Sokolniki
Kau begitu menawan saat gugur
tetap kokoh, membentang
walau warnamu berkunjung sudah
Kulitmu yang mendewasa,
namun kering, retak
sekarang telanjang tapi suci
jemarimu pernah menggapai mentari,
kini rontok, jatuh mengayun,
menyapa kami yang asing untukmu
Seakan waktu mengalihkan nyawa
‘tuk kami lanjutkan; kau percaya bahwa kami paling pantas
kau yakin, setia untuk selalu hadir mengisi hari-hari
2021
Moskwa dan Piter
Berawal di ibu kota,
yang konon selalu mengayomi,
menyambut hangat kehadiran kita
dengan penuh kasih sayangnya
Hingga saat berkunjung ke Piter,
walau sejenak, memunyai tempat khusus di hati
untuk kita kunjungi kembali
Namun, kasih sayang pun memisahkan kita
mungkin aku yang terlalu ingin melindungimu,
membuatmu merasa tidak nyaman
Mungkin saja singkat agar teringat kembali
asmara yang pernah singgah sejenak
Moskwa dan Piter akan bersama kita selamanya
dan kamu yang akan selalu aku nanti
2021
Menyusuri Sungai Moskwa
Seribu asa aku genggam erat,
meyakinkan tuk berkarya, tanpa henti,
tak kenal lelah
Namun binar mataku kian redup,
gapai perlahan nihil hasil
menutup kedua mataku,
mengucap syukur
“Aku manusia;
bersemangat tanpa batas,
bisa menunggu.”
Aku yakin suatu malam kau kan hadir kembali
tatkala gemintang cakrawala berkelip di permukaan Moskwa
memberi semangat baharu.
2021
Senja di Gorky
Desir sungai Moskwa menampak pilu
berkabar meraba dingin,
pertanda musim gugur melangkah maju.
Kadang kita lupa,
kebahagiaan tak selamanya
itu wajar, teruslah mengejar mimpi,
mencari arti dirimu dalam sejenak hidup ini.
Jika langit sore bersedu kelabu
dan tersisa sepenggal cahaya
yang meredup gairah birahi bunga lily,
aku ‘kan terus berbunga, berparas murni meski gaduh melanda.
2021
Waktu yang Tertinggal
Sukar
begitulah rasa saat mencari
Ternyata ia menunggu anteng,
menyamar tapi mengundang
Di Pokrovka, ia bernyawa
dalam obrolan sekawan
Hingga lantunan musik
mengiramakan suasana
Namun Tverskaya,
ia memilih ‘tuk berintim
Merangkul adanya kasmaran
di sela waktu yang ‘kan ditinggal
Dan cukup aku mengenalkannya di sajak ini;
tak perlu mengujar kembali
Agar ia tetap sebagai kenangan
2021
Я // Kisah Tak Pernah Usai
Kekal;
aku mendoakan kasih ke dia
hingga larut beranjak malam
Beranjak larut;
hingga dia,
kekasih,
mendoakan aku kekal
2021
Baca juga: Sajak-sajak Ted Rusiyanto
Baca juga: Sajak-sajak Stevie Alexandra
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
Resiyaman Patrick Oratmangun, penyair dan pelukis abstrak, kelahiran Jakarta, 9 Juni 1990. Karya-karya puisinya pernah dibacakan pada berbagai forum komunitas sastra di Moskwa, Rusia. Suka mengunjungi museum, galeri seni kontemporer, dan menonton konser musik. Dia adalah alumnus S2 Higher School of Economics (2015-2017), Moskwa. Kini, berkarir sebagai Dosen LSPR Communication and Business Institute, Jakarta. Sajak-sajak ini menjadi bagian dalam buku antologi puisi Doa Tanah Air: suara pelajar dari negeri Pushkin yang akan segera diterbitkan. Ilustrasi Georgy Seliverstov, pelukis tinggal di Moskwa, Rusia.