03 November 2022, 15:21 WIB

Lima Tokoh Bangsa akan Dapat Gelar Pahlawan Nasional


Andhika Prasetyo |

PEMERINTAH Pemerintah akan menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada lima tokoh yang dianggap memiliki kontribusi besar pada masa perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Adapun lima tokoh tersebut adalah HR Soeharto, KGPAA Paku Alam VIII, Raden Rubini Natawisastra, Salahuddin bin Talibuddin dan Ahmad Sanusi.

Keputusan pemberian gelar itu disepakati setelah Presiden Joko Widodo, didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, menerima Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/11).

"Hari ini, Bapak Presiden sesudah berdiskusi dengan kami, dengan Dewan Gelar dan Tanda-Tanda Kehormatan, dan memutuskan tahun ini memberikan lima gelar pahlawan nasional kepada tokoh bangsa," ujar Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Mahfud MD selepas pertemuan.

Baca juga: Ahmad Syafii Maarif Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

"Mereka yang telah ikut berjuang mendirikan negara Republik Indonesia melalui perjuangan kemerdekaan dan mengisinya dengan pembangunan. Sehingga, kita eksis sampai sekarang sebagai negara yang berdaulat," imbuhnya.

Pertama, almarhum HR Soeharto dari Jawa Tengah. Dia merupakan sosok yang turut berjuang bersama Presiden Soekarno dalam meraih kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, pria yang juga dokter pribadi Soekarno juga ikut andil dalam pembangunan sejumlah infrastruktur di Tanah Air.

"Ikut pembangunan department store syariah dan pembangunan Monumen Nasional, serta Masjid Istiqlal dan pembangunan Rumah Sakit Jakarta. Serta, salah seorang pendiri berdirinya Ikatan Dokter Indonesia," jelas Mahfud.

Kedua, KGPAA Paku Alam VIII yang merupakan Raja Paku Alam pada periode 1937-1989. Dirinya bersama Sultan Hamengkubowono IX dari Keraton Yogyakarta mengintegrasikan kerajaan mereka berdua dan menjadi bagian dari RI sejak awal kemerdekaan.

Langkah itu dianggap sebagai sebuah jasa besar yang dirasakan hingga saat ini. "Sehari sesudah kemerdekaan, beliau menyatakan bergabung ke NKRI. Kemudian, Yogyakarta menjadi Ibu Kota yang kedua dari RI ketika terjadi agresi Belanda pada 1946," tuturnya.

Baca juga: Santri Berperan Bawa Semangat Sumpah Pemuda untuk Jaga NKRI

Ketiga, Raden Rubini Natawisastradari Kalimantan Barat. Menurut Mahfud, sosok tersebut telah menjalankan misi kemanusiaan sebagai dokter keliling saat kemerdekaan. Bahkan, Raden Rubini bersama istrinya dijatuhi hukuman mati oleh Jepang, karena sangat gigih berjuang untuk kemerdekaan RI.

Adapun keempat, Salahuddin bin Talibuddin dari Maluku Utara. Selama 32 tahun, dirinya berjuang dan ikut membangun Indonesia berdasarkan Pancasila. "Beliau pernah dibuang ke Boven Digul pada 1942 dan juga dibuang ke Sawahlunto pada 1918-1923," papar Mahfud.

Kelima, Ahmad Sanusi dari Jawa Barat. Dia merupakan salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang belum mendapat gelar pahlawan nasional. Ahmad juga tokoh Islam yang memperjuangkan dasar negara yang menghasilkan kompromi lahirnya negara Pancasila.

"Dari semula ada sisi kanan ingin menjadikan negara Islam, sisi kiri menjadikan negara sekuler, kemudian diambil jalan tengah lahirlah ideologi Pancasila. Sesudah menyetujui pencoretan tujuh kata di Piagam Jakarta," tukasnya.(OL-11)

 

BERITA TERKAIT