ENAM belas tahun di Qatar memberikan saya kesempatan untuk menikmati keindahan berpuasa di negeri semenanjung Arabia ini. Saat kami tiba di Qatar pada 2006, Ramadan bertepatan dengan musim hujan plus cuaca dingin.
Waktu imsaknya sekitar pukul 06.00 dan berbukanya pukul 04.30 (sore). Praktis, lama berpuasa hanya 10 jam lebih. Namun, beberapa tahun lalu, hal sebaliknya terjadi. Ramadan bertepatan musim panas. Suhu udara kadang mencapai 47-50 derajat celsius. Imsaknya pukul 03.00 subuh dan berbuka pukul 19.00, total puasa hampir 16 jam.
Bukan hanya panjang, melainkan udara sangat panas dan humid. Lima menit saja berdiri di luar rumah, keringat akan mengucur ke seluruh tubuh.
Pemerintah Qatar sangat menghormati keagungan Ramadan dan memberi kesempatan rakyatnya memperbanyak ibadah pada bulan ini. Jam kerja yang berkisar 8 jam per hari dipangkas menjadi 5 jam saja.
Ini berlaku bagi semua sektor pekerjaan. Bila ada yang terpaksa melanjutkan kerja lebih 5 jam, mereka akan diberi (allowance).
Waktu kerja pun disesuaikan. Bila dalam bulan lain dimulai pukul 06.30, saat Ramadan pukul 08.00. Sangat kondusif buat kesempatan beribadah.
Pada umumnya penduduk Qatar berbuka puasa di rumah. Namun, di hampir semua daerah dibuka tenda-tenda iftar (buka puasa), yang di-set-up dengan AC dan dapat menampung hingga ratusan orang.
Di situ pemerintah memberikan acara buka bersama. Tenda iftar ini biasanya dihadiri banyak kalangan, termasuk pekerja lapangan.
Makanannya enak, biasanya gabungan makanan Arab dan India. Chicken biryani, kurma, buah, dan cokelat ialah contohnya. Buka puasa juga dilakukan di beberapa masjid.
Sebelum pandemi, salat Tarawih dilakukan di masjid. Ada yang 8, juga 11 rakaat. Salat Tarawih di sini umumnya tidak pakai ceramah. Jadi selesai salat Isya, langsung Tarawih.
Setelah salat Tarawih, orang pun mulai memenuhi mal dan tempat-tempat belanja. Makanya mal ada yang buka sampai pukul 01.00.
Namun, saat pandemi, terjadi perubahan signifikan. Warga salat Tarawih di rumah. Kegiatan di mal dan tempat belanja dibatasi.
Bagi orang Qatar, Ramadan bukan hanya bulan beribadah, melainkan juga bulan bersosialisasi. Setelah salat Tarawih mereka biasanya saling mengunjungi keluarga dan teman, berkumpul-kumpul hingga sahur.
Pada malam 15 Ramadan, mereka memiliki event namanya Garanggao. Pada malam ini anak-anak berpakaian bagus dan indah, mengunjungi tetangga mereka sambil menyanyikan lagu tradisional.
Mereka pun diberikan bermacam hadiah, terutama cokelat dan gula-gula yang dikemas dalam paket. Malam Garanggao ini sangat marak dan dijadikan acara tradisi turun-temurun. (Iqbal Mochtar/H-1)