29 April 2022, 15:16 WIB

Pariwisata dan Konservasi Mesti Jalan Beriringan


Putri Rosmalia |

Aktivitas manusia menjadi salah satu penyebab rusaknya lingkungan di berbagai wilayah, termasuk di sejumlah  kawasan yang dijadikan objek pariwisata. Oleh karena itu, pariwisata dan konservasi harus dilakukan secara beriringan.

Direktur dan Peneliti Senior di Blue Parks, Marine Conservation Institute, Sarah Hameed, mengatakan tak semua negara dan daerah memiliki kemampuan untuk membiayai jalannya konservasi. Karena itu, pengembangan pariwisata menjadi sangat penting karena dana yang dihasilkan juga dapat menopang kebutuhan  pemeliharaan alam.

“Pada banyak wilayah pariwisata sangat berperan penting bagi pengumpulan dana untuk konservasi. Jadi di banyak wilayah memang tak bisa dipisahkan,” ujar Sarah, ketika diwawancara secara virtual yang difasilitasi Kedubes AS, Kamis, (21/4). Marine Conservation Institute adalah organisasi nirlaba di bidang konservasi laut yang berbasis di Seattle, Amerika Serikat.

Hameed mengatakan meski kerap kontradiktif, sebenarnya pariwisata dan konservasi sangat mungkin berjalan beriringan. Kuncinya, kata dia, ada di manajemen yang tepat agar tercipta industri pariwisata yang berkelanjutan.

“Pengelola wisata harus lebih serius untuk kegiatan konservasi karena kalau alam tidak dirawat dan rusak akibat aktivitas pariwisata nantinya tidak akan lagi ada wisatawan yang mau berkunjung karena keindahan alamnya sudah hilang,” ujar Hameed.

Di Indonesia, menurut Hameed, keselarasan antara industri pariwisata dan konservasi masih harus diupayakan agar bisa tercapai, Khususnya di lokasi-lokasi pariwisata yang menawarkan keindahan laut.

“Kita tahu banyak sekali lokasi untuk menyelam di Indonesia yang didatangi wisatawan dan tentu harus dimaksimalkan manajemen pengelolaannya yang berkelanjutan agar bisa tetap terjaga serta berdampak positif untuk ekonomi di wilayahnya,” tutup Hameed. (M-4)

BERITA TERKAIT