Ilustrasi: Norbert Schwontkowski
Segelas Kopi Sebatang Rokok
Ingin kumasukkan kepalaku
ke dalam segelas kopi
agar larut tanpa bekas
Ingin kususun hatiku
di barisan cengkih tembakau
agar terbakar menjadi abu
2022
Doa Seorang Penganggur untuk Anaknya yang Lapar
Tuhan
berikanlah aku kekuatan
untuk mengubah pasir
menjadi beras
2022
Romantika Dayang Sumbi
: membaca kembali Nusantara
Aku mendengar legenda sunda
tentang seorang raja perbangkara
memimpin rakyat secara bijaksana
memiliki daya sakti mandraguna
Musim berburu pun tiba
raja beranjak beserta punggawa
menguji nasib di tengah belantara
asa membuncah inginkan rusa
Raja berniat membuang hajatnya
tanpa diduga tidak disangka
celeng wayungyang melahap semua
dari sini awal legenda bermula
Sudah menjadi takdir dewata
celeng wayungyang berbadan dua
mengandung anak dari sang raja
lahirlah putri berwajah jelita
Sang raja telah mendapat berita
pergi menjemput si anak dewa
diasuh penuh cinta segenap jiwa
dayang sumbi diberikan nama
Purnama berjalan mengganti masa
sumbi tumbuh beranjak dewasa
berparas cantik menjadi dara
sopan peringai juga sikapnya
Banyak raja menaruh rasa
berharap balas untuk dicinta
sumbi menolak dengan senyumnya
membuat raja menjadi murka
Cinta menjadi sebuah dilema menjadi penyebab huru-hara
sumbi mengambil langkah bijaksana
mengasingkan diri ke belantara
Menepi sepi dimayapada
bersama tumang titisan dewa
menjalani hari dengan gembira
walau di hati penuh nestapa
Dipondok kayu sumbi berkarya
menenun kain membuang hampa
suatu ketika tibalah masa
awal cerita cinta pertama
Alat tenun jatuh terbawa
sumbi bernazar dalam hatinya;
siapa yang bisa mengambilkannya
akan dijadikan teman istimewa
Bila perempuan menjadi saudara
bila lelaki menjadi kepala rumah tangga
sumbi kaget tidak terkira
tumang keluar sebagai jawara
Pernikahan di gelar tanpa pesta
rasa dipadu beralas cinta
tak terasa datanglah bahagia
lahirlah putra bernama jaka sona
Tumbuh berkembang lelaki digdaya
tampan rupawan membuat tergoda
lihai berburu seperti kakeknya
bersama tumang pengawal setia
Suatu ketika si ibu berkata
bawakan hati seekor rusa
patriotismе jaka sona melonjak seketika
wujud baktinya kepada orang tua
Hari itu memanglah beda
temaram tiba di ujung senja
hewan buruan tak juga ada
awal petaka mulai meraba
Tumang dipanah tepat di dada
diambillah hatinya pengganti rusa
dalam sendu berlinang air mata
tumang dibunuh oleh putranya
Makan malam tersaji di meja
si ibu lahap sambil bertanya;
tumang di mana batang hidungnya?
sejurus petir menyambar atma
Penuh amarah si ibu murka
mengayunkan gentong di kepala jaka sona
malam kelabu di belantara
jaka sona beranjak membawa duka
Zaman berganti merubah rupa
jaka sona berjalan mengembara
menjadi pemuda tampan perkasa
sebagai idola setiap nona
Takdir membawa langkah jaka sona
bertemu dengan pilihan hatinya
pucuk dicinta ulam pun tiba
di sini duka mulai bertahta
Duduk bersilang sumbi bermanja
mencari kutu di kepala pujaaan hatinya
kaget di jiwa datang menerpa
ornamen di kepala jadi saksi buta
Jaka sona tentu tidak terima
wanita pujaan adalah ibunya
mata hati sudahlah buta
cinta bertahta di atas logika
Sumbi takut tidak terkira
mengajukan syarat dengan terbata
jaka sona bukan lelaki biasa
menyanggupi keinginan dengan tertawa
Membuat waduk dan perahu raksasa
diberi waktu satu malam lamanya
dibantu oleh para punggawa
bekerja keras sekuat tenaga
Pekerjaaan hampir sudah berjaya
gelisah bercumbu sumbi sengsara
dicari akal menunda cinta
dewata menjawab permintaannya
Proyek jaka sono mangkrak sia-sia
penuh amarah serapah menganga
ditendang perahu sekuat tenaga
menjadi gunung kokoh perkasa
Cinta terlarang di mayapada
sumbi dan jaka sono tidak bisa bersama
sumbi, simbol perempuan bijaksana
yang terurai dalam kisah atau legenda
Jaka sona laksana pengelana nyata
dari bentuk keegoisan yang meraja
sebuah fenomena yang tertata
bahwa perempuan sudah merdeka
Sumbi serupa referentasi fakta
bahwa cinta tak dapat dipaksa
ia menjelma pembesar kaca
bagi tahta walau paras berbeda.
2022
Berikanlah aku kekuatan untuk mengubah pasir menjadi beras.
Senandung Tidur
Mari tidur,
esok akan kembali bersama
matahari sinis atau angin masam
rajah tajam atau kejam, biarkan saja
Tidurlah
esok akan mampiri jemu
ribuan batu dan debu
entah sedu atau sendu
Tidur, tidurlah di sini
lelapkan semua mimpi
tentang dongeng esok hari
yang tak henti-henti dicumbui ilusi
2022
Ibu dan Anak-anaknya
Kepada Tuhan,
pemilik alam semesta;
berikan kekuatan bagi Ibu
agar ia memeluk erat kami sebelum
ditalak kebodohan sebab di rumah banyak masalah.
Bagaimana tidak?
anak-anaknya mulai saling benci
warna kulit dan rambut kini berbeda
bukankah kami; dilahirkan dari rahim dan kasih yang sama
mengunyak makan dari sari pati tanah yang tak berbeda.
Bagaimana tidak?
anak-anaknya mulai rakus seperti tikus
diam-diam masuk ke lumbung padi menghabisi persedian yang seharusnya dimakan bersama;
mengisi perut mereka dengan jeritan kepedihan saudaranya.
Bagaimana tidak?
anak-anaknya mulai menjadikan ajaran-Mu
sebagai pemantik untuk menyulut api keegoisan
bukankah ajaran-Mu semua berisi tentang kebaikan
yang dijalankan secara berbeda, tetapi memiliki tujuan sama.
Bagaimana tidak?
anak-anaknya mulai merusak pondasi bangunan
bersusah payah dikerjakan leluhurnya sejak zaman penjajahan
mereka hanya menghargai lembaran rupiah sebagai simbol.
Bagaimana tidak?
anak-anaknya tidak menghargai
para penerus jejak Ki Hajar Dewantara
dengan menuduh kasih sayang sebagai sebuah kejahatan
menggiring langkah-langkah ke rumah yang tak diinginkan orang
sekarang kamu menang, kelak ada sidang pengadilan sesungguhnya.
Bagaimana tidak?
anak-anaknya meninggalkan kesederhanaan timur
lahap mencicipi makanan di tempat terkuburnya matahari
yang bumbunya bisa saja merusak jiwa dan raga
sebangganya mereka mengikuti falsafah di pantat truk;
"ini zaman milenial mas, gak gaya gak gaul!"
Bagaimana tidak?
anak-anaknya mulai serakah
oleh warisan yang ditinggalkan para leluhur
menghalalkan semua yang diharamkan kitab.
Bagaimana tidak?
hati anak-anaknya perlahan redup
tak beretika saat memohon sesuatu
tak memiliki naluri kelemah-lembutan
tanpa rasa bersalah mereka memecahkan kaca
membakar seisi rumah sebagai isyarat agar semua permintaan terpenuhi.
Kepada Tuhan,
pemilik alam semesta;
berikan kekuatan dan campur tangan-Mu
agar Ibu bisa kembali memeluk erat anak-anaknya
memperbaiki isi rumah kami yang koyak
hanya kepada-Mu kami meminta.
2022
Baca juga: Sajak-sajak Vito Prasetyo
Baca juga: Sajak-sajak Putri Sekar Ningrum
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
Ahmad Zainuddin Ujung, penulis dan guru, kelahiran Sidikalang, Sumatra Utara, 21 Maret 1989. Karya-karyanya berupa puisi dan cerpen tersebar di sejumlah media massa. Menamatkan studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Medan (2012). Selapas tamat, sempat menjadi pendidik muda di pedalaman Asmat, Papua (2013-2014). Kini, mengajar di sebuah sekolah dasar di Dairi. (SK-1)