos juga akan sejalan dengan upaya pemberdayaan perempuan karena pembuat ulon selalu didominasi oleh kaum perempuan Batak atau yang biasa disebut Partonun.

“Pemberdayaan komunitas Partonun yang berada di pedesaan memiliki potensi untuk berkembang dan maju dengan memanfaatkan budaya-budaya lokal, sehingga produk yang dihasilkan tidak hanya bernilai seni, tetapi juga dapat meningkatkan ekonomi,” tutup Kerri.

(M-4)

 

BERITA TERKAIT