09 May 2022, 08:30 WIB

Astronaut akan Alami Perubahan Otak Setelah Kembali dari Luar Angkasa


Devi Harahap |

Ilmwuan mengungkapkan para astronaut yang berada di luar angkasa selama berbulan-bulan akan mengalami perubahan pada otak setelah kembali ke Bumi.

Evaluasi terbaru dari efek melengkung gaya berat mikro pada biologi berfokus pada ruang di sekitar pembuluh darah yang berkelok-kelok melalui otak, hal ini mengungkapkan tentang perubahan yang tetap ada pada astronaut di antara misi peluncuran.

Para peneliti dari seluruh Amerika Serikat (AS) membandingkan serangkaian pemindaian magnetic resonance image (MRI) dari 15 otak astronaut yang diambil sebelum tinggal enam bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional ISS), dan hingga enam bulan setelah mereka kembali.

Menggunakan algoritma untuk menilai ukuran ruang perivaskular dengan sangat hati-hati (celah di jaringan otak yang dianggap memfasilitasi keseimbangan cairan), tim menemukan waktu yang dihabiskan untuk berada di orbit memiliki efek mendalam pada saluran otak, setidaknya untuk para astronaut pemula.

Di antara kumpulan astronaut veteran, tampaknya ada sedikit perbedaan dalam ukuran ruang perivaskular dalam dua pemindaian yang diambil sebelum misi dan empat pemindaian yang diambil setelahnya.

“Astronaut berpengalaman mungkin telah mencapai semacam homeostasis,” kata ahli saraf Oregon Health & Science University Juan Piantino, dilansir dari Sciencealert, Jumat (6/5).

Temuan ini mungkin tidak terlalu mengejutkan karena otak terdistorsi ketika tarikan gravitasi yang konstan selama di Bumi dihilangkan setelah berada di luar angkasa. Studi sebelumnya tentang jaringan dan volume cairan otak telah menemukan bahwa astronaut butuh waktu lama untuk pulih dari tugas di luar angkasa dengan beberapa perubahan yang akan bertahan selama satu tahun atau lebih.

Saat ini, astronaut jarang melakukan perjalanan ke luar angkasa dalam hidup mereka melebihi batas aturan yang berlaku, Biasanya, mereka menghabiskan waktu di ISS kita-kita selama enam bulan. Akan tetapi, ketika komersialisasi industri luar agkasa meningkat, semua hal ini bisa berubah.

Akan bermanfaat untuk mengetahui apakah perjalanan yang berulang menimbulkan bahaya, atau perubahan yang dialami dalam perjalanan pertama astronaut hanya bagian dari proses adaptasi.

“Kita semua beradaptasi untuk menggunakan gravitasi yang menguntungkan kita, alam tidak menempatkan otak kita di kaki kita – alam menempatkan mereka tinggi-tinggi. Begitu Anda menghilangkan gravitasi dari persamaan, apa hubungannya dengan fisiologi manusia?” kata Piantino

Meski demikian, dalam konteks ruang perivaskular yang diperluas, belum sepenuhnya jelas apakah perubahan itu disertai dengan risiko kesehatan yang cukup besar.

Terlalu dini untuk mengatakan apakah gayaberat mikro memiliki dampak sama sekali pada sirkulasi cairan tulang belakang otak di sekitar otak kita, apalagi jika perubahan bentuk jaringan saluran itu signifikan.

“Ini juga memaksa Anda untuk memikirkan beberapa pertanyaan mendasar tentang sains dan bagaimana kehidupan berevolusi di Bumi ini,” kata Piantino.

Tarikan gravitasi yang selalu ada bukan hanya sesuatu yang harus kita lawan. Ini adalah kekuatan yang telah kami kembangkan untuk digunakan yakni, membantu aliran darah dan pembuanga cairan beracun, dan berpotensi memiliki fungsi lainnya yang belum pernah terpikirkan.

Dengan mempelajari siklus perubahan mengenai kesehatan dan anatomi saat tubuh tidak mampu bertahan, kita akan belajar lebih banyak tentang penyakit dan gangguan lain yang ada dalam tubuh.(M-4)

BERITA TERKAIT