FORUM Akademisi Penggemar Sepak Bola Indonesia (FAPSI) mendorong Komite Pemilihan PSSI menyelenggarakan debat terbuka calon ketua umum. Pasalnya, di tengah momentum perbaikan sepak bola Indonesia, PSSI perlu melibatkan partisipasi publik dalam menilai sosok penting yang nantinya akan menahkodai federasi.
Koordinator Nasional (Kornas) FAPSI Amsori Bahruddin Syah mengatakan terdapat dua hal penting dalam penyelenggaraan debat terbuka calon Ketum PSSI. Pertama, ruang bagi para kandidat menyampaikan gagasan, visi dan misinya dalam membangun sepak bola nasional.
"Para kandidat Caketum PSSI bisa menjadikan forum debat kandidat ini sebagai ajang festival gagasan, menyampaikan visi dan misinya yang nanti ketika terpilih memimpin federasi," kata Amsori kepada wartawan, Sabtu (28/1).
Baca juga: Erick Thohir dan Zainudin Amali Dinilai Mampu Bawa Kemajuan Sepak Bola Indonesia
Kedua, lanjut Amsori, momentum debat terbuka bisa jadi masukan para voters dalam menilai, mempertimbangkan dan pada akhirnya menentukan pilihannya kepada calon ketua umum terbaik yang sesuai dan harapan. Jangan sampai kenal kulit, tapi tidak kenal isinya.
"Para voters akan melihat kapasitas dan kapabilitas para kandidat, menilai dari sisi gagasan dan track record serta komitmen dalam membangun sepak bola nasional. Ini akan jadi nutrisi bergizi bagi para pemilih," ujarnya.
Dikatakan Amsori, debat kandidat ini bakal menjadi langkah penting di tengah desakan publik yang menginginkan adanya revolusi sepak bola Indonesia. Hal itu bisa mungkin tercipta jika masyarakat diberikan ruang untuk melihat kapasitas calon ketua umum.
"Ini momentum yang tepat bagi PSSI untuk berbenah, merespon harapan masyarakat yang sangat luar biasa agar adanya revolusi sepak bola Indonesia," ucapnya
Selain ruang promosi bagi para calon Ketum PSSI untuk menyampaikan pikiran-pikiran mereka terkait pengembangan sepak bola Indonesia ke depan, Amsori melihat debat terbuka sebagai bukti keseriusan PSSI untuk perbaikan sepak bola nasional ke depan.
"Selama ini publik kecewa dengan PSSI karena banyak hal, mulai dari abai atas kasus Kanjuruhan hingga gagal mengelola liga dan keamanan pertandingan. Nah momentum debat terbuka calon ketua umum ini jadi kesempatan terakhir PSSI kembali meraih kepercayaan masyarakat," terangnya
Amsori menjelaskan, meskipun kabarnya ada agenda penyampaian visi misi kandidat di hadapan voters, tapi itu dilakukan terpisah. Ia menilai cara itu tidak efektif dalam menguji kapasitas dan kapabilitas calon ketua umum.
"Kita mau semua calon dihadirkan dalam satu waktu, satu forum untuk menyampaikan visi misinya. Kemudian ada dialektika, debat, dan adu gagasan. Dengan cara itu akan teruji mana calon yang punya isi dan calon yang hanya punya ambisi," tegasnya
"Konsep pemaparan tertutup tanpa melibatkan masyarakat akan memperkuat dugaan bahwa PSSI ini tidak menjadikan masyarakat sebagai stakeholder utama sepak bola Indonesia. Itu konsep yang salah, sebab tanpa masyarakat tidak ada pertandingan sepak bola," imbuhnya
Amsori mendorong agar PSSI melibatkan partisipasi masyarakat sebagai stakeholder utama sepak bola Indonesia. Ia menilai sikap elitis dan ego sektoral PSSI harus dihindari, karena sudah terbukti dengan pola seperti itu tidak membuat PSSI baik dan sepak bolw Indonesia maju.
"Kita lihat saja, sudah berapa kali ada KLB PSSI, hasilnya apa? Tidak adanya perubahan dalam sepak bola di Indonesia karena proses pemilihan ketua umum tidak melibatkan masyarakat, padahal sepak bola ini sudah jadi agenda rakyat," paparnya
Akademisi Universitas Nasional (Unas) ini mengingatkan pemilih dan masyarakat pecinta sepak bola agar pemilihan ketua umum PSSI tidak sebatas simbol seperti sebelum-sebelumnya, hingga harapan masyarakat agar sepak bola Indonesia mendunia sebatas angan.
“Jangan sampai pemilihan ketua umum PSSI ini hanya sebatas simbol saja, halnya sebatas pehelatan yang akan terus dilakukan begitu-begitu saja, sementara harapan masyarakat ingin bahwa Indonesia ini tampil di piala Dunia,” ujarnya.
“Ini era keterbukaan jangan ditutup harusnya dibuka transparan karena apa Karena sepak bola bagi masyarakat Indonesia selain kebutuhan juga sebagai bahan penggembira,” jelasnya.
Amsori menjelaskan, jika memang PSSI tidak mengagendakan debat terbuka calon ketua umum, masyarakat atau swasta bisa mengambil inisiatif melakukan kegiatan tersebut.
"Kalau PSSI ternyata tidak ada agenda debat terbuka calon ketua umum. Ya bisa saja masyarakat atau swasta mengambil inisiatif itu. Bahkan FAPSI siap menyelenggarakan asal mendapat dukung dari para kandidat," ungkapnya
Lebih lanjut Amsori menjelaskan, FAPSI sebagai lembaga yang di dalamnya terdapat para ahli, guru besar dan profesor memiliki kompetensi untuk menyelenggarakan debat terbuka calon ketua umum PSSI.
“Karena FAPSI basisnya akademisi, maka kita akan menghadirkan para profesor. Ini tentu tidak terjebak pada kutub manapun, dia akan bicara pada wilayah pengabdian, dia sebagai akademisi, tentu namanya pengabdian berarti yang dibawa oleh para akademisi ini untuk kemajuan sepak bola Indonesia,” tutupnya. (RO/OL-1)