"WAHAI manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan," Demikianlah sebagian bunyi firman Allah dalam Surah Al Hujurat ayat 13.
Yang dimaksud dalam ayat itu ialah Nabi Adam dan Hawa. Namun, bisa juga diartikan begini, "Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu terdiri atas laki-laki dan perempuan." Ada lagi yang menafsirkan asal kejadian manusia dari sperma dan telur tapi yang penting, yakni laki-laki dan perempuan.
"Kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti."
Dalam ayat ini, sebenarnya bukan bangsa yang dimaksud karena kebangsaan tidak dikenal pada masa diturunkannya Alquran. Kebangsaan itu baru dikenal di Eropa pada abad ke-17. Yang dikenal dalam Alquran itu suku, kelompok itu juga pengertian dalam Alquran. Pengertian sebagai bangsa belum dikenal saat itu. Umat Islam mengenalnya ketika Napoleon masuk ke Mesir. "Kalian ini bangsa Mesir, bukan bangsa Turki," ucap Napoleon.
Ucapan Napoleon itu bukan tanpa maksud. Ia ingin memecah belah orang-orang Mesir dengan orang Turki yang saat ini ada di dalam kekhalifahan Turki.
Dalam ayat 13 juga terdapat kalimat 'saling mengenal'. Saling mengenal ialah cara untuk mencapai tujuan bersama. Bagaimana mencapai tujuan bersama itu? Dengan saling mengenal. Anda bisa bertukar manfaat, bantu-membantu, isi-mengisi. Namun, untuk isi-mengisi, saling mengenal, ini perlu pengakuan eksistensi.
Pengakuan ini melahirkan penghormatan, saling menghormati itu merupakan tujuan. Penghormatan tidak harus berarti pengakuan pandangan, tapi juga agama. Menghormati tidak mutlak harus menerima semua pendapat.
Pada ayat yang sama, Allah menegaskan juga bahwa orang yang paling mulia di sisi-Nya ialah orang yang paling bertakwa. Takwa ini ada dalam hati dan ada yang nampak ke permukaan. Apa yang tampak itu? Keberagamaan seseorang dan yang tampak itu akhlaknya.
Anda bisa mengetahui orang ini muslim atau bukan dari cara salatnya. Namun, yang paling menonjol dan yang paling berpengaruh dari manusia ialah akhlak. Ketika Allah berfirman yang paling bertakwa di antara kamu, kita tidak tahu siapa yang paling bertakwa, tapi kita bisa mengenal dari akhlaknya atau budi pengertinya.
Selanjutnya, ayat 14 Surah Al Hujurat mengungkap perihal iman. "Orang-orang Arab Badui berkata, kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka), kamu belum beriman, tetapi katakanlah 'kami telah tunduk (Islam)' karena iman belum masuk ke dalam hatimu."
Iman itu di dalam hati. Mereka belum beriman sebenar-benarnya iman. Jadi, sejak semula sudah dibedakan antara orang yang percaya (tulus hatinya) dan orang yang hanya datang kepada Nabi dengan maksud tertentu.
"Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang," sambung ayat itu.
Ini bisa dimaknai, kalau kalian taat kepada Allah dan Rasul, Dia tidak mengurangi sedikit pun dari nilai amal kamu. Amal manusia yang baik, tapi tidak tulus, nilainya berkurang di sisi Allah atau bahkan tidak ada. Namun kalau kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak mengurangi sedikit pun nilai amal-amal kamu.
Coba perhatikan kenapa hanya dikatakan Dia bukan keduanya? Karena Rasul tidak berwenang menilai, apalagi mengurangi ganjaran amal seseorang. Yang berhak hanyalah Allah SWT. (Sru/H-3)