17 September 2023, 21:32 WIB

Ekosistem Gambut di Kalsel Kian Terancam


Denny Susanto |

KEBAKARAN hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah daerah Provinsi Kalimantan Selatan terus terjadi, meski Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah mengerahkan Satgas darat dan udara untuk operasi pemadaman hingga lebih 1.000 kali. Karhutla yang bertambah luas telah mengancam ekosistem gambut di wilayah ini.

Hampir setiap hari hutan dan lahan termasuk areal lahan gambut terbakar. Kebakaran dipicu faktor alam akibat kemarau dengan udara yang kering serta maraknya aktivitas pembukaan dan pembersihan lahan dengan cara membakar.

Data Pusdalops BPBD Kalsel mencatat hingga pekan kedua September 2023, Satgas darat dan udara Kasel telah menggelar 1.136 kali operasi pemadaman kebakaran dengan luas hutan dan lahan yang ditangani mencapai 3.080 hektare lebih. Jumlah titik api yang terpantau muncul di wilayah Kalsel mencapai 16.106 titik api, sementara luas Karhutla sendiri diperkirakan lebih dari 8.000 hektare.

Baca juga: Asap Karhutla Sumsel Tutupi Akses Jalan

Adapun daerah terparah dilanda Karhutla yaitu Kota Banjarbaru, ibu kota provinsi serta Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tapin dan Hulu Sungai Selatan.

"Berdasarkan data diketahui bahwa selama 2023 telah terjadi ribuan Karhutla, sehingga dapat diprediksi bahwa ekosistem lahan gambut pada semua wilayah di Kalsel semakin berkurang baik luasan, ketebalan/kedalaman dan kandungan karbonnya," ungkap Ketua Pusat Studi Bencana Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Sidharta Adyatma, Minggu, (17/9).

Baca juga: Ogan Komering Ilir Makin Membara, Modifikasi Cuaca Diintensifkan

Kalsel merupakan salah satu provinsi yang dikelilingi kawasan hutan dan lahan gambut dengan luas mencapai 331.629 hektare berdasarkan hasil penelitian Wetlands International Indonesian Programme 2004. Gambut dangkal dengan ketebalan kurang 50 cm-1 meter seluas 156.153 ha, gambut sedang 1-2 meter 78.786 ha dan gambut dalam 2-4 m seluas 96.710 hektare yang tersebar di beberapa kawasan hidrologis gambut (KHG).

Pasca karhutla tahun 2015 dan 2019, diperkirakan lahan gambut tersisa di wilayah ini tinggal 46.796 hektare. Peneliti Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Kalsel, Prof Muhammad Noor, menyebut lahan gambut yang tersisa tersebar tujuh kabupaten, yaitu Kabupaten Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Balangan, Tabalong dan Barito Kuala.

"Sehingga selama 15 tahun (2004-2019 ) lahan gambut di Provinsi Kalsel telah berkurang seluas 284.833hektare," tutur Sidharta.

Setelah 2019, terjadi fenomena perubahan iklim la nina yaitu fenomena musim penghujan melimpah dan musim kemarau basah hingga 2022. Memasuki 2023 terjadi fenomena el nino yaitu musim kemarau kering dan berkepanjangan, sehingga karhutla kembali marak. Melihat kondisi ini dapat disimpulkan ekosistem gambut Kalsel saat ini mengalami kerusakan dan tersisa kurang dari 10 persen.

(Z-9)

BERITA TERKAIT