Kehadiran sosok pawang hujan di ajang Moto GP Mandalika baru-baru ini menarik perhatian penonton global. Rara Istiati mendadak viral sebagai sang pawang yang dipercaya penyelenggara untuk menjaga cuaca Mandalika agar tetap bersahabat selama gelaran ajang balap motor dunia tersebut.
Banyak yang percaya, tak sedikit pula yang sangsi akan kemampuan pawang hujan dalam memodifikasi cuaca. Hingga saat ini, pembahasan tentang kesaktian dan cara kerja pawang hujan masih hangat diperbincangkan masyarakat.
Terlepas dari perdebatan tersebut, di bidang sains sebenarnya telah ada beberapa metode canggih untuk mengalihkan atau modifikasi cuaca. Mulai dari yang paling sederhana seperti menaburkan garam di langit, hingga modifikasi cuaca dengan teknologi di luar angkasa.
Ilmu memodifikasi cuaca dikenal juga dengan sebutan climate engineering atau geoengineering. Menurut Oxford Geoengineering Programme, Universitas Oxford, Inggris, teknologi modifikasi cuaca merupakan ilmu yang dikembangkan untuk mengontrol cuaca. Seiring perkembangannya, teknologi modifikasi alam tak hanya berfokus pada upaya memodifikasi hujan, tetapi juga untuk berbagai kegiatan yang lebih berdampak masif. Mulai dari menekan dampak badai, risiko banjir bandang, hingga menghapus karbon dioksida di atmosfer.
Berikut ini beberapa metode modifikasi cuaca yang telah dilakukan di dunia maupun yang masih sebatas konsep yang ditawarkan para ilmuwan.
-
Cloud Seeding
Ini merupakan metode modifikasi cuaca yang paling populer di telinga masyarakat awam. Metode untuk memodifikasi hujan dengan menaburkan garam di awan.
Metode ini dilakukan dengan menggunakan pesawat kargo atau pesawat nirawak untuk menyebarkan garam khusus atau silver iodide di atas awan. Silver iodide yang ditaburkan dan bertemu dengan kandungan air di awan akan berubah menjadi batuan es yang kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.
Cara ini bisa digunakan untuk menghadirkan hujan di wilayah yang kering. Sebaliknya, bisa juga untuk mencegah hujan jatuh di wilayah yang sudah terkepung banjir. Tak hanya itu, cara ini juga kerap digunakan sebagai salah satu strategi perang.
Strategi itu pernah dilakukan AS ketika perang di Vietnam sekitar tahun 1974. Pihak militer AS melakukan modifikasi cuaca dengan cloud seeding untuk menyulitkan pergerakan tentara Vietnam.
Menjelang dan saat perhelatan Moto GP Mandalika kemarin, TNI AU dan Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN) pun menggelar operasi Teknologi Modifikasi Cuaca. Dengan pesawat Cassa 212-200, tim menyemaikan garam pada awan potensial hujan yang mengarah ke Mandalika. “Diharapkan dapat mempercepat proses terjadinya hujan sebelum awan tersebut mencapai sirkuit Mandalika,” terang pihak TNI AU dalam cuitannya di Twitter, 18 Maret lalu.
Sebelumnya, metode ini uga sering digunakan untuk mencegah dampak cuaca ekstrem, antara lain mencegah curah hujan tinggi jatuh di Jabodetabek yang berpotensi menyebabkan banjir besar.
2. Cloud-whitening Tower
Mungkin tak banyak yang tahu bahwa warna putih awan yang menyilaukan memiliki peran penting dalam menekan pemanasan global. Warna awan sangat dipengaruhi oleh partikel dan komposisi pembentuknya. Awan dengan dengan komposisi partikel air yang lebih kecil dan menyebar akan memiliki warna putih terang yang menyilaukan.
Awan putih tersebut memiliki kemampuan untuk menghalau sinar dan panas matahari masuk menembus ke bumi. Warna putih di awan akan memantulkan sinar dan panas matahari kembali ke luar angkasa.
Teknologi cloud-whitening towers dibuat dengan metode yang terinspirasi dari kemampuan awan putih menghalau matahari. Metode tersebut dijalankan dengan membangun menara-menara penyembur air dalam bentuk partikel kecil berjumlah besar ke atas langit. Menara umumnya diletakkan di atas kapal tanpa awak atau mengambang di lautan.
Semburan partikel kecil air ke langit itu akan membuat awan-awan di sekitarnya menjadi lebih putih. Awan putih hasil modifikasi itu akan memiliki kemampuan yang sama untuk menghalau sinar dan panas matahari menembus ke Bumi.
3. Iceberg Builders
Kuantitas es yang meleleh di kutub-kutub bumi sudah semakin memprihatinkan. Melelhnya es diasosiasikan sebagai dampak nyata dari dampak pemanasan global yang sudah semakin parah.
Namun, saat ini telah terdapat satu teknologi canggih yang dapat menyatukan kembali es-es mencair di kutub. Teknologi tersebut bernama Iceberg Builder yang bekerja menyatukan kembali es-es mencair dengan menggunakan teknologi di sebuah kapal selam.
Kapal selam tersebut ditempatkan di lokasi di mana banyak es-es yang mulai terlepas dari bagian besarnya dan mencair di lautan. Mesin di kapal selam itu akan menyerap air laut dari lelehan es dan memisahkan kandungan air dengan garam yang sebelumnya menyatu. Pemisahan tersebut akan membuat suhu air menurun dengan drastis.
Pada akhirnya setelah dipisahkan dan didiamkan sekitar satu bulan, air yang terserap dalam kapal selam akan menjelma es dan dapat dilepaskan kembali ke lautan. Cara itu dinilau efektif menjaga suhu di kutub, khususnya di Arktik, yang sudah semakin meningkat.
Menariknya, teknologi mutakhir tersebut merupakan hasil rancangan beberapa ilmuwan asal Indonesia, salah satunya Faris Rajak Kotahatuhaha. Faris dan beberapa rekannya mempresentasikannya dalam ajang ASA Experimental Design Competition beberapa tahun lalu.
4. Ocean fertilization
Ini adalah cara untuk memodidikasi yang dijalankan dengan upaya menggiring karbon dioksida dari atmosfer ke dasar lautan. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan pelepasan zat besi dalam jumlah besar ke lautan guna menyuburkan perkembangbiakan phytoplankton.
Phytoplankton merupakan alga di laut yang dapat menyerap karbon dioksida dari langit dan mengeluarkan oksigen sebagai gantinya. Ketika akhirnya phytoplankton mati, unsur tubuhnya akan terkubur di dasar laut dengan membawa kandungan karbon dioksida di tubuhnya ikut terkubur di dasar laut dan tak akan terlepas ke permukaan dalam waktu ratusan tahun.
Meski dinilai efektif, metode ini masih jadi perdebatan di kalangan ilmuwan. Salah satunya tentang seberapa masif metode ini dapat digunakan. Selain itu penggunaan zat besi yang berlebihan juga masih membutuhkan kajian lebih dalam akan keamanannya bagi ekosistem lain di lautan.
5. Artificial Upwelling
Teknologi ini dilakukan dengan memompa air dari laut dalam ke permukaan air yang dangkal. Hal itu dilakukan dengan menggunakan tabung buatan yang dapat memompa air di dalam laut.
Hasil dari pemindahan air laut dalam ke laut dangkal itu ialah penurunan suhu muka air laut yang signifikan. Hal itu sangat nerperan besar untuk melindungi ekosistem laut dari sehu tinggi yang datang dari atmosfer.
Penurunan suhu air laut secara otomatis juga berperan mencegah berbagai peristiwa yang merusak lingkungan hingga bencana alam. Mulai dari melelehnya es di kutub, peningkatan tinggi muka air laut, banjir, badai, hingga kerusakan terumbu karang.
6. Space Geoengineering
Pernah menonton film Geostorm (2017)? Film fiksi ilmiah itu mendekati bayangan masa depan ketika geoengineering dapat melindungi bumi dari kerusakan dengan melakukan berbagai modifikasi cuaca dan peristiwa alam lainnya. Namun, bukan berarti semua metode hanya diperuntukkan Bumi. Saat ini upaya geoengineering juga tengah berupaya dilakukan di luar angkasa atau dikenal dengan Space Geoengineering.
Ilmuwan dari berbagai negara telah mengkaji metode tersebut setidaknya sejak 1989. Hal itu dilakukan dengan berupaya melindungi Bumi dari sinar matahari dengan memblokir sinar matahari agar menyebar di ruang hampa. Dengan begitu laju pemanasan global dapat ditekan, begitu pula risiko kerusakan serta bencana dapat dihindari.
Namun, teori tersebut hingga saat ini masih kerap terkendala. Salah satunya adalah skala pemblokiran sinar matahari yang dapat terjangkau mengingat ruang luar angkasa sangat luas. Hingga kini NASA dan beberapa organisasi luar angkasa negara maju seperti Tiongkok dan Eropa masih terus mengkaji kemungkinan penerapan teknologi Space Geoengineering. (Livescience/Geoengineering.ox.ac.uk/M-2)