DEMI mencegah adanya hoaks dan menciptakan pemilu yang sehat, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI berkolaborasi dengan platform media sosial TikTok.
“Jadi kita punya saluran khusus di TikTok untuk menciptakan Pemilu yang sehat, yang kemudian tanpa hoaks dan juga tanpa fitnah dan unsur-unsur suku agama dan ras,” ungkap Ketua Bawaslu RI, Rahmat Bagja, saat penandatanganan nota kerja sama Bawaslu dan TikTok Indonesia, Senin (18/9).
Bagja mengeklaim, kerja sama Bawaslu dan TikTok dapat menjadi mitigasi risiko terhadap persoalan media sosial yang banyak dibadapi pada Pemilu 2019 silam.
Baca juga : Anies Dinilai Sukses Jaga Kerukunan Umat Beragama di DKI
Bagja mengatakan pada Pemilu 2019 hoaks bersliweran di media sosial sehingga menambah ricuh pesta demokrasi saat itu.
“Tapi dengan mitigasi seperti ini, kami harapkan dengan adanya TikTok dan beberapa platform yang akan bekerja sama dengan Bawaslu kita akan meningkatkan sebuah pemilu yang kemudian lebih argumentatif, lebih reasonable, pemilihan yang diserahkan kepada masyatakat untuk memilihnya tanpa kemudian melakukan fitnah berdasarkan suku, agama, dan ras,” tegas Bagja.
Baca juga : NasDem Hormati Keputusan Demokrat Dukung Prabowo
“Ini yang paling penting kita akan wujudkan pada pemilu 2024 nanti,” tambahnya.
Apalagi, kata Bagja, eskalasi di media sosial mulai meningkat lantaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI mempercepat proses pendaftaran bakal calon presiden (bacapres).
Dua Karakteristik
Bagja mengungkapkan, ada dua karakteristik pemilih pemula. Menurutnya, satu pemilih muda dan satu lagi ialah masyarakat yang baru memilih.
“Misalnya teman-teman pensiunan TNI-Polri, kenapa? Meski umurnya 60 tahun, baru mengalami pemilu. Maka dengan adanya kerja sama ini kami akan memelihara keadaan lalu lintas media sosial kita,” tegasnya.
Bagja pun berharap dengan adanya kolaborasi itu, ke depannya masyarakat dapat melihat para kontestan pemilihan umum akan bersaing di media sosial tanla menjatuhkan satu sama lain berdasarkan suku agama dan ras tetapi secara argumentasi.
“Tanpa media sosial Pemilu tidak akan ramai. Oleh sebab itu kehadiran TikTok kami harapkan akan membuat kontestan bersaing secara sehat,” tuturnya.
“Pemilu itu tidak saling ketakutan. Tidak ketakutan didemo, tidak takut kericuhan, ini yang kita harapkan di 2004 yang datang. Semoga Pemilu kita semakin baik dan demokrasi semakin maju,” tandas Bagja. (Z-5)