Sajak-sajak Ira Prihapsari 

Ilustrasi: Mellisa Chalhoub 

Tinta Biru 

Padamu nasibku seakan diadu 
tuan dan puan menghormatimu, 
laksana kaulah si paling akurat 
adamu menjadi pukat, membuat 
siapa saja tak mampu berkutat 

Ya, mereka terjerat 
bila hendak lepas, 
sesiapa saja harus 
siap dengan hujat 
celaka, bila semua laku 
bernaung pada tinta biru 

2022 


Mungkinkah Ini Kita? 

Mungkinkah ini kita? 
saling ada namun tak jaga 
jika pungkas seluruh semesta 
semoga bukan neraka menganga 
siapa saja hamba, insan tiada rupa 
berbalut nestapa, bersambut lara 

Mungkinkah ini kita? 
saling ada namun tak jaga 
ayahku duka, ibuku luka 
biar bertumbuh nelangsa 
asal bukan sapu angkara 
masihkah tergurat tawa 
di antara kita? 

Mungkinkah ini kita? 
berjalan di belantara 
tanpa mengerti arti rasa 
menyibak kabut pagi buta 
menawan peraduan senja 
lengar sudah isi kepala 
bolehkah aku bertanya; 
akankah ini sayembara belaka? 
jika ya, siapa pemenangnya? 

2022 


Tunda 

Ada sua yang telah lama alpa 
hingga lupa rasanya bertegur sapa 
tak apa, bila cakap hanya terjalin maya 
tak apa, untuk asa yang tengah terjeda 

Saat nanti waktunya tiba, 
akan kugandakan semuanya 
pergi lebih jauh, memilin jarak tempuh 
dengan kilometer berpuluh 
kau bisa pilih kota-kota manasuka 
kujanjikan peluk lebih erat dari sebelumnya 
otot-otot jantung bekerja lebih cepat dari biasanya 
akan kuajak bersepeda ria, makan segala aneka 

Menilik gunung-gunung yang perkasa 
membelah ombak-ombak di samudra 
kuajak lompat dalam gegap gempita 
panggung-panggung bernada 

Ya... 
bila saat telah tiba, 
dan semuanya kembali mereda, 
pastikan kau masih di sana 
untuk melega jalan bersama 

Mari merapal sebanyak-banyak doa 
abadikan pengalaman yang ada 
untuk cerita anak cucu kita 
agar hidup lebih bijaksana 

2022 


Jiwa-Jiwa Terserak 

Aku baru saja retak 
terhantam bentak dan gertak 
dari mulut yang kukira sanak 
tetapi ternyata bermuka kotak-kotak 

Harkatku pun terbajak 
yang kupunya tinggal tengkorak 
tiada lagi semarak kutuang sedikit arak 
membuat jantungku kian cepat terdetak 
tanpa sadar, tanganku mulai berkacak 
mulutku bersorak; “Katak!”
 
Alamak, terlalu banyak lagak 
apa memang aku terlahir sebagai budak? 
impian mangkrak kasih pun tak kutemu jarak 
masa depan tinggallah kerak 

Jika masih kutemu jarum jam berdetak, 
maka kupilih untuk beranjak. 

2022 


Generasi Gagap 

Seorang anak duduk di bangku 
menyanding buku, tak berkedip menyimak vidio guru 
katanya ia diminta mencatat hal yang dirasa perlu 
sedari pagi pukul tujuh hingga mentari kembali ke tempatnya beradu, 
ia belum juga beranjak dari bangku, terpaku seperti ditikam dari segala penjuru 

“Kumpulkan tugas-tugasmu, bila terlambat nilai dikurang satu”, kata si guru 
kalimat itu terngingat di kepalanya setiap waktu 
memaksanya menjadi patung batu atas permintaan ibu
matanya sayu, lantaran berminggu ia seperti itu 
lidahnya kelu, menjadi gagu lantaran kawan bercakap tak ia temu 

Bagaimana pendidikan akan maju, 
bila hanya terdepan teoretis tetapi laku kaku 
si anak hanya duduk, mancatat semua ilmu 
bila penilaian hanya berdasar itu, akan muncul generasi wagu 

Pembelajaran mestinya tak terbatas ruang dan waktu
padahal si anak bisa belajar fisika dari memeras baju 
mempraktikkan konsep rotasi air, sekaligus membantu ibu 
si anak bisa belajar sambil belanja di pasar
konsep untung rugi di matematika dan negosiasi di pelajaran bahasa
belajar biologi dengan menanam kedelai
mengamati pertumbuhannya senti demi senti 
meramu sintesis dari hasil analisis
bila penilaian berdasar itu, akan muncul generasi eksis 

Bila masih belum juga tanggap,
ayo kita lihat, akan lahir generasi gagap. 

2022 


Separuh 

Jangan dulu rapuh 
jalan panjang harus ditempuh 
Biar payah menyeluruh, 
besarkan hatimu ‘tuk tangguh 

Bukan karena kau telah berpeluh 
lantas semena-mena mengaduh 
berharap orang lain menaruh acuh 

Sekonyong-koyong kau bertaruh, 
percayalah tiada hati yang melepuh. 

2022 


Masih Jauh 

Bila jalanmu masih panjang nan gersang, 
teruslah terjang walau sekonyong-konyong 
terik mendekapmu, teruslah melaju 
barangkali di depan kau temu pepohon rindang 
atau justru hamparan pantai elok tiada berkesudahan 

Tak perlu khawatir tertinggal rombongan lain 
kau bisa mulai dari setapak paling kecil 
bila capai, duduklah di tepian 
nikmati sejenak sepoinya jumantara 

Mencapai puncak memang butuh peluh 
bila rasa hanya dihimpit keluh, 
ya, bisa-bisa semuanya runtuh 
padahal jalannya masih jauh! 

2022 


Moksa 

Jika kau ada, 
berikanlah bara pada jiwa 
yang tiada lagi menganga 
agar nyala hidupnya 
hanya jika kau ada, 
berikanlah makna pada 
setiap harap dan asanya 
agar berwarna harinya 

Namun jika kau tiada, 
jangan menawar goda 
dan menjanji banyak aksara 
sudahi pula kerlingan mata 
dan jika kau benar-benar tiada, 
jangan tampakkan raga 
itulah cara terbaik mengolah rasa 

2022 


Sampanku 

Izinkan sampan kecilku berlabuh, 
untuk ini hari saja 
akan kuturunkan ikan hasil tangkapanku, 
walau tak banyak jumlahnya 

Kau di sana siapkan bara 
yang lain siapkan bumbu 
si mungil memanjat kelapa, hahaha...  
sepertinya ia tak mampu menahan dahaga 

Izinkan sampan kecilku berlabuh, 
dengan hangat warna senja 
ditemani dekapan orang-orang tercinta 

Bilamana esok 
sampanku tiada lagi berlabuh, 
kirimkan saja doa untukku. 

2022 


Ruang Tengah 

Setiap orang berhak mengetuk pintu, 
mengucap salam, lalu masuk ke ruang tamu 
menikmati teh hangat yang telah terseduh, 
melumat biskuit sembari bertukar rindu 
bila beruntung, akan diajak ke ruang tengah 
disuguhkan jamuan istimewa maupun alakadarnya 
perlakuan pun seperti tuan dan nyonya 

Di lain sisi; 
orang jua berhak mengetuk pintu, 
mengucap salam, dan berlalu 
diteguknya rindu sendiri, karena 
tiada pintu yang menganga 
juga ada yang mengetuk pintu, 
mengucap salam, lalu duduk di ruang tamu. 
Anehnya, bergegas pergi saat tuan rumah menyiapkan jamuan 
ia sisakan kegelisahan bagi tuan rumah 

Menjadi tamu, bukan berarti seorang raja atau ratu 
menjadi tamu harus tahu kapan saat paling tepat untuk bertandang 
juga sadar diri di ruang mana seharusnya menunggu 
sebaliknya, menjadi tuan rumah juga harus ramah 
menyiapkan jamuan terbaik meskipun sebenarnya sembari menyeleksi tamunya; 
akankah ia bawa ke ruang tengah, atau hanya cukup temu di teras rumah 

2022 

 

Baca juga: Sajak-sajak Marina Tsvetaeva
Baca juga: Sajak-sajak Inggit Putria Marga
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia

 

 

 

 



Ira Prihapsari, penulis, seorang guru bahasa Indonesia di SMA Pradita Dirgantara, Boyolali, Jawa Tengah. Telah menamatkan pendidikan Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Sebelas Maret. Meski berkecimpung dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, mengekspresikan diri melalui tulisan sastra merupakan hal baru yang akan selalu diasah. (SK-1)