30 April 2022, 23:45 WIB

Zakat Fitrah Menumbuhkan Semangat Saling Berbagi Menuju Jiwa yang Fitri


mediaindonesia.com |

SEDEKAH, infak, dan zakat fitrah merupakan instrumen dalam membentuk pribadi yang pandai untuk saling berbagi dan membangun empati terhadap penderitaan serta kesulitan yang lain. Berbagi dan peduli pada akhirnya menjadi terapi bagi virus kebencian. Ramadan tidak hanya mencetak pribadi yang berorientasi hidup damai, tetapi juga menciptakan ruang kondusif bagi tumbuhnya perdamaian.

Hal serupa dikatakan Wakil Direktur Eksekutif Internasional Conference of Islamic Scholar (ICIS) KH Khariri Makmun. Ia menilai bahwa makna puasa dan zakat fitrah dalam bulan suci Ramadan sejatinya guna menumbuhkan rasa empati dan memfitrahkan diri untuk kembali menjadi manusia yang fitri.

"Salah satu di antara hikmah kenapa Allah mewajibkan puasa itu di antaranya adalah menumbuhkan rasa empati kepada orang lain, disempurnakan dengan zakatul fitri, memfitrahkan diri kita sendiri,"  ujar Kiai Khariri dalam keterangannya Jakarta, Sabtu (30/4).

Ia melanjutkan, dengan zakat fitrah sebagai bagian dari amalan di bulan suci, hendaknya juga dijadikan momentum bagi umat untuk me-reset atau mendesain ulang diri agar tunduk dengan kemauan Sang Ilahi, yang bisa dikendalikan untuk kepentingan beribadah dan menjadi manusia yang fitri.

"Karena dengan menzakati atau memfitrahkan diri kita sendiri kemudian kita menata ulang, me-reset, mendesain kembali nafsu kita agar tunduk dengan kemauan illahi atau Allah," katanya.

Pria yang juga Wakil Sekretaris Komisi Dakwah Pengurus Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menilai bahwa masyarakat perlu memahami hikmah berzakat dan berpuasa sebagai upaya menghilangkan sikap permusuhan, kebencian, bahkan perbuatan radikal intoleran.

"Termasuk jika kita kaitkan dengan era sekarang, era di mana orang tidak bisa meninggalkan diri dari media sosial. Di mana di dalamnya banyak terisi konten negatif yang memicu untuk kita meninggalkan ucapan serta perbuatan buruk di dalamnya," urai Kiai Khariri.

Sehingga, karena esensi puasa dan zakat guna menjadikan jiwa suci dan semakin bertaqwa, maka implikasinya ialah dengan mengendalikan ucapan, terutama dalam bermedsos, menjauhkan diri dari tulisan yang bisa memprovokasi orang lain untuk permusuhan, untuk membenci orang lain, termasuk berbuat radikal.


Baca juga: Baznas Salurkan Paket Ramadan untuk Yatim dan Duafa


"Di dalam hadis, Rasul mengatakan, 'Barang siapa berpuasa tapi tidak bisa meninggalkan ucapan yang buruk, dan juga tidak bisa meninggalkan perbuatan yang buruk maka tidak ada gunanya dia meninggalkan makan minum'. Karena esensi puasa kan jiwa semakin suci, semakin bertaqwa," ujarnya.

Terlebih, saat ini sudah mendekati Idul Fitri, menurut pengasuh Ponpes Algebra Ciawi ini, bahwasanya momen ini juga bisa dimaknai ini sebagai kemenangan diri dalam melawan virus keburukan dalam hati termasuk perilaku radikal intoleran.

"Artinya nanti 1 Syawal itu kita kembali ke fitrah dan menang melawan hawa nafsu termasuk kita mengembalikan fitrah dalam beragama itu harus moderat, tidak terjebak dengan cara beragama yang radikal dan fundamental, tapi menjadi umat islam yang moderat," jelasnya.

Terkait moderasi beragama, Khairiri mengatakan bahwasanya menjadi moderat dalam beragama maka menjadikan seseorang tidak mudah terbawa kearah radikal serta tidak menjadi umat tidak mampu mengendalikan diri.

"Jadi esensi kita untuk beragama harus moderat supaya tidak mudah terbawa kearah radikal, dan kita tidak mampu mengendalikan diri (dan nafsu). Sejatinya beragama ini kan membantu umat, menolong, menjaga dan melindungi. Tapi kalau beragama memunculkan fitnah, kebencian, beragama membuat kita jauh dari rasa empati, lalu di mana fungsi agama," tegasnya.

Terakhir, dalam kesempatan yang sama, Khariri membagikan tips agar usai Ramadan nanti, umat muslim mampu membawa diri untuk terus menjadi pribadi yang fitri serta menjadi pribadi yang menjadi jauh lebih baik hingga Ramadan berikutnya dan seterusnya.

"Tipsnya adalah kita hadirkan Ramadan di bulan lain, sehingga bisa mempertahankan capaian, achievement kita dalam beribadah bisa terus kita pertahankan, termasuk juga kemauan untuk terus berbagi mengisi agama ini dengan wawasan keislaman yang moderat," pungkasnya. (RO/S-2)

BERITA TERKAIT