BAGI Manchester City, Vincent Kompany merupakan sebuah legenda. Sebelas tahun kiprahnya di the Citizens luar biasa. Center-back asal Belgia itu bukan sekadar kapten, melainkan juga sosok yang berjasa untuk membangun kebesaran Manchester City.
Dia ikut mempersembahkan 12 gelar, di antaranya empat juara Liga Primer dan dua kali juara Piala FA. Bahkan, hingga akhir karier di Stadion Etihad, Kompany menutupnya dengan begitu sempurna. Gol yang ia ciptakan ke gawang Leicester menjadi penentu keberhasilan the Citizens untuk mengangkat piala Liga Primer 2018/2019.
Malam ini Kompany akan kembali ke Stadion Etihad. Namun, kali ini ia datang bukan untuk mempersembahkan kegemilangan bagi Manchester City. Ia justru datang dengan ambisi untuk menumbangkan klub lamanya.
Kompany musim ini dipercaya membangun kembali Burnley. Klub yang terletak 40 km di utara Manchester itu tahun lalu terdegradasi. Di tangan Kompany, klub berjuluk the Clarets itu mampu menata diri secara cepat.
Burnley kini bercokol di puncak klasemen EFL Championship dengan keunggulan 13 poin dari saingan terdekat mereka. The Clarets hanya membutuhkan sembilan poin dari 27 poin maksimal yang bisa diraih agar bisa kembali promosi ke Liga Primer di musim mendatang.
Itulah yang membuat Josep Guardiola tidak bisa meremehkan tim asuhan mantan anak didiknya. Apalagi, Piala FA dikenal sebagai 'kuburan' bagi klub-klub besar. Dari delapan tim yang tampil di perempat final Piala FA, hanya empat tim yang mewakili kasta di atas. Empat tim lainnya ialah klub papan bawah yang tampil sebagai 'pembunuh raksasa', termasuk Burnley.
Meski saat menjadi pemain dikenal sebagai palang pintu yang tangguh, Kompany merupakan tipe pemain belakang yang memiliki naluri menyerang yang tinggi. Ia bahkan sering kali menjadi pemain yang paling depan menjebol gawang lawan.
Kebebasan bermain seperti itu yang diturunkan kepada anak-anak asuhannya. Burnley bisa begitu dominan di EFL Championship karena Kompany memberikan kebebasan kepada tim asuhannya untuk bermain dan ketika keluar menyerang.
Dengan serangan yang mengalir bebas, permainan Burnley lebih sulit ditebak. The Clarets menjadi tim yang berbeda seperti saat masih ditangani pelatih Sean Dyche.
Kompany biasa bermain dengan menempatkan dua ujung tombak. Dengan Nathan Tella dan pemain Maroko kelahiran Belgia, Anass Zaroury, sebagai duet penyerang di depan, Burnley tidak pernah takut menyerang meski bermain di kandang lawan. Rabu lalu, Tella mencetak hattrick untuk menundukkan tuan rumah Hull City 3-1.
Kedua penyerang muda itu ditopang pemain kawakan Ashley Barnes yang melapis di belakang. Pengalaman Barnes sangat membantu Tella dan Zaroury karena ia merupakan pemain Burnley terakhir yang pernah menjebol gawang Manchester City.
Sentuhan berbeda lain yang dilakukan Kompany di Burnley ialah pilihan untuk menempatkan double-six di lapangan tengah. Jack Cork dan Josh Cullen ditugaskan untuk berduet di gelandang tengah. Tugas mereka menghadang pergerakan lawan sebelum masuk teritori trio pemain belakang Hjamar Ekdal, Jordan Beyer, dan Ian Maatsen.
Sementara itu, dua gelandang sayap Johann Gudmundsson dan Vitinho berperan membantu serangan. Mereka bebas berpindah tempat guna mendobrak pertahanan lawan.
Melihat penampilannya yang konsisten di ajang Piala FA, Kompany kemungkinan memercayakan Bailey Peacock-Farrell untuk tetap berdiri di bawah mistar meski Burnley memiliki dua kiper asal Manchester City yang kini bergabung dengan mereka, yakni Taylor Harwood-Bellis dan Arijanet Muric.
Peacock-Farrell menjadi salah satu yang menentukan perjalanan Burnley bisa tembus hingga perempat final. Para pemain lain mengharapkan agar ia diberikan lagi kepercayaan karena sudah mampu membuktikan kemampuannya hingga sejauh ini.
Rotasi pemain
Kompany memilih mempertahankan the winning team, Pep Guardiola justru harus merotasi pemainnya. Tiga kompetisi yang masih dijalani tim asuhannya membuat Manchester City harus mengatur benar kebugaran para pemainnya.
Kiper Stefan Ortega kemungkinan dipertahankan untuk tampil dalam ajang Piala FA guna memberi kesempatan kepada Ederson istirahat. Empat pemain belakang yang akan mendampingi kemungkinan dipercayakan kepada Kyle Walker, Rico Lewis, Aymeric Laporte, dan Sergio Gomez.
Gelandang bertahan Kalvin Phillips yang lebih banyak duduk di bangku cadangan mendapat peluang tampil menggantikan posisi Rodrigo Sanchez. Sementara itu, peran pengatur serangan diberikan kepada Bernando Silva agar Kevin de Bruyne bisa istirahat.
Mesin gol Erling Haaland kemungkinan juga diistirahatkan karena diperlukan Pep Guardiola meraih mimpi merebut Liga Champions. Penyerang muda asal Norwegia itu mencetak lima gol saat the Citizens menggunduli Red Bulls Leipzig 7-0. Haaland merupakan penyerang Liga Eropa paling produktif saat ini karena sudah mencetak 39 gol di seluruh kompetisi yang ia jalani.
Penyerang muda asal Argentina Julian Alvarez kemungkinan akan mengisi tempat Haaland. Alvarez tidak kalah tajam dan menjadi salah satu pahlawan yang membawa tim Tango memenangi Piala Dunia 2022.
Dengan Phil Foden yang bermain dari kiri dan Riyad Mahrez dari kanan, Manchester City tetap pantas untuk ditakuti. Rotasi pemain tidak mengubah banyak permainan the Citizens yang selalu mencoba mengendalikan permainan dan cepat memindahkan blok permainan untuk memanfaatkan kecepatan para pemain mereka.
Sebagai pemain yang paham gaya permainan dan taktik yang biasa diterapkan Guardiola, Kompany pasti mengerti kekuatan dan kelemahan bekas klubnya. Pengalaman 11 tahun bersama the Citizens itulah yang menarik untuk ditunggu karena hanya dengan counter strategy yang tepat Burnley bisa membalikkan semua perhitungan di atas kertas.
Memang tidak banyak yang memperkirakan Burnley akan memenangi pertandingan. Hanya satu di antara 16 orang yang percaya kalau malam ini akan terjadi kejutan besar.
Namun, itulah yang seharusnya menjadi modal Burnley. Mereka tidak perlu takut untuk kalah dan dengan bermain tanpa beban justru semua kemampuan terbaik akan bisa keluar.
Klub yang sudah berusia 140 tahun itu baru sekali pernah mengangkat Piala FA. Itu pun sudah terjadi 108 tahun yang lalu. Setelah lebih satu abad tanpa juara, memang Kompany mempunyai tugas berat mengembalikan kejayaan tersebut.