13 January 2022, 22:35 WIB

Usia Homo Sapiens Ditaksir Lebih Tua 30 Ribu Tahun


Galih Agus Saputra |

Fosil dari Afrika bagian timur yakni Omo I yang selama ini diyakini sebagai representasi usia tertua spesies terakhir manusia, yakni Homo sapiens, memang masih banyak diperdebatkan. Namun data itu ternyata kini telah dikoreksi oleh para ilmuwan, terutama setelah meninjau kembali usia letusan gunung berapi purba di Ethiopia.

Dari tinjauan itu, tim ilmuwan yang berasal dari University of Cambridge kini mengatakan bahwa usia homo sapiens sebenarnya lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya. Jika dulu, setelah melihat fosil Omo I para ilmuwan mengatakan usia Homo sapiens kurang dari 200.000 tahun, maka kini mereka mengatakan usianya bisa lebih dari 230.000 tahun. Sebagai pembanding, usia Planet Bumi saat ini sekitar 4,5 miliar tahun.

Klaim itu mereka kemukakan di jurnal Nature usai melihat sedimen tanah ditemukannya Omo I pada akhir 1960an. Faktanya, jika ada gunung berapi purba meletus 230.000 tahun lalu, usia Omo I dan berbagai artefak yang ditemukan bersamanya pasti lebih tua karena lapisan atau sedimen tanahnya berada di bawah lapisan abu vulkanik.

"Lapisan tebal abu vulkanik itu sebelumnya tidak diketahui dengan teknik radiometrik karena butirannya terlalu halus," tutur Céline Vidal, ilmuwan dari University of Cambridge yang terlibat penelitan ini, seperti dilansir dari Sciencedaily, Kamis, (13/1).

Adapun fosil Omo I itu sendiri, dulunya ditemukan di Formasi Omo Kibish di barat daya Ethiopia, atau lebih tepatnya di lembah Rift Afrika bagian timur.  Wilayah ini terkenal dengan aktivitas gunung berapi yang tinggi, dan kaya akan penemuan fosil manusia purba berikut berbagai artefak atau alat batu.  

Tak hanya membuat tinjauan baru pada sedimen di atas maupun di bawah sedimen Omo I, kali ini Vidal dan tim turut mengumpulkan sampel batu apung yang terbentuk dari endapan vulkanik. Lebih dari itu, ia juga mengamatinya hingga ukuran terkecil atau submilimeter.

Menurut Vidal, setiap letusan gunung berapi pasti meninggalkan jejak dan kisah evolusinya sendiri di endapan. Ketika seseorang dapat mengambil batu apung kemudian menghancurkannya, maka dari situ ia segera dapat menentukan usia dan tanda kimia atau yang dalam hal ini dicocokan dengan letusan gunung berapi Shala.

"Pertama saya menemukan ada kecocokan geokimia, tetapi kami tidak memiliki usia letusan Shala. Saya kemudian mengirimkan sampel gunung berapi Shala kepada rekan-rekan kami di Glasgow sehingga mereka dapat mengukur usia batuan. Ketika saya menerima hasilnya dan menunjukan Homo sapiens tertua dari wilayah itu lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya, saya sangat bersemangat," kata Vidal.

Vidal dan tim selanjutnya mengatakan, untuk sementara penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan usia minimum baru Homo sapiens. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan jika dalam studi lanjut di masa depan, usia Homo sapiens dapat berubah. (Science Daily/M-2) 

BERITA TERKAIT