BERITA BBC tentang kondisi perekonomian di India menarik untuk disimak. Tingkat inflasi mereka pada Januari mencapai 7,59%. Ini merupakan inflasi tertinggi sejak enam tahun terakhir. Penyebabnya ialah melambungnya harga pangan yang merupakan kebutuhan rakyat banyak.
Perdana Menteri India Narendra Modi menjelaskan kondisi ini merupakan tantangan yang harus bisa dijawab, khususnya untuk membawa India menjadi negara dengan ekonomi US$5 triliun. Selama 70 tahun kemerdekaannya, India telah mencapai produk domestik bruto sebesar US$3 triliun.
Tantangan jangka pendek yang harus bisa dijawab ialah bagaimana mendorong lebih banyak rakyat India memenuhi tanggung jawab untuk mau membayar pajak. Kedua, bagaimana menghadapi gejolak perdagangan khususnya dengan merebaknya virus korona.
Partner dagang utama India sekarang ini ialah Tiongkok. Merebaknya virus korona di Tiongkok sangat mengganggu perdagangan di antara kedua negara. Neraca perdagangan di antara kedua negara tahun lalu melewati nilai US$100 miliar.
Kasus India pantas menjadi perhatian karena kita bukan tidak mungkin menghadapi kondisi seperti itu. Terganggunya rantai pasokan dunia akibat merebaknya virus korona tidak hanya mengganggu industri manufaktur dunia, tetapi juga pasokan pangan.
Pada kondisi seperti sekarang ini kita tidak bisa meremehkan pertanian pangan. Kita harus memastikan bahwa produksinya bisa dijaga. Daerah-daerah sentra produksi yang terdampak banjir harus benar-benar dipastikan luasannya agar bisa dihitung jumlah produksi yang mampu dihasilkan.
Kita harus 'siap payung sebelum hujan'. Badan Urusan Logistik harus menjamin ketersediaan kebutuhan pangan, bahkan sampai skenario keadaan terburuk terjadi. Kemampuan untuk menyimpan bahan pangan pokok merupakan sesuatu yang penting diperhatikan.
Sekarang ini belum bisa diprediksi berapa lama virus korona akan mengganggu perekonomian global. Pengelolaan informasi harus dilakukan secara tepat agar tidak menimbulkan kepanikan. Pers harus memainkan peran yang benar. Apa yang terjadi di Singapura tidak boleh sampai terjadi pada kita karena dampaknya akan lebih berat.
Kita melihat kepanikan terhadap peningkatan status tingkat kesehatan di Singapura membuat warga memborong kebutuhan pokok secara berlebihan. Akibatnya, pasokan di beberapa supermarket habis dan ini justru membuat masyarakat semakin resah.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong sampai harus tampil khusus untuk menenangkan masyarakat. Bahkan sampai dikatakan, bahaya yang lebih berat bukanlah ancaman dari virus korona itu sendiri, melainkan kepanikan yang berlebihan.
Kepanikan harus dihindari karena akan membuat keadaan semakin lebih buruk. Permintaan berlebihan akan membuat pasokan sulit untuk dipenuhi. Yang paling berbahaya ialah adanya pihak yang mengail di air keruh karena bisa mendongkrak inflasi.
Ketika inflasi melambung seperti di India, yang paling terkena ialah masyarakat sendiri. Kemampuan keuangan sebagian besar masyarakat akan tergerus dan pada akhirnya memengaruhi daya beli mereka.
Kita selama ini berhasil mengendalikan tingkat inflasi. Dalam beberapa tahun terakhir angka inflasi berada pada kisaran 3% dan itulah yang menjadi bantalan masyarakat. Daya beli masyarakat tidak terganggu dan itu terlihat dari indeks tendensi konsumen yang masih di atas angka 100.
Kemampuan untuk merawat tingkat inflasi yang rendah ini yang perlu kita jaga. Salah satunya dengan menyeimbangkan pasokan dan kebutuhan. Manajemen logistik harus dikelola secara baik dan diawasi secara ketat.
Kedua ialah meningkatkan kemampuan produksi dalam negeri. Sebisa mungkin kita memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dengan kemampuan sendiri. Kita harus ingat, pada kondisi krisis semua negara pasti akan menyelamatkan dirinya masing-masing. Tidak mungkin kita mengharapkan bantuan negara lain, apalagi lalu lintas barang tersendat karena dibatasinya transportasi antarnegara seperti sekarang ini.