IMF dan Bank Dunia sebut potensi resesi ekonomi di tahun 2023 peluangnya besar. Pemicunya adalah adanya kenaikan harga pangan dan inflasi, sehingga komoditas pertanian menjadi salah satu pemicu terjadinya inflasi.
Data BPS menunjukkan sepanjang bulan Januari – Desember 2022, andil terbesar berasal dari cabai merah sebesar 0,41% dan bawang merah 0,32%, bahkan di bulan Juli 2022, inflasi secara Y on Y mencapai 4,94%.
Ancaman melemahnya nilai tukar rupiah di tiga sampai dengan empat bulan di tahun 2023, sangat bergantung kepada kemampuan pemerintah dalam mengatasi perang nilai tukar di pasar global. Seberapa tangguh moneter Indonesia dalam menghadapi perang ekonomi di tahun 2023.
Akibat pandemi covid-19 ini, pertumbuhan ekonomi semua sektor lapangan usaha dan nasional mengalami kontraksi, kecuali sektor pertanian dan infokom dan pengadaan air. Sektor pertanian menjadi tameng dan memiliki peluang dalam menghadapi wabah Covid-19.
Melansir data BPS, pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha triwulan II 2020 (Q to Q) secara nasional minus 4,19% yang disebabkan karena pertumbuhan PDB transportasi dan pergudangan, akomodasi dan makan minum, jasa lainnya, jasa keuangan, pengadaan listrik dan gas, konstruksi, perdagangan, industri, jasa kesehatan, pertambangan, administrasi pemerintah, jasa pendidikan, real estate mengalami penurunan posisi minus. Padahal, sektor-sektor ini sebelumnya adalah sektor andalan dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam kondisi ini, sektor pertanian menjadi penyelamat pertumbuhan ekonomi yang minus lebih parah. PDB ektor pertanian tumbuh sangat tajam, 16,24% kemudian disusul infokom sebesar 3,44% dan pengadaan air 1,28%.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional.
Sektor pertanian mempunyai nilai ekonomi yang dapat membuat Indonesia bertahan dari ancaman krisis global, karena basicnya pertanian sebagai penopang kehidupan sehari hari masyarakat. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai momentum dalam menggenjot produksi pertanian seperti buah dan sayur-sayuran yang dapat dikembangkan dalam skala kecil menengah atau besar.
Ekonomi Keluarga
Perubahan kehidupan akan terjadi seiring dengan usaha manusia dalam mencapai kesejahteraan hidup meskipun ada keterbatasan waktu, ruang dimensi, dan usaha. Aktivitas ekonomi suatu masyarakat, daerah dan negara yang tumbuh dengan baik menjadi kunci meraih kesejahteraan dan kuat menghadapi tantangan apapun yang terjadi ke depannya.
Ekonomi keluarga yang merupakan ekonomi di level dasar dan kecil tentunya dengan adanya tantangan perubahakan iklim dunia yang menyebabkan krisis pangan, bahkan resesi harus dipandang sebagai sesuatu yang memiliki peran penting dan besar untuk menghadapi keterpurukan ekonomi dunia tersebut.
Mengapa? karena hadirnya kondisi tersebut, menyebabkan aktivitas ekomoni berskala besar tidak bisa beroperasi. Hanya dengan mengoptimalkan sesuatu yang kecil tapi menyangkut hakeket hidup dan pangan yang tak mengalami kendala.
Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber ekonomi keluarga menjadi sebuah keniscayaan untuk menguatkan perekonomian masyarakat dan nasional di tengah ancaman perang ekonomi dunia. Sebab, ketahanan pangan nasional bermula dari kemandirian pangan keluarga.
Menurut Abraham Maslow ekonomi adalah suatu bidang keilmuan yang dapat menyelesaikan permasalaham kehidupan manusia lewat penggemblengan seluruh sumber ekonomi yang tersedia berdasarkan pada teori dan prinsip pada suatu sistem ekonomi yang memang dianggap efisien dan efektif.
Ekonomi keluarga secara sederhana dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang bertanggungjawab atas kebutuhan dan kebahagiaan bagi kehidupannya.
Ekonomi berperan sebagai upaya dalam membebaskan manusia dari cengkrama kemelaratan. Dengan ekonomi yang cukup atau bahkan tinggi, seorang akan dapat hidup sejahtera dan tenang, sehingga orang yang jiwanya tenang akan berpeluang secara baik supaya meraih kehidupan yang lebih baik pula.
Berangkat dari ini, pengembangan sektor pertanian dimulai dari level keluarga memberikan dampak yang positif bagi masyarakat, merubah mainset pengelolaan pertanian masa depan di awali dari skala kecil, yakni mewujudkan kemandirian pangan keluarga. Kesadaran masyarakat dalam pemenuhan pangan ditunjukkan dengan mengedukasi bagaimana cara menghasilkan pangan sendiri.
Masyarakat secara sadar mengoptimalkan ruang pekarangan yang terbatas untuk menghasilkan pangan secara mandiri bahkan menjadi sumber pendapatan baru yang bernilai besar mendongkrak perekonomian keluarga. Jika dikelola serius berbasis teknologi, hasilnya menjadi komoditas ekspor, sehingga menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
Contoh nyatanya, petani milenial di Desa Persiapan Jerambah Besi, Kecamatan Talang Ubi, Sumatera Selatan, Maman Wahari, mampu memanfaatkan lahan pekarangan menjadi kebun anggur. Selain hasil buahnya manis, omzetnya pun sangat baik, hingga bisa membantu warga sekitar untuk ikut bercocok tanam anggur.
Hal serupa yang terjadi pada Ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) di Temanggung sukses menanggung keuntungan jutaan rupiah setiap bulan, dai usaha ternak ayam petelur. Kelompok Wanita Tani (KWT) ini beternak ayam petelur dengan memanfaatkan kandang yang sederahana di lahan di pekarangan rumah.
Kendati terlihat sederhana, namun nyatanya usaha tersebut mampu menambah pundi-pundi rupiah para anggotanya sehingga membantu mendongkrak perekonomian mereka. Usaha itu telah dirintis selama kurang lebih 2 tahun. Dengan 250 ekor indukan ayam lokal, setiap hari mereka mampu memanen 70 butir telur. Dijual dengan harga rata-rata Rp2.000 per butirnya, jika dikalkulasi, usaha peternakan mini nan inovatif ini menghasilkan keuntungan hingga Rp4,2 juta setiap bulannya.
Berkaca pada fakta ini, tentunya kehadiran pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian sangat diperlukan dengan memberikan stimulus berupa bantuan bibit dan benih komoditas pertanian dan peternakan dengan basis keluarga, khususnya komoditas yang secara nasional berdampak pada inflasi seperti bawang merah, cabe.
Di samping itu perlu adanya pendampingan secara menyeluruh dari petugas teknis selanjutnya untuk menciptakan pendamping swadaya dengan pendekatan kesadaran saling tolong menolong. Harapannya setelah mendapatkan stimulus dari pemerintah, masyarakat dengan kesadaran sendiri berupaya untuk berusahatani dengan target minimal untuk pemenuhan pangan sendiri.
Berkembang ke tahapan selanjutnya perlu adanya intervensi dari pemerintah. Misalkan mengoptimalkan pasar rakyat sekaligus memberikan penjaminan pembelian hasil usahatani masyarakat sampai pada kemudahan distribusi.
Pemerintah juga perlu mempersiapkan masyarakat/petani untuk cerdas dalam melakukan penyimpanan produk pangannya seperti beras harus di tampung di lumbung dengan mengefisiensikan penggunaannya, menjaga keberlanjutan produk pangan dengan membedakan kebutuhan untuk konsumsi sendiri dan untuk kebutuhan komersial, sekaligus mempersiapkan masyarakat/petani mampu untuk merencanakan dan memprediksi kebutuhan pangan. (S-4)