05 June 2023, 05:10 WIB

Penyemaian Nilai-Nilai Pancasila


Dody Wibowo Direktur Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat Yayasan Sukma Dosen Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Gadjah Mada |

HARI Lahir Pancasila diperingati setiap 1 Juni. Pancasila ditetapkan sebagai landasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dirumuskan bersama tokoh pejuang kemerdekaan dan pendiri NKRI pada 1945. Pancasila sebagai dasar negara diharapkan menjadi landasan bersikap dan berperilaku warga negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Usaha-usaha untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dilakukan terus-menerus melalui beragam kegiatan. Dulu, ada kegiatan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang diberikan, di antaranya kepada siswa sekolah, mahasiswa, juga calon pegawai negeri sipil. Dalam kurikulum sekolah terdapat mata pelajaran pendidikan moral Pancasila atau pendidikan kewarganegaraan, sedangkan di universitas ada mata kuliah wajib Pancasila atau kewarganegaraan.

Beberapa waktu terakhir, Kemendikbud-Ristek membuat program Profil Pelajar Pancasila untuk siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah atas dan juga Modul Nusantara yang ditujukan untuk mahasiswa melalui program Kampus Merdeka. Dengan ragam kegiatan yang ditujukan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila tersebut, bagaimana hasil yang sudah dicapai? Sudahkah warga negara Indonesia benar-benar menghidupi nilai-nilai Pancasila?

 

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila

Tidak dimungkiri banyak contoh baik yang telah ditunjukkan warga negara Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Ada masyarakat desa yang bergotong-royong melakukan bersih desa, relawan yang menolong korban bencana alam, dan penganut agama mayoritas yang membantu menjaga kekhidmatan perayaan hari raya ibadah penganut agama minoritas. Baru-baru ini kita melihat praktik nilai Pancasila, ketika warga dari berbagai agama membantu kelancaran proses perjalanan biksu yang hendak menuju Candi Borobudur untuk melakukan ibadah peringatan Hari Waisak.

Di sisi lain, masih ada juga praktik-praktik di masyarakat yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila, bahkan dilakukan mereka yang memiliki kuasa. Ada siswa penganut agama atau kepercayaan yang belum mendapatkan hak pendidikan sesuai agama atau kepercayaannya, yakni ada orang-orang yang membantu sesama bukan dilandasi rasa kemanusiaan, melainkan demi tujuan ekonomi, diskriminasi hak warga negara berdasarkan etnik, dan penggunaan kuasa yang hanya untuk menguntungkan diri sendiri dan kelompoknya, bukan untuk kebaikan masyarakat luas.

Nilai-nilai Pancasila sebenarnya bukanlah nilai yang jauh dari kehidupan kita. Malah sebaliknya, nilai-nilai Pancasila selalu ada dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti mengasihi sesama manusia dan bersikap adil. Namun, selama ini nilai-nilai tersebut kadang dianggap biasa, dianggap sebagai suatu keniscayaan, dan tidak dimaknai secara serius dalam kerangka Pancasila.

Dampaknya, nilai-nilai Pancasila tidak benar-benar diusahakan untuk dijaga dan diperkuat keberadaannya. Jika dibiarkan terus-menerus, nilai-nilai Pancasila bisa saja menghilang dari kehidupan kita dan hanya dikenal sebagai sebuah dokumen. Karena itu, kegiatan pendidikan menanamkan nilai-nilai Pancasila menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

MI/Duta

 

Penanaman nilai-nilai Pancasila

Usaha untuk memperkuat penanaman nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan setidaknya di tiga sektor, yaitu keluarga, masyarakat, dan institusi pendidikan. Ketiga sektor itu tidak berdiri sendiri, tetapi harus terhubung dan berkolaborasi agar proses internalisasi nilai-nilai Pancasila berlangsung terus-menerus.

Di keluarga, sudahkah orangtua menggunakan Pancasila sebagai pedoman ketika mendidik anak? Pancasila hendaknya tidak dilihat sebagai hal yang hanya memiliki relevansi dengan kehidupan bernegara.

Sebaliknya, jika kita ingin membentuk manusia Pancasila, Pancasila wajib didiskusikan dalam keluarga dan digunakan orangtua sebagai pedoman untuk mendidik anak. Jika ada orangtua yang merasa bahwa nilai-nilai Pancasila tidak relevan dalam kehidupan keluarga, pandangan tersebut tidak tepat. Tidak ada satu pun sila dalam Pancasila yang tidak berkesesuaian dengan nilai-nilai yang selama ini dipegang orangtua ketika mendidik anak di keluarga, seperti nilai-nilai agama atau kepercayaan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi, seperti media massa ataupun warganet di media sosial, hendaknya menggunakan kemampuannya untuk mempromosikan nilai-nilai Pancasila dan bukan sebaliknya malah mendorong perpecahan, diskriminasi, dan hal lainnya yang bertentangan dengan Pancasila. Kegiatan-kegiatan di masyarakat, seperti lingkungan RT, bisa digunakan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila.

Sebagai contoh, toleransi yang selama ini lebih banyak dilakukan di ranah sosial, seperti kesediaan untuk bertetangga dengan mereka yang berasal dari kelompok minoritas, haruslah didorong dan diperluas ke ranah toleransi politik, seperti kesediaan memilih tetangga yang merupakan anggota kelompok minoritas menjadi ketua RT ketika dia memiliki kapasitas menjadi pemimpin yang berintegritas.

Di institusi pendidikan, pendidik harus memiliki kesadaran bahwa nilai-nilai Pancasila bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri yang hanya bisa diajarkan melalui mata pelajaran atau mata kuliah tertentu saja. Pendidik yang mengampu mata pelajaran dan mata kuliah apa pun, harus menyadari bahwa mereka semua sama-sama memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada pembelajar yang mereka dampingi.

Jadi, nilai-nilai Pancasila seharusnya bisa ditemukan di mata pelajaran dan mata kuliah apa pun.

Saat ini di Indonesia sepertinya ada salah kaprah yang menganggap bahwa semua pendidik di institusi pendidikan, guru, dan dosen telah memahami peran mereka sebagai pendidik yang bertanggung jawab menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada pembelajar.

Namun, kenyataannya tidak demikian. Masih ada pendidik yang menganggap nilai-nilai Pancasila hanya bisa diajarkan dalam mata pelajaran dan mata kuliah tertentu, dan tidak diintegrasikan dalam mata pelajaran dan mata kuliah yang lain. Untuk itu, kita harus memastikan Pancasila pendidik telah memegang dan menghidupi nilai-nilai Pancasila. Jika pendidik telah menyadari tanggung jawabnya sebagai pendidik nilai-nilai Pancasila, mereka akan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam setiap kegiatan belajar, apa pun mata pelajaran atau mata kuliahnya.

Di sekolah, misalnya, guru matematika mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam materi matematika. Siswa pun dapat memahami bahwa penggunaan pengetahuan matematika dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari pengamalan nilai-nilai Pancasila. Di universitas, misalnya, dosen-dosen di fakultas kedokteran berkomitmen untuk membentuk dokter-dokter yang menjunjung nilai-nilai Pancasila ketika mereka nanti menjalankan profesinya.

Pendiri NKRI secara sadar dan bijak telah memilih Pancasila sebagai landasan negara karena mereka meyakini nilai-nilai Pancasila sesuai untuk bangsa dan negara Indonesia. Kini, tugas kita menghidupi nilai-nilai Pancasila untuk menciptakan Indonesia yang damai dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

BERITA TERKAIT