22 May 2021, 13:50 WIB

Kriteria Presiden Menurut Survei ASRC: Sipil, Pria dan Seagama


Cahya Mulyana |

MASYARAKAT mengedepankan kepercayaan sebagai landasan memilik calon presiden. Kemudian landasan lainya kandidat berpengalaman di bidang birokrasi serta berasal dari kalangan sipil.

"Faktor sosiologis menjadi pertimbangan publik yang kuat dalam memilih sosok calon presiden. Dalam hal ini, faktor gender dan pertimbangan kesamaan agama menjadi dua hal yang menonjol," ujar Peneliti Akar Rumput Strategic Consulting (ASRC) Bagus Balghi saat acara bertajuk Rilis Survei Nasional Seri 1, Sumber Kepemimpinan Nasional: Menuju 2024, Sabtu (22/5).

Hadir pula Ketua DPP Partai NasDem Saan Mustopa, Kepala Bappilu DPP Partai Demokrat Andi Arief, Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Diah Pitaloka, Ketua Bappilu DPP Partai Golkar Maman Abdurrahman, Associate Researcher ARSC Yohan Wahyu, Dosen Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya Airlangga Pribadi, Ketua Perkumpulan Kader Bangsa Dimas Oky Nugroho dan peneliti ASRC Suciliani.

Bagus mengatakan survei ini dibiayai oleh Perkumpulan Kader Bangsa, sebuah lembaga yang fokus terhadap pendidikan kebangsaan dan kepemimpinan anak muda. Untuk pelaksanaan teknis survei, Perkumpulan Kader Bangsa menggandeng ARSC, sebuah lembaga konsultan politik, survei dan komunikasi.

Survei dilakukan pada akhir April dan awal Mei 2021 dengan tujuan memberikan informasi pada publik terkait isu-isu politik dan kebijakan publik yang menjadi perhatian utama, khususnya dalam hal ini adalah persiapan regenerasi kepemimpinan nasional menuju Pemilu 2024.

Menurut Bagus, survei ini dilakukan dengan metode wawancara melalui telepon dengan memanfaatkan database responden yang dimiliki ARSC yang sebelumnya dibentuk dengan metode penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan proporsionalitas antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap provinsi.

Baca juga: 69,50% Tolak Presiden 3 Periode, 71,65% Tolak Jokowi 3 Periode

Pengambilan sampel melalui telepon dilakukan sebagai upaya untuk pembatasan penyebaran Covid-19. Hal ini diperlukan untuk meminimalisir pertemuan secara langsung atau tatap muka yang rentan terhadap penyebaran virus.

Sebagai disclaimer, pengambilan sampel melalui telepon berbeda dengan pertemuan tatap muka. Ditemukan sejumlah kendala seperti proses wawancara yang terlalu lama yang menyebabkan responden kehilangan fokus atas pertanyaan. Selain itu, tidak jarang responden memutus pembicaraan di tengah jalan yang menyebabkan hasil wawancara tidak dapat digunakan dan pewawancara harus mengulang kembali proses wawancara dari awal dengan responden pengganti yang berbeda.

Survei ini mengambil sampel 1.200 responden yang tersebar di 34 provinsi yang melibatkan 19 enumerator atau interviewer. Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel adalah 13 hari dengan rata-rata tiap enumerator mendapatkan 5 orang responden per hari dengan estimasi waktu 8 jam per hari.

Oleh karena itu, tiap 1 responden rata-rata diwawancarai selama 1,6 jam dan margin of error +/- 2,9% dengan tingkat kepercayaan mencapai 95%. Proses pengumpulan data dilaksanakan dari tanggal 26 April – 8 Mei 2021 melalui telepon. Usia minimum responden adalah 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih dengan total dari responden sekitar 60% adalah pemilih muda, hal ini juga menggambarkan populasi pemilih nasional saat ini.

Bagus mengatakan, mayoritas mayarakat memilih atas dasar agama dengan 58,24% dan sisanya dari 100% tidak mempermasalahkan kesamaan keyakinan dengan calon kandidat presiden. Kemudian 93,97% masyarakat akan memilih calon presiden laki-laki dan hanya 6,03% yang setuju dipimpin perempuan.

"Sementara aspek kompetensi merupakan concern utama dari publik, sosok yang memiliki rekam kejak prestasi dan berpengalaman, adalah pertimbangan utama dalam memilih presiden, ketimbang sosok yang sekedar memiliki latar belakang kekerabatan politik," ungkapnya.

Ia juga mengatakan publik lebih memilih sosok pemimpin dari kalangan sipil untuk menjadi presiden. Segaris dengan pentingnya melihat rekam jejak prestasi dan pengalaman kepemimpinan, sosok berlatar kepala daerah memiliki preferensi kuat untuk dipilih.

"Namun, sosok berlatar tentara/TNI juga menjadi sumber kepemimpinan terbesar kedua yang dibutuhkan di mata publik," tutupnya. (OL-4)

BERITA TERKAIT