13 April 2023, 06:10 WIB

Kaya Harta tak Selalu Mulia


Despian Nurhidayat |

KEKAYAAN dan kemiskinan tidak menjadi patokan apakah manusia dimuliakan Allah atau tidak. Ustaz Felix Siauw menceritakan dalam masa Umar bin Khattab, saat dirinya melakukan penaklukan, Umar bin Khattab banyak mendapatkan ganimah atau harta dari musuh.

"Sehingga ditumpuklah emas yang sangat banyak sekali, mutiara, batu permata, dan lainnya ditampakkan di depan Umar bin Khatab. Pada saat itu, banyak yang mengatakan bahwa Umar orang yang beruntung dan mulia karena dapat melihat harta yang tidak sembarang orang bisa melihatnya. Ketika itu Umar menangis. Dia berkata ini kebohongan karena kalau harta ini ialah sesuatu yang baik dan bagus, seharusnya hal ini diberikan kepada dua orang yang lebih baik selain dirinya, yakni Abu Bakar ash-Shiddiq dan Nabi Muhammad SAW," ungkapnya dalam siaran Youtube-nya, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, tidak ada korelasi antara kekayaan, rida Allah, kemiskinan, dan kemurkaan Allah. Pasalnya, terkadang Allah akan memuliakan hambanya dengan kemiskinan. Begitu pula Allah akan menghinakan seorang hambanya melalui kekayaan.

"Contoh Firaun dan Korun, mereka kaya, tapi Allah menghinakan kekayaan mereka. Mereka memiliki dunia dan kekayaan. Ini malah menyesatkan mereka dan membuat mereka kafir kepada Allah. Kita bicara kafir Quraisy juga sama. Kita bicara tentang Abu Lahab dan Abu Jahal, mereka orang terpandang dan kayanya enggak masuk akal. Tapi mereka tidak dijadikan mulia karena kekayaannya itu. Mereka justru terhina karena mereka tertipu dengan dunia dan merasa mulia karena hartanya," kata Ustaz Felix.

Ustad Felix menegaskan sukses di dunia atau dalam pandangan manusia belum tentu mendapat rida dan membuat Allah senang. Ketika bicara mengenai rida Allah, dia menegaskan hal tersebut didapatkan karena manusia taat dan akan merasakan bahagia dalam dirinya.

 

Didiamkan

Ustaz Felix menambahkan bahwa bentuk penyiksaan paling berat dari Allah kepada hamba bukan saat hambanya mendapatkan musibah, tapi ketika didiamkan oleh Allah saat melakukan kemaksiatan.

"Hukuman paling berat yang disepakati oleh para ulama adalah hamba ini dicuekin oleh Allah. Itu hukuman paling berat. Kita bicara manusia saja misalnya, kalau masih dimarahin, ini masih ada rasa perhatian. Ada seorang ibu yang memarahi anaknya, berarti dia masih sayang pada anaknya. Dia masih peduli pada anaknya dan mau anaknya berubah. Tapi kalau orangtua kita atau guru kita sudah tidak peduli dan diam saja, ini Anda harus berpikir kembali bahwa Anda sedang mengalami hukuman berat," tuturnya.

Ia mengatakan Allah akan memberikan hukuman paling berat kepada hambanya ketika di dunia dan di akhirat tidak diperhatikan sama sekali.

"Dalam Al-Qur’an disampaikan ketika Allah marah sama hambanya, Allah tidak akan mau melihat dia dan akan dibiarkan saja. Maka itu, hukuman paling berat pada hamba adalah ketika terus menerus melakukan maksiat, dia tidak ada bertobat dan hidupnya baik baik saja. Itu Anda harus khawatir karena tidak ada teguran dari Allah. Ini azab paling berat dan bentuk siksaan. Jadi, hati-hati karena Allah akan membiarkan hambanya menumpuk dosa dan nanti akan dibalaskan dalam sekali balasan," tandas Ustaz Felix. (H-2)

BERITA TERKAIT