16 April 2022, 04:10 WIB

Bunga Sakura Sambut Puasa di Korea


Febriani Elfida Mahasiswi S-3 Sastra Korea Modern, Seoul National University Staf Pengajar Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea, UGM |

“MAU lihat sakura di mana nih untuk ngabuburit kali ini?” Ajakan seperti ini mewarnai Ramadan di Korea yang tahun ini bertepatan dengan masuknya musim semi. Bunga sakura yang selalu menjadi primadona di musim ini mulai bermekaran setelah musim dingin yang panjang.

Cuaca pun sudah hangat. Orang-orang mulai menanggalkan baju tebal musim dingin mereka dan menggantinya dengan baju yang lebih tipis, dengan warna-warna cerah menyesuaikan suasana.

Ramadan di tanah rantau, terutama di Korea Selatan, tentunya memiliki keistimewaannya tersendiri. Terlepas dari kurang meriah suasananya jika dibandingkan dengan Ramadan di Tanah Air. Jarang menemukan suara azan di tempat-tempat umum, tanpa adanya jajanan takjil yang selalu diburu setiap ngabuburit, juga tidak banyak masjid yang tersebar di penjuru Korea Selatan.

Meski demikian, ada kesan sendiri ketika berpuasa di tanah rantau ini. Terutama bagaimana saya jadi belajar untuk bisa menjadi lebih mandiri dalam mempersiapkan sahur ataupun berbuka.

Ramadan tahun ini adalah kali kedua saya menjalaninya di tanah rantau setelah kembali lagi pada 2020, dan kali keenam menjalaninya sejak saya pertama kali datang untuk studi S-2 di Korea pada 2013.

Berpuasa di negeri orang membuat saya harus kreatif dalam mengatur jadwal. Saya jadi harus lebih banyak mempersiapkan makan sahur dan berbuka sendiri karena tidak banyaknya makanan halal yang tersebar di sekitar tempat saya tinggal. Tidak hanya itu, saya juga harus lebih banyak Tarawih dengan munfarid, karena jarangnya masjid di tempat saya tinggal.

Namun, saya bersyukur, karena sekarang jauh lebih mudah mendapatkan makanan yang halal, baik makanan Indonesia maupun makanan dari negara lainnya. Terlepas dari keadaan pandemi yang belum berakhir, sudah mulai diadakan kembali salat Tarawih berjemaah di kampus maupun di masjid-masjid yang tersebar di Korea Selatan.

Rasa syukur bertambah karena tahun ini bulan puasa jatuh di musim semi sehingga kami dapat berpuasa selama 14-15 jam, lebih pendek daripada tahun-tahun sebelumnya. Musim semi juga membuat suasana Ramadan kali ini menjadi semakin istimewa karena ditemani dengan mekarnya bunga-bunga yang cantik, yang menandai menghangatnya cuaca di Semenanjung Korea.

Berpuasa di Korea tidaklah berat, ataupun kesepian. Adanya komunitas-komunitas muslim-muslimah Indonesia di Korea membuat kami dapat berbagi.

Kami juga dapat memperdalam ilmu agama dengan kajian-kajian online yang aktif diadakan. Bahkan bisa mencicipi takjil ala Indonesia yang dirindukan, dengan adanya program berbagi takjil bagi para pelajar maupun pekerja muslim Indonesia di Korea.

Ramadan di Korea kali ini begitu berkesan dengan suasana merah jambu di sepanjang jalan dan hangatnya cuaca, sehangat hati ini. Rabbanataqabbalminna. Semoga Allah menerima segala ibadah yang kita amalkan di bulan Ramadan tahun ini. (H-1)

BERITA TERKAIT