Malam
Malam kian dingin dan erang
diselimuti cahaya kegelapan.
Kehadiranmu buatku tenang
mengundang tipu daya paras diri.
Salju turun menusuk tulangku
ada suara bertalu-talu dan berdengung.
Kamu mendengar meski jarak kita pendek
membiru dalam susunan bintang gemintang.
1927
Penyakit
Oh, betapa indah. Betapa tenang,
menikmati kesendirian tanpamu.
Kebisingan, kebingungan, dan
keheningan hadir silih berganti.
Namun di tengah keramaian,
aku memilah sepenggal kenangan.
Mimpi pasti lenyap kini atau nanti
aku tahu, waktuku tak banyak
aku tahu, tak berguna bertahan.
Ceritalah sedikit atau segalanya,
jiwa tak akan pergi ke mana-mana.
Aku merasa lemah; sakit dan demam
Barangkali akan mati ini hari...
"Kulalui sisa waktu perlahan
meski terbang jauh tanpamu?"
Anna... kamu demam, gigil, dan redup.
Maafkan aku atas ini pertemuan.
1970
Baca juga: Puisi-puisi Sergey Yesenin
Musim Semi Teranggun
Musim semi begitu anggun. Angin menerpa,
daun menguncup, dan pendosa menggigil.
Apa kamu tidak bisa berdiri lagi? Ini malam...
bau keringatmu membuatku merinding
dan sempat menyelubungi pori-poriku.
Di antara cabang-cabang pohon maple, rambutmu terurai,
dan tatapan matamu lembut bergoyang-goyang.
Semuanya sudah direncanakan. Begitu pula aku
ditakdirkan untuk menyedot bintang di kulit sendiri;
pengap keringat bumi dan cahaya surya terbenam...
namun gelisah semakin menancap di dada
dan gigiku terasa ngilu.
1927
Aku mencari arti kehidupan dengan cara memilih jalan keheningan. Menjauhi kebingungan dan keriuhan di hidup ini.
Kesedihan
Pergi, pergi, pergi,
menghilanglah segera dariku
jika selamanya; bagiku itu biasa saja
jika tidak, pergi saja dari pandangan ini.
Aku tak mendengar, tak melihat,
tak mengetahui siapa dan apa.
Aku tak pernah berpikir tuk menyinggung hidupmu,
namun bagaimana pun gelap dan mati ada di sini!
Aku sudah lelah hidup, hanya untuk
menunggu dan mencintaimu tanpa kasih...
Semua berakhir dan hilang duniaku
memikirkan tentang ketiadaanmu.
1964
Baca juga: Puisi-puisi Osip Mandelstam
Mencari Arti Kehidupan
Aku mencari arti hidup. Melihat sekeliling,
mencoba untuk mengingat kembali sesuatu
yang tak bisa kutanggung seperti mimpi.
Kejahatan ini terasa mengganggu
untuk menemukan titik ketengangan.
Tampaknya, kamu benar-benar tidak cocok denganku.
Tapi kali ini, hidup ialah waktu memperbaiki diri,
meluruskan kata, dan menjagamu baik-baik...
Menjalani hidup secara tenang dari segala ancaman
sebagaimana jawaban; semua sudah terlambat,
tak ada cara lain tuk membawamu kembali.
Aku mencari arti hidup. Melihat sekeliling,
mencoba untuk mengingat kembali
usiaku yang tidak diketahui.
Aku lupa semua yang terjadi,
mungkin aku begitu mencintai hutan dan salju.
Bagiku salju ialah misteri cahaya
yang selalu saja terdiam
dan setuju tuk hidup bersama.
Aku memilih jalan keheningan,
tetapi tidak di hutan;
menjauhi kebingungan dan keriuhan.
Semua orang berjalan
menyusuri hutan...
1969
Bacaan rujukan
¹ Maria Petrovykh. Dari Hening sampai Puisi. Moskwa: Eksmo-Press, 1999.
Maria Sergeevna Petrovykh, penyair, lahir di Norsk Posad, Yaroslavl, Rusia, 13 Maret 1908. Pada 1925-1930, ia menamatkan pendidikan di Fakultas Sastra, Universitas Negeri Moskwa. Pernah bekerja sebagai editor sastra di kantor redaksi Gudok dan Selkhozgiz. Kumpulan puisinya yang terkenal ialah Dalnee derevo (Pohon yang Jauh) diterbitkan Hayastan pada 1968. Petrovykh meninggal di Moskwa, 1 Juni 1979 dan dimakamkan di Pemakaman Vvedenskoye. Pada 2013, Eksmo, sebuah penerbit ternama di Moskwa mempublikasikan antologi puisi untuk mengenang kiprah kepenyairannya berjudul Penyair Dunia yang Hebat: Maria Petrovykh. Puisi-puisi di sini diterjemahkan oleh Iwan Jaconiah, penyair, editor puisi Media Indonesia, dan kurator antologi puisi Doa Tanah Air: suara pelajar dari negeri Pushkin Pentas Grafika, Jakarta, 2022. (SK-1)