28 February 2023, 21:19 WIB

Masyarakat Adat Jalawastu Brebes Gelar Ritual Ngasa, Perkuat Lembaga Adat


Supardji Rasban |

HARI masih pagi, matahari belum belum menampakkan pendar cahaya. Namun,
masyarakat adat di dataran Gunung Sagara, Dusun Jalawastu, Desa Ciseuruh, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sudah nampak beriringan menaiki perbukitan.

Seiring berpendarnya cahaya mentari pagi, jumlah mereka yang berpakaian serbaputih itu kian banyak.

Pada Selasa (28/2) pagi itu, warga tengah disibukkan dengan persiapan
menyambut hari suci. Hari suci sebagai ungkapan rasa syukur ini digelar
dengan ritual Ngasa di Gedong Pesarean yang mereka sebut sebagai tanah suci dengan berbagai pantangannya.

Gedong Pesarean berlokasi di kawasan tanah keputihan (tanah suci) yang
letaknya berada di atas Kampung Adat Jalawastu, Desa Cisereuh, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Ritual Ngasa digelar pada Selasa Kliwon kesembilan setiap tahunnya. Itu merupakan ritual yang digelar sejak leluhur mereka menganut Sunda Wiwitan.

Sebagai wilayah adat yang mayoritas penduduknya mengandalkan hasil alam, dalam ritual mereka mengarak hasil bumi. Berbagai hasil pertanian mulai dari padi, jagung, kelapa hingga sayur mayur diarak.

Hasil pertanian yang dihias menyerupai gunungan diarak dari saung budaya menuju lokasi ritual. Ritual diawali dengan pencipratan air suci di tubuh kepala daerah.

Kepala Desa Ciseuruh, Darsono, menyampaikan jika upacara Ngasa digelar
saban tahun sebagai upaya melestarikan tradisi para leluhur. "Termasuk
merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat adat Jalawastu atas hasil bumi," ujar Darsono.

Dalam ritual Ngasa, seorang tetua adat atau kakolot membacakan mantera di Gedong Pesarean. Dilanjutkan pembacaan doa sebagai bentuk syukur atas hasil bumi yang mereka nikmati. Usai berdoa, ritual diakhiri dengan makan bersama dengan menu nasi jagung dan sayur-sayuran.

Pemangku adat, Dodo Kaliwon, menuturkan masyarakat Jalawastu sangat menjaga adat istiadat mereka. Adat istiadat merupakan aturan atau tuntunan bagi warga Jalawastu yang harus dijaga sekaligus dipatuhi. Karena setiap individu punya tugas, misalnya Kuncen, Kakolot, Pemangku Adat dan Jagabaya.

"Upacara ini sebagai upaya melestarikan tradisi dan budaya leluhur kita
sebagai masyarakat adat Jalawastu. Berbagai pantangan dan peraturan para leluhur masih kita jaga sampai saat ini," ucap Darsono.


Pemerintah mendukung


Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar)
Brebes, Wijanarto, menjelaskan upacara Ngasa di Kabupaten Brebes digelar di dua tempat, yakni di Dusun Jalawastu dan Dusun Gandoang di Kecamatan Salem. Kedua wilayah tersebut memiliki pengaruh kuat terhadap Sunda Wiwitan.

"Ngasa itu merupakan wujud identitas sosial.  Kemudian solidaritas sosial masyarakat. Sekaligus penguatan nilai karakter masyarakat. Contoh keremojongan (kegotong-royongan) . Persoalan itu yang kita lihat dan perlu diingatkan kembali dalam upacara Ngasa," jelas Wijanarto.

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Julianus Limbeng, yang hadir dalam upacara Ngasa Jalawastu, menuturkan pihaknya telah memberikan dukungan
penguatan lembaga adat dan ritual adat Ngasa Jalawastu.

"Tak hanya upaya untuk penguatan adat, kami juga telah mendorong agar
mereka bisa memiliki hak atas pengelolaan hutan, yang kita sebut sebagai hutan adat seluas 64,9 hektare, " terang Julianus Limbeng. (N-2)

BERITA TERKAIT