Suasana sore menjelang senja di salah satu sudut Desa Bararawa, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Terlihat
sekelompok kaum ibu sedang berkumpul di sebuah anjungan tak jauh dari
kantor desa. Anjungan atau lapangan kecil ini terbuat dari kayu sama
seperti kondisi perkampungan Desa Bararawa yang berada di atas rawa.
Mereka datang dari rumah masing-masing dengan menggunakan perahu jukung membawa beberapa ikat tanaman purun kering. Sore itu adalah jadwal bagi kaum ibu menumbuk purun. Purun adalah jenis tanaman rawa
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan anyaman seperti
tikar, tas, topi dan lainnya.
Tanaman purun ini banyak tumbuh dan tersebar hingga ke wilayah
perbatasan provinsi tetangga, Kalimantan Tengah. "Tanaman purun ini ada dua jenis, purun biasa dan purun tikus. Untuk purun tikus tidak dapat dibuat anyaman karena lebih kecil dan mudah patah," tutur Imah,
perajin anyaman purun dari Desa Bararawa.
Sementara alat penumbuk purun sama seperti pada umumnya, berupa
roda besar terbuat dari kayu yang memiliki beberapa mata tumbuk (tongkat) dan digerakkan mesin. Alat penumbuk purun ini merupakan bantuan CSR dari sebuah perusahaan.
Aktivitas menumbuk purun dan membuat anyaman ini biasanya
berlangsung saat musim banjir atau air dalam. Saat itu, warga beristirahat dari aktivitas kesehariannya mencari ikan.
"Saat rawa dalam atau musim banjir seperti sekarang ini, warga memilih beristirahat dan kaum ibu membuat kerajinan anyaman untuk membantu ekonomi keluarga," kata Rahmadi, Kepala Desa Bararawa.
Uniknya hasil kerajinan anyaman purun ini tidak dijual tetapi
ditukar (barter) dengan beras kepada pedagang barang kelontong keliling
yang setiap pekan datang ke desa mereka. Penghasilan kaum ibu dari membuat anyaman ini per harinya hanya sekitar Rp5.000. "Sangat kecil tapi setidaknya bisa membantu ekonomi keluarga saat paceklik," kata Rahmadi.
Enceng gondok
Selain tanaman rawa purun, di kawasan rawa monoton ini juga
banyak terdapat tanaman enceng gondok yang juga dapat menjadi bahan baku kerajinan ataupun pupuk kompos. Namun karena berbagai keterbatasan dan kendala, warga desa baru bisa memanfaatkan tanaman purun.
"Enceng gondok kerap menjadi masalah karena tak jarang menutup sungai atau jalur transportasi warga dan itu bisa berlangsung berbulan-bulan. Jika ini bisa dimanfaatkan justru lebih baik," kata Haji Bahri, tokoh masyarakat Desa Bararawa.
Desa Bararawa adalah satu dari tujuh desa yang ada di Kecamatan
Paminggir. Kecamatan ini merupakan daerah terluar kabupaten yang berbatasan dengan Kalimantan Tengah. Sungai Barito sebagai batasnya.
Untuk menjangkau desa-desa rawa ini diperlukan waktu dua jam dari Kota Amuntai, ibukota kabupaten menuju Desa Danau Panggang. Dilanjutkan menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh 1-2 jam.
Menurut data Dinas Pembedayaan Masyarakat Desa (PMD) Kalsel, desa-desa di Kecamatan Paminggir yang berpenduduk total sekitar 8.000 jiwa ini
masuk kategori desa berkembang dan maju. Desa-desa ini memiliki keunggulan di sektor perikanan rawa dan peternakan kerbau rawa. (N-2)