08 June 2020, 19:10 WIB

Pikiran Negatif Bisa Memicu Penyakit Alzheimer


Bagus Pradana |

NASIHAT dan ajaran agama untuk tidak berpikir buruk tentang orang atau berbagai hal ternyata memang dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Sebuah penelitian psikologi yang dilakukan oleh ilmuwan dari University College London, Inggris menunjukkan jika pikiran negatif dapat menyebabkan penurunan fungsi otak dan berisiko terkena penyakit Alzheimer, salah satu penyakit yang menyebabkan kemunduran daya ingat.

Penelitian itu menggambarkan potensi risiko jika seseorang berpikiran negatif terus-menerus atau disebut repetitive negative thoughts (RNT). Temuan ini juga diterbitkan dalam jurnal Alzheimer & Dementia edisi awal Juni.

Penanggung jawab utama penelitian ini Dr Natalie Marchant, menegaskan jika penelitian timnya dilakukan spesifik pada RNT. Hal ini sebagai respon karena banyak pihak yang lantas menggunakan penelitian ini sebagai sanggahan dari faktor depresi yang umumnya dianggap sebagai penyebab Alzheimer. "Kami tidak sedang membuktikan potensi dari episode depresi yang dimiliki seseorang akan meningkatkan potensi kemunduran ingatan jangka pendek," jelas Marchant sebagaimana dikutip Daily Mail, Senin (8/6).

Pada studi tersebut, peneliti mengamati 292 orang berusia 55 tahun atau lebih. Para peserta diminta mengisi kuesioner mengenai cara mereka merespon pengalaman negatif.
Tanda-tanda depresi dan gejala kecemasan juga diperhitungkan dalam penelitian ini.
Sesekali penggunaan pemindai otak juga digunakan untuk mengukur endapan dua jenis protein di dalam otak - tau dan amiloid - yang terkait dengan penyakit Alzheimer.

Orang yang menunjukkan kecenderungan RNT akan mengalami penurunan kognisi lebih cepat dalam jangka waktu empat tahun dan akan terbentuk gumpalan protein berbahaya di otak mereka. Menurut para peneliti, temuan ini dapat menggambarkan dengan tepat mengenai kontribusi faktor depresi dan kecemasan terhadap risiko penyakit Alzheimer, dengan indikator stres seperti tekanan darah tinggi yang juga turut berperan.

"Di sini, kami menemukan bahwa pola berpikir tertentu (dalam hal ini RNT) ternyata dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, inilah yang kemudian menjadi dasar mengapa orang dengan gangguan tersebut lebih berpotensi terkena demensia," ungkap Marchant.

Namun hasil penelitian ini juga sempat dipertanyakan oleh Fiona Carragher, dari Alzheimer's Society. Ia mengatakan bahwa hubungan antara RNT dan penurunan kognitisi serta fungsi otak perlu penyelidikan lebih lanjut.

"Sebagian besar orang dalam penelitian ini sudah diidentifikasi memiliki risiko terhadap penyakit Alzheimer, jadi kita perlu melihat apakah hasil ini penelitian ini juga terbukti dalam populasi umum," tukasnya. (M-1)

BERITA TERKAIT