SERING kali kita mendengar di 10 hari terakhir Ramadan ajakan untuk beriktikaf. Iktikaf atau al-iktikaf artinya diam di masjid dengan niat khusus, yaitu taqarrub yang artinya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Iktikaf juga diyakini dapat mendatangkan ketenangan, ketenteraman, dan cahaya yang menerangi hati. Mendatangkan berbagai macam kebaikan dari Allah SWT. Lewat iktikaf, manusia juga dapat merenungi masa lalu dan memikirkan hal-hal yang dapat dilakukan di hari-hari mendatang.
Kiai Muhammad Cholil Nafis atau yang kerap disapa Kiai Cholil menjelaskan untuk melakukan iktikaf tidak ada batasan atau ketentuan waktu. Menurut Imam Syafi’i, berapa pun lamanya asalkan berniat untuk iktikaf, maka kita akan mendapatkan pahala iktikaf.
“Tidak perlu dengan waktu tertentu. Meski dalam sebagian ulama mengatakan harus dengan satu malam, sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW, tetapi ada juga yang mengatakan masuk masjid, niat iktikaf, dia sudah mendapatkan pahalanya,” jelas Kiai Cholil dalam kajian di Youtube TVNU, Jumat (14/4).
“Andaikan kita masuk ke masjid, lalu tidak niat iktikaf, maka kita tidak mendapatkan niat iktikaf. Artinya, orang yang diam di masjid mendapatkan pahala iktikaf apabila dia berniat,” imbuh Kiai Cholil.
Dalam Ramadan ini menjadi penting untuk melakukan iktikaf karena di 10 hari terakhir Ramadan, Rasulullah melakukan iktikaf.
“Bagi kita yang mengikuti Rasulullah, sunah ini penting untuk dilakukan. Kita beragama terkadang membutuhkan rasio, terkadang juga tidak. Lebih banyak tidak rasional dalam beragama ini, khususnya ibadah. Itu mengikuti pada ketundukan saja. Pokoknya mengikuti nabi. Kenapa harus sujud, ya karena harus menyembah Allah. Kenapa? Ya karena perintah Allah. Begitu juga dengan iktikaf. Nabi iktikaf di 10 terakhir di bulan Ramadan,” kata Kiai Cholil.
Niat
Iktikaf, kata Kiai Cholil, juga tidak hanya bisa dilakukan saat Ramadan. Sejatinya iktikaf dapat dilakukan di luar Ramadan. Namun, lebih afdal (lebih diutamakan) saat Ramadan.
“Lebih afdal kalau di bulan Ramadan sambil berpuasa. Apalagi di 10 terakhir menyambut Lailatulqadar. Mengapa kita perlu iktikaf? Karena kita ingin berdiam diri dari kesibukan kita selama 11 bulan, dari kepentingan duniawi, kepentingan manusiawi yang sering kali membuat kita lupa kepada Allah,” tutur Kiai Cholil.
“Pada saat iktikaf kita datang ke rumah Allah, masjid tempat kita sujud ialah rumah Allah, kita bertamu dan diam di rumah Allah. Faedahnya, hati kita dibersihkan dari kepentingan duniawi. Jiwa kita disucikan dari kotoran duniawi dan manusiawi. Semua dinaikkan kepada Allah,” imbuhnya.
Kalau hati kita sudah bisa tarkiz (fokus) kepada Allah, kita bisa mendapatkan kesenangan dan ketenangan dunia, sekaligus mendapatkan kesenangan akhirat sampai akhirnya mendapatkan surga Allah.
Kalau kita bertadabur saat iktikaf dan berdiam diri di rumah Allah, secara tidak langsung sesungguhnya kita tengah diajak bicara oleh Allah dengan kalamnya. “Itulah kesempurnaan kita dalam mendekatkan diri kepada Allah dalam rangka mendapatkan rida Allah,” ujar Kiai Cholil. (H-2)