25 May 2023, 09:50 WIB

Menteri PPPA Ingatkan Pencegahan Perdagangan Orang Dimulai dari Desa


Fransiskus Gerardus Molo |

DESA Wulublolong di Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak lekang dari unsur budaya. Kerajinan Du Anyam menjadi ciri khas Lamaholot Pulau flores. Mama-mama dari kelompok Du Anyam menganyam menggunakan bahan lokal yang berasal dari daun lontar.

Desa Wulublolong adalah salah satu contoh desa yang berhasil memberdayakan kelompok perempuan untuk menjadi perempuan yang mandiri secara ekonomi. 

Mama-mama (istilah untuk ibu-ibu di Flores Timur) tidak lagi hanya menggantungkan diri dari hasil berkebun yang tidak stabil melainkan dari anyaman daun lontar dengan kualitas tinggi yang harganya bisa lebih tinggi daripada anyaman biasa.

Baca juga: Kepala dan Bendahara Sekolah di Larantuka Manipulasi Dana BOS Hingga Puluhan Juta

Pemberdayaan yang dimulai dari desa inilah yang terus dikampanyekan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga di setiap kunjungan kerjanya karena menjadi berdaya dari desa ini salah satu kunci untuk mencegah kejahatan perdagangan orang.

“Nusa Tenggara Timur ini adalah salah satu provinsi yang banyak memasok tenaga kerja migran nonprosedural. Kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka para pekerja migran ini karena kondisi ekonomi keluarga. Dari mama-mama di Desa Wulublolong ini kita melihat praktik baik upaya pemberdayaan kelompok perempuan di desa agar bisa mandiri secara ekonomi," ujar Bintang. 

"Mereka ini mama-mama yang tangguh luar biasa, Keteguhan mereka untuk memilih berkarya di negeri sendiri patut kita berikan apresiasi yang tinggi. Di tengah modus rayuan dari calo tenaga kerja untuk bekerja di luar provinsi atau di luar negeri dengan gaji besar, mereka tidak mudah terbujuk."

Baca juga: IDI Flotim Gelar Pelayanan Medis di Ujung Flores Timur

"Kami berharap, mama-mama yang menjadi koordinator penganyam bisa mengajak mama-mama yang lain untuk bergabung. Kalau perempuan sudah saling support satu sama lain, ini akan menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa karena perempuan mendominasi setengah dari total penduduk di Indonesia, ” lanjutnya saat melakukan diskusi dengan kelompok perempuan penganyam di Desa Wulublolong.

Menteri PPPA memberikan apresiasi kepada Du Anyam, pelaku UMKM pada pemberdayaan perempuan dengan cara meningkatkan kesejahteraan melalui hasil kerajinan tangan di Indonesia. Du Anyam mulai melakukan intervensi di Flores Timur pada tahun 2015. 

“Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Du Anyam, yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi membantu meningkatkan kesejahteraan para perempuan di Flores Timur. Mereka tekun melatih kelompok perempuan untuk menghasilkan anyaman yang berkualitas dan membantu mencarikan pangsa pasar agar produk anyaman tersebut bisa dijual dengan harga yang pantas. Lahirnya Du Anyam berangkat dari tingginya masalah sosial ekonomi di Flores Timur untuk membantu perempuan agar mandiri secara finansial dan mendapat kehidupan yang sejahtera,” ungkap Menteri PPPA.

Hanna Keraf, salah satu pendiri Du Anyam, menyatakan pihaknya ingin melihat perempuan di Nusa tenggara Timur menjadi perempuan mandiri dan berdaya.

“Kegiatan menganyam ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasi keahlian mereka dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekeliling mereka. Menganyam sudah bukan lagi mengisi waktu luang tetapi juga pekerjaan utama yang bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Ada yang menganyam sambil menunggu pasien di puskesmas atau menjemput anak sekolah. Ketekunan mama mama penganyam di sini patut kita hargai,” ujar Hanna.

Mama Hadjar, salah satu warga desa Wulublolong, memilih memaksimalkan potensinya di desa.

“Saya mengikuti pelatihan Du Anyam pada 2015. Perempuan harus bisa berdaya,mandiri dan mengembangkan potensi diri cukup dari desa. Saya memilih tetap di desa, tidak mau merantau karena di desa kami bisa berkarya dan mendapatkan penghasilan,” tegas Hadjar. (Z-1)

BERITA TERKAIT