02 December 2021, 17:15 WIB

Ridwan Kamil Siap Masuk Parpol paling Pancasilais Tahun Depan


Ardi Teristi Hardi |

GUBERNUR Jawa Barat Ridwan Kamil siap masuk partai politik tahun depan untuk menegaskan posisinya ikut dalam ajang pilpres 2024 atau pemilihan Gubernur Jawa Barat untuk periode keduanya. Meski tidak menyebutkan nama partai yang akan dipilih, RK dalam diskusi Fisipol Leadership Forum: Road to 2024, di Kampus Fisipol UGM, Kamis (2/12), menyatakan citranya Pancasilais.

"Saya tahu diri, kalau enggak diterima atau tidak ada partai mengusung, paling realistis, ya menu politik saya, melanjutkan menu (pilkada) Gubernur jilid dua. Tapi tahun depan saya akan masuk parpol. Saya belum tahu (parpol yang akan dimasuki). Yang pasti (partai) paling Pancasilais, saya di situ," kata Ridwan Kamil dikutip dari siaran pers dari Humas UGM.

Calon partai yang akan dipilih itu sebagai bentuk politik jalan tengah agar ia bisa diterima oleh warga masyarakat. "Politik jalan tengah yang saya pilih. Bagi saya jalan tengah itu kebutuhan kita pada hari ini untuk merangkul agar tidak terlalu ke kanan dan kiri meski dianggap tidak jelas," paparnya.

Soal peluangnya untuk dicalonkan atau tidak, Ridwan mengaku ia hanya menunggu karena yang memiliki legitimasi untuk bisa mencalonkannya dari partai politik. "Saya menunggu pintunya dibuka karena yang punya kuncinya kan ada di partai politik," katanya.

Baca juga: Komisi II DPR Tolak Usulan Jadwal Rapat dari KPU

Dalam diskusi yang berlangsung secara luring dan daring di ruang seminar Fisipol UGM itu, Ridwan Kamil menyampaikan berbagai prestasi yang telah dicapai oleh Jawa Barat hingga saat ini. Salah satunya tahun ini ia berhasil meningkatkan realisasi jumlah investasi yang masuk ke Jawa Barat menjadi tertinggi di Indonesia yakni sebesar Rp107 triliun untuk periode Januari hingga September 2021. Tingginya jumlah dana investasi yang masuk ini, menurut Emil, tidak lepas dari dirinya sebagai gubernur yang harus proaktif untuk mempromosikan Jawa Barat ke banyak negara.

"Rezeki itu harus dijemput bukan ditunggu. Ibarat jaga warung, jika hanya menunggu pelanggan datang, ekonomi tidak jalan. Kami melakukan politik ketok pintu. Bayangkan saya sepedaan dan motoran dengan banyak dubes sampai tukaran batik dengan Dubes Korea," katanya. (OL-14)

BERITA TERKAIT