13 September 2021, 22:13 WIB

Terlalu Banyak Waktu Luang Ternyata Bisa Memengaruhi Kebahagiaan


Nike Amelia Sari |

Banyak orang ingin memiliki lebih banyak waktu luang untuk bersantai di tengah rutinitas mereka. Akan tetapi, orang-orang yang memiliki waktu luang lebih dari tujuh jam per hari ternyata merasa kurang bahagia. 

Menurut suatu riset terbaru, seiring dengan bertambahnya waktu luang, perasaan bahagia seseorang justru  akan menurun. Ini berarti jika durasi waktu luang juga ada batasnya. 

Penelitian oleh American Psychological Association menunjukkan bahwa setelah dua jam waktu luang, peningkatan kebahagiaan menurun. Ini disebabkan setelah durasi tersebut, orang akan cenderung merasa tidak nyaman.

"Kami menemukan bahwa memiliki kelangkaan waktu luang dalam satu hari menghasilkan stres yang lebih besar dan kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih rendah. Namun, meskipun terlalu sedikit waktu luang itu buruk, memilikinya lebih banyak juga tidak selalu lebih baik," papar Marissa Sharif, asisten profesor pemasaran di The Wharton School dan penulis utama studi tersebut, seperti dikutip dari dailymail.co.uk.

Dalam penelitian yang telah diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology tersebut, para peneliti menganalisis data dari 21.736 orang Amerika yang mengambil bagian dalam Survei Penggunaan Waktu Amerika antara 2012 dan 2013.

Peserta studi memberikan penjelasan rinci tentang apa yang mereka lakukan selama periode 24 jam termasuk waktu dan durasi setiap aktivitas  dan melaporkan rasa bahagia mereka.

Ini menunjukkan bahwa rasa bahagia mulai mendatar setelah dua jam, dan turun setelah lima jam. Untuk mengetahui lebih jauh,  peneliti kemudian melakukan dua eksperimen online dengan lebih dari 6.000 orang.

Peserta studi secara acak ditugaskan untuk memiliki waktu luang 15 menit per hari, tiga setengah jam (kelompok sedang) atau tujuh jam (kelompok tinggi). Lalu, mereka diminta untuk mencatat tingkat kenikmatan, kebahagiaan, dan kepuasan mereka. Kelompok sedang memiliki kebahagiaan keseluruhan tertinggi.

Pada percobaan kedua, peneliti melihat potensi peran produktivitas. Peserta diminta untuk membayangkan memiliki waktu luang sedang (3,5 jam) atau tinggi (7 jam) per hari, tetapi juga diminta untuk membayangkan menghabiskan waktu itu baik dalam hal produktif misalnya, berolahraga, hobi atau berlari, atau tidak produktif.

Para peneliti menemukan bahwa orang yang memiliki waktu luang yang tinggi melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih rendah ketika terlibat dalam kegiatan yang tidak produktif.

Namun, ketika mereka yang memiki waktu luang tinggi tersebut melakukan kegiatan produktif, mereka lebih banyak merasa serupa dengan mereka yang memiliki waktu luang sedang.

Itu menunjukan jika waktu luang akan berdampak baik pada kesejahteraan dan kebahagiaan diri jika jumlah waktu luang dilewati dengan rasa senang dan tergantung juga pada bagaimana orang melewatinya. 

"Meskipun penyelidikan kami berpusat pada hubungan antara jumlah waktu luang dan kesejahteraan subjektif, eksplorasi tambahan kami tentang bagaimana individu menghabiskan waktu luang mereka terbukti terungkap," kata Sharif.

"Temuan kami menunjukkan bahwa menghabiskan waktu luang sepanjang hari dapat membuat seseorang tidak bahagia. Orang-orang seharusnya berusaha untuk memiliki waktu luang yang cukup untuk menghabiskan apa yang mereka inginkan," lanjutnya. 

Selain itu, dalam kasus lain ketika orang yang memiliki jumlah waktu yang berlebihan, seperti pensiun atau meninggalkan pekerjaan, hasil studi menunjukkan bahwa orang-orang ini akan mendapat manfaat dari menghabiskan waktu baru mereka dengan memiliki sebuah tujuan. (M-2) 

BERITA TERKAIT