APPLE Inc meluncurkan katalog buku audio atau audiobook yang dinarasikan oleh artificial intelligence (AI). Langkah Apple memilih AI untuk menarasikan isi buku tersebut dianggap sebagai tanda awal berakhirnya era manusia sebagai narator.
Dilansir dari theguardian.com, Jumat (13/1), popularitas audiobook di masyarakat saat ini terus meningkat. Penjualan konten audiobook global yang dijual di berbagai platform meningkat setidaknya 25% pada 2022.
Audiobook dengan muatan suara AI sebelumnya direncanakan Apple untuk diluncurkan pada November 2022. Namun, situasi di industri teknologi pada waktu tersebut dianggap tidak kondusif. Di antaranya karena adanya berita pemecatan pegawai Meta dan pembelian Twitter oleh Elon Musk.
Untuk menunjang bisnis baru mereka di bidang audiobook AI, Apple menggandeng beberapa penerbit buku independen dari berbagai wilayah. Kebanyakan berasal dari Kanada meski diberitakan Apple mendapat banyak penolakan dari para penerbit independen tersebut.
Meski terus mendapatkan peningkatan peminat, audiobook masih menuai polemik di kalangan penulis, penerbit, dan pengembang teknologi audiobook. Di antaranya soal siapakah yang harus mengisi suara sebagai narator. Beberapa pihak beranggapan audiobook harus dinarasikan sang penulis asli agar pesan dan ceritanya bisa tersampaikan dengan tepat. Namun, tak banyak penulis yang juga bersedia melakukan peran tersebut.
Belum selesai polemik soal siapa yang harus menjadi narator, Apple ternyata sudah melangkah jauh ke depan dengan memilih AI sebagai narator. Saat ini hal tersebut juga mendulang berbagai reaksi dari banyak pihak.
"Narator AI membawa suasana baru dari sebuah buku. Kami percaya ini merupakan hal positif. Mereka menciptakan sesuatu yang berbeda dan menambah nilai dari sebuah buku," ujar co-produser perusahaan audiobook asal Kanada, David Caron.
Selain komentar positif, keraguan sikap skeptis juga muncul dari kalangan penerbit. Mereka menilai audiobook dengan AI membuat sebuah buku dan karya sastra kehilangan jiwanya dan hanya mementingkan bisnis semata.
"Perusahaan pasti melihat audiobook dengan AI sebagai bisnis menjanjikan. Mereka mau membuat konten yang menghasilkan. Namun, hanya itu saja, konsumen hanya akan disajikan sebatas suara. Padahal, ada begitu banyak nilai dan keunggulan dari sebuah penceritaan yang dilakukan oleh manusia," ujar seorang agen penerbit asal Kanada, Carly Watters.
Dari segi bisnis, menggunakan AI sebagai narator memang lebih efisien. Penarasian sebuah buku oleh manusia membutuhkan waktu panjang hingga berminggu-minggu lamanya, terutama ketika dibutuhkan banyak revisi. Sementara itu, dengan AI, proses penarasian buku dapat diselesaikan dalam waktu sangat singkat, hanya beberapa jam saja.
Meski belum ada konfirmasi, Apple juga diberitakan tengah dalam proses membangun anak perusahaan tersendiri khusus untuk audiobook. Perusahaan tersebut akan berperan sebagai penerbit, produser, hingga pengembang teknologi penunjang audiobook lainnya.
Selain Apple, konten-konten audiobook juga telah banyak dirilis Amazon. Amazon memasarkannya beriringan dengan produk Kindle andalan mereka.
Meski Apple dan Amazon menjadi yang paling gencar membuat audiobook, saat ini perusahaan-perusahaan lain, seperti Google dan Spotify, juga dikabarkan telah menyiapkan pendanaan besar guna menggarap konten-konten audiobook. (Pro/M-2)