PADA 26 Mei 2018, di Stadion Olimpiade Kiev, nama Mohamed Salah mencuat sebagai bintang baru sepak bola dunia. Salah menjelma sebagai mesin gol yang membawa Liverpool kembali menjadi klub yang disegani. Final Liga Champions akan menjadi ajang pengukuhan bagi pemain asal Mesir itu sebagai mahabintang baru sepak bola.
Tidak keliru apabila semua mata tertuju kepada Salah. Ia pun begitu bersemangat untuk segera tampil. Apalagi, lawan yang akan dihadapi ialah raksasa sepak bola Eropa, Real Madrid. Dua belas kali juara Liga Champions yang mereka raih ketika itu merupakan bukti kehebatan Real Madrid.
Nama-nama besar yang ada di Real Madrid membuat semua pemain lawan ingin membuktikan bahwa mereka tidak kalah jika dibandingkan dengan para pemain Los Blancos. Wajar apabila Salah pun ingin menunjukkan kelasnya sebagai bintang baru yang pantas untuk diperhitungkan.
Selama 25 menit penampilan, Salah memang menjelajah semua lapangan. Ia mencoba menunjukkan kehebatannya dalam menggiring bola yang membuat klub-klub Liga Primer Inggris kesulitan untuk menahan gerakannya.
Namun, Real Madrid memiliki seorang kapten kesebelasan yang tidak pernah mengenal kompromi dan juga belas kasihan. Sergio Ramos, nama sang kapten, dikenal sebagai center-back yang keras dan tangguh. Pemain sekelas Lionel Messi pun jera kalau harus berhadapan dengannya.
Salah pun menjadi salah satu korbannya. Ketika Salah mencoba beraksi di depan Ramos, center-back Real Madrid itu langsung menghadangnya. Bukan hanya bola yang ada di kaki Salah yang ia tahan, melainkan badan Salah pun ia smack-down ke atas rumput.
Posisi jatuh Salah yang tidak tepat membuat tulang bahunya ikut terlepas. Tim kesehatan Liverpool mencoba untuk mengobati sakit bahu Salah. Namun, hanya empat menit pemain asal Mesir itu bisa bertahan dan kemudian ditarik keluar karena bahu yang kesakitan.
Salah tidak hanya menangis karena kesakitan, tetapi juga ajang final Liga Champions gagal untuk membawanya menjadi bintang. Apalagi kemudian Liverpool harus menyerah kalah 1-3 sehingga terhapuslah semua kebesaran yang ditorehkan Tim Merah.
Kesempatan kedua
Sabtu malam atau Minggu dini hari nanti, Salah mendapatkan kesempatan untuk membalas rasa sakit yang ia rasakan lima tahun lalu. Untuk kedua kalinya dalam lima tahun terakhir, Liverpool dan Real Madrid akan bertemu di final Liga Champions.
Stadion Parc de Princes, Paris, diharapkan menjadi ajang yang berbeda dengan Stadion Olimpiade Kiev. Di kubu Los Blancos sekarang sudah tidak ada lagi Ramos. Mahabintang Cristiano Ronaldo pun sudah pindah ke Manchester United. Hanya tinggal beberapa pemain lama yang masih membela Real Madrid malam nanti.
Sebaliknya, Liverpool relatif tidak banyak berubah. Di samping Salah, masih ada Sadio Mane dan Roberto Firmino. Di tengah, kapten Jordan Henderson dan Fabinho masih tetap bermain. Bahkan di belakang dan kiper sama sekali belum berganti, formasinya masih tetap.
Inilah yang pantas membuat Liverpool untuk lebih percaya diri merebut trofi Liga Champions kedua mereka dalam lima tahun terakhir. Tim asuhan Juergen Klopp itu berjaya pada 2019 untuk mengukuhkan diri sebagai klub Inggris paling sukses di ajang Liga Champons.
Tidak berlebihan apabila The Reds lebih diunggulkan malam ini karena memiliki tim yang hampir enam tahun selalu bermain bersama-sama. Dua pemain yang baru bergabung di musim ini, Thiago Alcantara dan Luis Diaz, semakin membuat solid Liverpool.
Berbeda dengan 2018, kali ini para pemain Liverpool sudah lebih matang. Mereka jauh lebih sabar dan lebih kreatif untuk membongkar pertahanan. Kalau pelatih Manchester City Josep Guardiola menyebut Liverpool sebagai lawan terberat yang harus ia hadapi di kompetisi Liga Primer karena Henderson dan kawan-kawan memaksa The Citizens berjuang hingga menit-menit terakhir sebelum bisa memastikan menjadi juara musim ini.
Kesabaran dan kreativitas dalam menyerang yang diperlukan Liverpool untuk menghadapi Real Madrid nanti malam. Juara La Liga ini merupakan tim yang tidak mudah ditembus. Karim Benzema dan kawan-kawan selalu mampu bangkit dan keluar dari krisis.
Manchester City merupakan tim terakhir yang mereka empaskan sebelum tampil di final. Kalah 3-4 pada pertandingan pertama dan tertinggal 0-1 hingga menit terakhir pertandingan kedua, tim asuhan Carlo Ancelotti bisa membalikkan keadaan untuk menang 3-1 atas The Citizens.
Liverpool tidak hanya harus bekerja keras untuk menghentikan Real Madrid, tetapi juga membutuhkan keberuntungan. Salah, Mane, dan Diaz harus tampil dengan permainan terbaik apabila ingin mempersembahkan gelar ketiga bagi Tim Merah di musim ini.
Bahkan, perjuangan paling berat berada di lapangan tengah karena Real Madrid sangat tangguh di jantung permainan. Henderson tidak cukup hanya tampil ngotot, tetapi harus lebih cerdas. Di usia yang tidak muda, ini kesempatan emas bagi Henderson untuk menjadi kapten kesebelasan yang dua kali mampu mengangkat trofi Liga Champions.
Mantan asisten pelatih Inggris Gary Neville menyebut lapangan tengah Liverpool bisa menjadi titik lemah tim. Apabila Klopp menurunkan Henderson-Fabinho-Thiago Alcantara sebagai starter, yang paling muda usianya ialah Fabinho yang berusia 28 tahun. Henderson dan Thiago sama-sama berusia 31 tahun.
Kalau Klopp memilih Naby Keita untuk tampil lebih awal, secara fisik akan lebih membantu Liverpool karena pemain asal Guenia ini berusia 27 tahun. Namun, pelatih asal Jerman itu harus membangkucadangkan Henderson atau Thiago Alcantara untuk strategi itu.
Dilema Ancelotti
Namun, dilema yang hampir sama dihadapi oleh Ancelotti. Ia harus memilih menurunkan pemain dengan nama besar atau tampil dengan pemain muda yang lebih energik. Trio Luca Modric-Casemiro-Toni Kroos memang nama-nama besar yang membawa Real Madrid ke puncak kejayaan. Namun, usia mereka sudah di atas 30 tahun dengan total usia ketiganya mencapai 98 tahun.
Saat menghadapi Manchester City di semifinal, ketiganya tampil di bawah standar. Ketika pemain muda seperti Federico Valverde-Eduardo Camavinga-Marco Asensio masuk untuk menggantikan mereka, baru permainan Los Blancos lebih menggigit dan membalikkan keadaan.
Real Madrid memang sedang transisi menuju tim yang baru. Ancelotti mempunyai dua penyerang muda Vinicius Jr dan Rodrygo Silva yang membuat tim asuhannya menjadi lebih menggigit. Dua pemain asal Brasil ini membuat kapten kesebelasan Karim Benzema lebih ringan kerjanya dan lebih mematikan gerakannya.
Perpaduan pemain kawakan dan muda bukan mustahil akan membawa Real Madrid merebut gelarnya ke-14 di ajang Liga Champions. Ancelotti telah berhasil membangun sebuah Real Madrid yang tangguh dan tidak tertahankan di ajang La Liga. Los Blancos mampu merebut gelar ke-35 di ajang Liga Spanyol.
Mantan bintang Liverpool yang pernah bermain juga untuk Real Madrid, Michael Owen melihat Tim Merah berpeluang untuk membalas kekalahan 2018 sekaligus mencetak treble di musim ini. “Hanya saja harus diingat Real Madrid merupakan tim yang selalu bisa tampil fenomenal di final. Mereka sudah membuktikan ketangguhan saat menyingkirkan Chelsea dan Manchester City. Ini yang harus diingat oleh para pemain Liverpool,” ujar Owen mengingatkan.