Ilustrasi: Himbad
Sore
Ini hari kesepian menjenguk perlahan. Tak kudengar alunan suara-suara. Hanya lantunan azan saat senja perlahan luruh di hadapanku. Bidadari kecil di mana dirimu berada? Aku merasa kehilangan ketika kau jauh dariku. Bisik lirih suaramu akhirnya selalu bikin merindu. Saat berjauhan, semuanya terasa hampa dan tak satu pun tertinggal di kuping ini. Aku mengenang perjalanan yang begitu jauh bersamamu. Apakah terkutuk oleh rindu yang kau beri untukku? Ataukah akulah musebab dari apa yang kuperbuat? Ini sore kau jauh; di sebuah kota yang kutahu, dan pastinya kau pun berharap aku akan datang menjemputmu.
27 Februari 2023
Gadis Lalu
Ombak-ombak kecil memanggilmu dalam gemuruh.
Gadis penuh luka; bagian dari hatimu, perlahan rapuh.
Kau punya mata sayu di bawah kerutan dahi dan di pipi.
Kau biasa, saat kulihat dari sudut pikiranku. Namun,
Istimewa saat kutahu jalanmu mengarah padaku.
24 Februari 2023
Man-U-Sia
Cemas mengakar dan khawatir menjalar.
Pikiran itu pelan-pelan kian terbakar.
Ah! Mudah sekali ia dihiasi muak.
Sepi diterjang tak sepenuh ramai.
Sampai kapan?
Coretan mungil tak berguna ia tulis.
Tawa, perih, dan bahagia pun tak lupa dibawa.
Sudah seperempat dewasa, ha ha ha!
28 Juli 2022
Tiga Pagi
Segala hormat kucurahkan
kepada tuan yang sehari-hari
membahas pekerjaan;
"Gajimu berapa?"
Banting tulang sampai kepalang.
"Cicilanmu berapa?"
Sampai-sampai kau sendat bernafas.
Di sudut sepi, terkadang
Kau mengelus dadamu.
Mengeluh tapi meluluh.
Mengais tapi menangis.
Begitu pula perih tanpa peluh.
15 Juli 2022
Kepada duka; aku tak ingin memaksa karena kau datang, dan aku hanya bisa menerima.
Batasan
"Mencampuri yang kumuh adalah nuasa nirmalamu. Mengutarakan yang seharusnya tak diutarakan adalah batasan yang ditentang," ucapmu. Mengajakmu bertemu hanya nuasa dingin saja. Ketahuilah, kau masih setengah dariku. Ah! Sudah lekang dimakan waktu. Urusanmu sekarang bukan lagi bagianku. Beribu waktu mulai mengikis atau aku makin bengis?
5 Juli 2022
Aku Orang Kecil
Kepada yang lebih tahu aku tak ingin memberi tahu karena aku tak tahu.
Kepada para pemikir aku tak akan berpikir karena aku baru belajar berpikir.
Kepada yang luas aku tak akan memperkecil karena aku masih kecil.
Kepada udara aku tak ingin menjadi tinggi karena aku orang kecil.
Kepada duka aku tak ingin memaksa karena kau datang dan aku hanya bisa menerima.
Kepadamu yang jelas aku tak tahu adalah ketika aku merasa ingin, lalu titik berkata lain.
Kepadaku semoga bisa lekas berbenah dengan dunia yang sudah menginjak usia tua.
9 Oktober 2022
Renggut
Kau tidak berkata benar-benar dihadapanku. Aku tak perlu cemas mendengar sepi yang kerap kali kau bagi. Betapa munafiknya aku membelakangi perasaan yang kucampur aduk dengan separuh rasa iba ini. Akhir dari semuanya ialah tiada bukan? Tapi kau ada, makhluk yang nyata di bola mataku.
27 September 2022
Baca juga: Sajak-sajak Saras Dewi
Baca juga: Sajak-sajak Imam Budiman
Baca juga: Sajak-sajak Fathurrozi Furqon
Aditya Billy, mahasiswa, lahir di Cirebon, Jawa Barat, 14 November 2002. Sedang menekuni dunia tulis-menulis dan membaca. Puisi-puisinya pernah ditayangkan di Media Indonesia. Kini, tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah. Ilustrasi header: Tom, 2022, Acrylic on linen, with uv archival varnish, 100 × 100 cm, Himbad, koleksi Tang Contemporary Art Bangkok. (SK-1)