TINGKAT pengangguran terbuka di Indonesia pada 2023 mencapai 5,45%. Tercatat provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Kepulauan Riau di atas 7%. Dengan nilai tersebut, ada sekitar 8 juta orang Indonesia yang saat ini butuh pekerjaan.
Di sisi lain, tingkat penerimaan kerja juga menurun seiring perkembangan teknologi yang mengurangi tenaga manusia untuk melakukan berbagai rutinitas. Belum lagi nilai dari UMR (upah minimum regional) juga dirasa belum cukup untuk membangun kesejahteraan masyarakat.
Padahal dari sisi ekonomi makro, Indonesia masuk dalam G20 yaitu negara dengan PDB (produk domestik bruto) mencapai lebih dari US$1,39 miliar. Kalau dihitung berdasarkan rasio PDB terhadap jumlah penduduk yang mencapai 277,43 juta jiwa, seharusnya penghasilan setiap penduduk Indonesia itu sekitar US$5.200 atau setara dengan Rp77 juta. Di manakah kesenjangan ini?
Baca juga: Beri Kemudahan Investasi Aset Digital, Upbit Kembali Buka Layanan Deposit Rupiah
Solusinya ialah memanfaatkan teknologi dengan membangun industri kreatif melalui digital sosial. Salah satunya melalui Sospawn, aplikasi yang membantu para pengangguran untuk mendapatkan uang tambahan dengan melakukan beberapa tugas kecil di media sosial.
Konsep ini pada dasarnya sama dengan konsep yang dilakukan oleh pemain-pemain iklan berbasis media sosial seperti Facebook, Google, Twitter, dan Tiktok. Namun, ada yang perlu diperbaharui karena keuntungan perusahaan asing tersebut tidak memberikan kontribusi yang langsung kepada individu yang menjadi subjek dari iklan tersebut.
Baca juga: Inovata Luncurkan Aplikasi MIRA, Bantu Pemilik Warung Tingkatkan Pendapatan
Pada 2022, Indonesia menjadi tempat belanja iklan dengan nilai Rp287,82 triliun. Kontribusi terhadap iklan digital sebesar 20% atau setara dengan Rp57 triliun. Founder Sospawn Isybel Harto melihat ini sebagai kesenjangan sosial yang sangat fatal. Orang Indonesia yang penduduknya lebih dari 200 juta dijadikan sebagai alat iklan tanpa ada kontribusi apapun bahkan mereka mengeluarkan uang untuk mengakses data. Tentu ini menjadi daya tarik sendiri bagi Sospawn untuk melihat sisi dampak positif yang dilakukan terhadap orang Indonesia itu.
"Teknologi Sospawn menjawab keinginan pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran, meningkatkan kreativitas, dan menambah pendapatan rakyatnya dari sisi teknologi. Pendapatan tambahan itu diperoleh dari industri lokal sendiri yang mengeluarkan biaya marketing dengan memberikan kepada orangnya langsung tanpa menggunakan pihak ketiga dan pihak asing seperti Facebook, Google, Twitter, dan Tiktok," kata Isybel Harto, CEO Sospawn, dalam keterangan tertulis, Kamis (25/5).
Ke depan, Isybel Harto berharap kepada pelaku industri kreatif untuk membangun Indonesia lebih mandiri dalam pengelolaan teknologi berbasis digital sosial. Potensi populasi yang sangat besar seharusnya industri kreatif bisa lebih berkembang dan lebih maju.
Di sisi lain, dia mengatakan bahwa Indonesia pasar empuk bagi perusahaan digital luar negeri yang masuk karena masyarakatnya konsumtif dan senang dengan produk luar negeri dibandingkan produk anak bangsa. Ini tentu butuh edukasi dan peran pemerintah terutama untuk memberikan akses yang terbatas terhadap perusahaan tersebut. (Z-2)