ALUNAN gendang dan gamelan bertautan. Sementara itu, muncullah gunungan dan tampak segerombolan pria bermuka merah, lengkap dengan tameng dan senjata. Mereka ialah pasukan Durcala yang tengah berlatih keprajuritan.
“Durcala ialah putra Dursasana dari Astina. Ia digadang-gadang sebagai senopati perang Bharatayuddha (Bharatayuda). Durcala dilatih olah kanuragan dan kesaktian untuk tujuan dapat mengalahkan Pandawa,” begitulah kata seorang perempuan berkebaya biru, yang membuka jalannya cerita.
Kisah di atas ialah awalan lakon Gatutkaca Rajah yang kali ini ditampilkan Wayang Orang Bharata. Pertunjukan itu ditampilkan secara daring melalui kanal Youtube Indonesia Kaya, Minggu, (22/12) lalu.
Pertunjukan itu dipersembahkan untuk menghibur para penikmat seni pementasan kebudayaan Indonesia. Pergelaran itu juga menjadi bagian dari program Nonton Teater di Rumah Aja.
Kembali ke jalan cerita, di tengahtengah latihan Durcala bersama prajurit, datanglah sang ayah, Dursasana. Tak lama kemudian muncul Patih Sengkuni yang diutus membawa perintah dari salah satu penguasa Astina, Prabu Duryudana.
Dursasana kemudian melaporkan bahwa ia sudah melatih prajurit dan punya jago piningit. “Silakan masuk, Mbah. Saya persilakan untuk melihat (prajurit) saya sendiri. Masuklah. Haha,” kata Dursasana, kepada Sengkuni.
Selain prajurit, Dursasana punya anak, Durcala yang ternyata punya ajian Pangabaran. Dengan bekal itu, mereka yakin mampu mengalahkan Pandawa di medan Bharatayuda.
“Begitu pun para Pandawa telah mempersiapkan putra-putra untuk memperkuat barisan perang Bharata yuda. Salah satunya adalah Gatutkaca yang diutus kepada Resi Seto di pertapaan Sukarini dan mendapat pusaka yang dirajah pada telapak tangannya bernama pusaka Rajah Narantaka,” imbuh perempuan pembaca narasi.
Singkat cerita, lakon itu diakhiri dengan keberhasilan Gatutkaca mengalahkan Durcala dalam pertandingan sengit satu lawan satu. Gatutkaca berhasil mengalahkan Durcala yang menjadi andalan Kurawa dengan Rajah Narantaka.
Meski begitu, perjuangan dia dalam pertempuran ini tidaklah mudah. Selain harus menandingi kesaktian Durcala di medan perang, Gatutkaca harus bisa mengalahkan dirinya sendiri.
Sang guru, Resi Seto, sebelumnya bahkan sempat menguji Gatutkaca setelah memberikan ajian Rajah Narantaka. Ia mendatangkan
perempuan bernama Wasitarukmi, tetapi justru kesatria berotot kawat dan bertulang besi itu berlaku kasar pada perempuan tersebut.
Lantaran melanggar syarat itu dan merasa menjadi kesatria yang paling sakti, bahkan bertindak semena–mena, kesaktian Gatutkaca dari ajian Rajah Narantaka pun hilang. Dalam pertandingan pertama, ia juga sempat kalah dengan Durcala.
Oleh karena itu, ia meminta maaf kepada Resi Seto dan berjanji tidak akan mengulangi hingga akhirnya berhasil mengalahkan Durcala. Lakon Gatutkaca Rajah yang dibawakan Wayang Orang Bharata kali ini sesungguhnya memberikan pesan bahwa seseorang yang punya banyak kemampuan baiknya tidak tinggi hati.
Secara keseluruhan, lakon itu berlangsung selama kurang lebih 1 jam. Ada puluhan segmen yang menceritakan bagaimana persiapan tiap kubu, yakni Kurawa dan Pandawa, dalam menghadapi Bharatayuda hingga akhir cerita. (Gas/M-4)