NEGOSIASI yang dilakukan oleh PSSI soal sikap Bali yang menolak timnas Israel bermain di Bali rupanya menemui jalan buntu. Pemprov Bali secara konsisten tetap menolak Israel tampil di Bali dalam Piala Dunia U-20 2023.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau yang akrab disapa Cok Ace secara tegas mengatakan bahwa Bali tetap konsisten dengan keputusan yang sudah diambil.
Cok Ace menegaskan jika dirinya sepakat dengan apa yang sudah disampaikan oleh Gubernur Bali I Wayan Koster dalam suratnya kepada Menpora dengan tembusan kepada Ketua Umum PSSI pada dua pekan lalu. Menurut Cok Ace, apa yang disampaikan Pemprov Bali tentu sudah melalui pertimbangan yang matang.
Baca juga: Pemkab Bandung Ajukan Diri untuk Gelar Drawing Piala Dunia U-20
"Penolakan itu kan sudah sejalan. Dalam statement Pak Gubernur (Bali) sudah dijelaskan landasannya hukum dan politiknya. Semua itu sudah jelas dan tidak bisa diubah lagi sebab ini sudah menjadi kebijakan pimpinan. Soal Bali itu rugi atau tidak, saya kira apa yang disampaikan sudah dengan pertimbangan yang holistik, pasti sudah dihitung semua," ujar Cok Ace, Senin (27/3).
Cok Ace kembali mengutip isi surat yang dikirim ke Menpora dan PSSI bahwa penolakan tersebut berkaitan dengan kebijakan politik Israel terhadap Palestina yang tidak sesuai dengan pandangan politik di Indonesia. Kebijakan politik Israel sampai saat ini masih menjadi masalah serius dalam politik regional, serta tidak adanya hubungan diplomatik antara Israel dengan Indonesia.
Baca juga: Sektor Wisata Bali Rugi Puluhan Miliar Jika Piala Dunia U-20 Batal Digelar
"Kami sudah siap. Jadi secara kewaijban dari Pemda dan Provinsi untuk menyiapkan venue. Kami sudah berjuang untuk memenuhi syarat dan kita sudah memenuhi untuk itu. Saya tidak melihat yang mana konsisten dan tidak konsisten soal penolakan itu. Ketika beliau (Gubernur Bali) menyampaikan dan menerima itu apa yang diisyaratkan juga sudah mengikuti," ujarnya.
Menurut Cok Ace, keputusan untuk menolak Israel bermain di Bali jangan hanya dilihat dari dampak ekonomi dan pariwisata. Ia mengajak publik di Bali agar melihat persoalan tersebut secara holistik dan dalam kaca mata nasional Indonesia. Bali tidak bisa berdiri sendiri dan berani ambil sikap tegas untuk menolak kehadiran Israel bermain di 'Pulau Dewata'. (Z-6)