Di Amman, ibu kota Yordania, sekelompok orang tampak bersukas cita menari sambil menabuh genderang. Mereka adalah para pengungsi Suriah yang berhasil melarikan diri dari kebrutalan perang saudara. Mereka menampilkan tarian tradisional "Arada" sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya asal mereka sekaligus mendapatkan penghasilan tambahan.
Pertunjukan tari Arada semakin populer di kalangan masyarakat Yordania untuk menandai berbagai perayaan seperti pernikahan dan pesta. Saat mementaskan tarian, para penari biasanya mengunakan pakaian berupa jubah tradisional dan memperlihatkan atraksi khas permainan pedang yang berputar.
"Mereka menambah suasana kegembiraan pada perayaan (pesta) kami," kata Fahed Shehadeh, yang menyewa rombongan tari Bab al-Hara di ibu kota Amman untuk menandai kelulusan kedua putranya dari universitas, seperti dilansir dari France24 pada Jum'at (8/7).
"Saya orang Yordania tetapi berasal dari Suriah, dan saya membawa grup itu karena saya mengagumi keterampilan menari, musik, pakaian, dan lagu mereka," kata Shehadeh pria berusia 55 tahun yang merayakannya bersama keluarga, teman, dan tetangga.
Kata "Arada" berasal dari bahasa Arab yang berarti "pertunjukan". Tarian ini diiringi dengan musik tradisional dengan lagu yang telah dimodifikasi sesuai dengan berbagai perayaan.
Grup tari Arada biasanya terdiri dari 10 hingga 20 penari, mereka mengenakan celana panjang hitam longgar, kemeja katun putih, rompi bordir, kopiah putih dan selendang yang dililitkan di pinggang.
Atraksi Pedang
Para penari juga mengenakan hiasan berupa pedang dan perisai. Pada awal tarian, para anggota akan melakukan pertarungan seremonial, kemudian puncak tarian terlihat saat para anggota memutar pedang mereka ke udara, sebelum terlibat dalam pertarungan seremonial.
Ketua grup tari, Moutaz Boulad, 60, mengatakan bahwa tarian Arada semakin populer di Amman untuk mengisi acara harian di bulan-bulan musim panas dan beberapa pertunangan setiap minggu di musim dingin.
Boulad yang meninggalkan Suriah pada 1988, mengatakan pertunjukan itu telah menjadi sarana penting untuk mendapatkan penghasilan bagi sebagian dari mereka yang melarikan diri dari perang yang meletus pada 2011.
“Beberapa penari tidak bagus ketika mereka pertama kali datang kepada kami, tetapi mereka belajar dari saya dan putra saya untuk memperbaiki situasi keuangan mereka,” katanya.
Boulad mengatakan penarinya berasal dari berbagai latar belakang profesional. "Kebanyakan penari memiliki pekerjaan yang berbeda selain sebagai penari," kata Boulad.
"Beberapa adalah mahasiswa, akuntan, pekerja restoran, penjahit dan tukang listrik, tapi aktivitas pertunjukan tarian Arada adalah sesuatu yang cukup menjanjikan untuk membantu mengatasi kehidupan."
Untuk penari seperti Ahmed Abu Shadi, 43, yang melarikan diri dari Suriah pada 2013 dan bekerja sebagai tukang ledeng, menjadi seorang penari Arada telah membantunya membesarkan ketiga anaknya.
"Pekerjaan pipa ledeng terkadang tidak menentu, para pelanggan tak selalu ada. Sedangkan untuk pekerjaan sebagai penari Arada, mereka membayar saya 15 dinar atau US$20 setiap kali saya keluar untuk menari. Meskipun itu jumlah yang kecil, itu membantu dalam hidup saya," katanya.
Identitas, warisan
Anggota lain, yang bekerja di laboratorium medis dan meminta namanya dirahasiakan, melarikan diri dari kota Homs di Suriah pada 2018.
Tarian tersebut telah membantunya menambah sekitar US$300 Usetiap bulan ke gaji regulernya yakni US$700 dari laboratorium untuk menghidupi keluarganya.
Terlepas dari perpindahan dan tantangan keuangan, menari Arada tetap menjadi bagian penting dari kehidupan Ahmed Abu Shadi.
"Tarian ini adalah bagian yang sangat penting dari identitas, warisan, budaya, dan kehidupan sehari-hari kami di Suriah. Kami harus melestarikan dan mengajarkannya kepada anak dan cucu kami," katanya.
"Seni ini ada dalam darahku, aku menyukainya, aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa (tarian) ini."
Dia bermimpi suatu hari nanti bisa menari lagi di tanah kelahirannya. "Saya akan terus menari ke mana pun saya pergi," katanya.
"Tapi tentu saja, saya lebih suka situasinya membaik suatu hari nanti sehingga kita semua bisa kembali ke negara kita, Suriah."
Perang Suriah diperkirakan telah menewaskan hampir setengah juta orang dan membuat jutaan orang mengungsi; lebih dari 6,6 juta melarikan diri ke negara tetangga Yordania, Turki dan Lebanon.
Yordania menampung hampir 650.000 warga Suriah yang terdaftar di PBB, tetapi Amman memperkirakan hampir 1,3 juta warga Suriah telah tiba sejak 2011.
PBB mengatakan bahwa hampir 80% warga Suriah di Yordania hidup di bawah garis kemiskinan nasional, bertahan hidup dengan tiga dolar per hari atau kurang. (M-4)