MASYARAKAT Indonesia di Denmark memperoleh pengalaman yang berbeda ketika salat Tarawih di masjid. Khotbah yang diberikan umumnya berlangsung lebih lama karena disampaikan dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Arab, Danish, dan Inggris. Terjemahan dalam bahasa Danish merupakan hal yang wajib sesuai ketentuan hukum yang berlaku di Denmark.
Durasi puasa yang lebih lama juga menjadi tantangan tersendiri.
Durasi puasa sangat bervariasi mengikuti musim yang bertepatan dengan datangnya Ramadan. Bila bertepatan musim dingin, puasa menjadi sangat singkat, yaitu sekitar 9 jam, dari pukul 06.20-15.30. Namun, ibadah puasa menjadi sangat menantang bila bertepatan dengan puncak musim panas karena bisa mencapai 19 jam, dimulai pukul 03.00 - 22.00.
Bila Ramadan di Tanah Air, kita biasa mendengar suara azan, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an melalui pengeras suara di masjid, keramaian membangunkan sahur, tradisi ngabuburit menjelang berbuka, salat Tarawih berjemaah, dan takbir di malam Lebaran.
Meski di Denmark berbeda, dan Islam merupakan agama minoritas, suasana Ramadan tetap bisa kita rasakan karena setiap Ramadan banyak aktivitas di masjid dan beberapa kawasan yang menjadi pusat komunitas muslim di Denmark. Seperti Grand Mosque Hamad bin Khalifa Civilization Centre, masjid yang sering dikunjungi masyarakat Indonesia dibuka 24 jam untuk jemaah yang ingin iktikaf selama Ramadan. Selain salat lima waktu dan Tarawih, ada juga kajian Al-Qur’an, tata cara memandikan dan menyalatkan jenazah, hingga bazar Ramadan.
Makanan halal juga menjadi hal sangat penting bagi muslim di Denmark, yang berjumlah sekitar 280 ribu, mewakili 5% dari total populasi Denmark yang berjumlah sekitar 5,8 juta jiwa. Sejumlah pertokoan dan restoran menyajikan makanan halal, khususnya di pertokoan khas Timur Tengah. Saat Ramadan, toko-toko menggelar diskon khusus dan buka hingga larut malam.
Salah satu momen paling dinanti masyarakat Indonesia di Denmark yang berjumlah sekitar 1.000 orang ialah buka puasa bersama di KBRI Kopenhagen. Mereka datang dari kota sekitar, bahkan dari Malmo dan Lund, dua kota di Swedia yang ditempuh sekitar 40 menit dari Kopenhagen. Sebagian besar datang menggunakan kendaraan pribadi, kereta, atau bus. Bahkan, ada juga yang datang menggunakan sepeda. Buka puasa di KBRI diisi tausiyah dan salat Magrib berjemaah. Hidangan khas Nusantara menjadi pengobat rasa rindu kampung halaman.
Biasanya KBRI Kopenhagen menyediakan takjil biji salak, dan menu-menu seperti soto bandung, siomay, ayam rica-rica, bakwan, dan rempeyek. Semua hidangan Indonesia menjadi sangat spesial karena jarang ditemui di Denmark. Buka bersama juga menjadi ajang silaturahim dan toleransi beragama. Masyarakat Indonesia nonmuslim turut hadir dan ada pula masyarakat Indonesia yang membawa teman-temannya warga negara asing, yang ingin mengetahui rangkaian ibadah puasa masyarakat Indonesia.
KBRI Kopenhagen juga rutin menggelar pesantren kilat anak, bekerja sama dengan Indonesian Muslim Society in Denmark (IMSD). Sekitar 20-30 anak berbagai usia dengan semangat belajar membaca Al-Quran, tata cara salat, hingga kisah teladan Nabi dan Rasul. Kegiatan juga dilaksanakan dalam bentuk permainan di halaman KBRI Kopenhagen. Berbagai pengalaman baru selama Ramadan di Denmark, tentu menjadi cerita menarik tersendiri ketika pulang ke Tanah Air kelak.