17 February 2023, 15:31 WIB

Festival Jenang Solo Tetap Ngangeni


Widjajadi |

SECARA historis makanan jenang sudah melekat pada kehidupan masyarakat Nusantara atau Indonesia sejak era Kerajaan. Keberadaanya juga menjadi sesaji untuk mohon keselamatan.

Sejarawan Heri Priyatmoko mengatakan sesaji itu merupakan sarana untuk memohon keselamatan, kelancaran, dan hal-hal penangkal bala kepada Gusti Allah atau Tuhan.

"Jadi tidak bisa dimaknai sebagai klenik," kata dia dalam bincang acara Festival Jenang Solo 2023 di Ngarsopura.

Festival Jenang yang digelar Yayasan Jenang Indonesia ini dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Solo yang ke-278 pada 17 Februari sekaligus perwujudan jumenengandalem KGPAA Mangkunegoro X. Kali ini festival mengambil tema 'Pusaka Rasa Nusantara'.

Gelaran festival aneka jenang nusantara itu sebagai upaya melestarikan dan mempopulerkan makanan tradisional khususnya jenang ke kawula muda, agar semakin membumi.

"Yang jelas jenang nusantara ini keberadaannya memiliki nilai ritual dan kesejahteraan masyarakat Indonesia," imbuh Heri.

Menurut pengajar sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini jenang tercatat dalam kitab kuno Serat Tatacara tulisan Ki Padmasusastra, 1893. Keberadaanya sebagai simbol kehidupan, jenang disajikan disertai doa dan harapan untuk keselamatan. Banyak contoh kegunaan jenang seperti dipergunakan untuk Upacara Perkawinan dengan memasang Janur dll, serta menjadi sesaji dalam bentuk aneka makanan dalam wadah takir atau sudi, yang memiliki makna philosopis symbolicum (makna simbolik).

Yang jelas, lanjut dia, jenang masih lestari sampai sekarang serta memiliki filosofi dan melekat dalam upacara dan tata cara siklus hidup manusia. Namun bagi bangsa lain, porridge hanya bermakna makanan dari tepung yang halus dan cair.

Baca juga: Festival Jenang Surakarta Berlangsung Sederhana

Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa yang membuka festival jenang nusantara ini menegaskan jenang menjadi 'pusaka' dalam ketahanan pangan di setiap daerah di Tanah Air.

"Terutama di Kota Solo ini, jenang memiliki simbol khusus untuk keselamatan dan kesejahteraan," kata Teguh.

Jenang, ujar dia, melewati berbagai peradaban kehidupan, tantangan paceklik pangan namun eksistensinya tetap menjadi penyelamat asupan dalam kehidupan manusia.

"Dengan cita rasa dan nilai filosofis di dalamnya maka tidak lah berlebihan jika jenang atau bubur ini merupakan Pusaka Rasa Nusantara," ujarnya.
  
Festival Aneka Jenang di Koridor   
  
Ngarsopura ini juga menghadirkan sejumlah UMKM kudapan dengan mengambil tempat di Pamedan Pura Mangkunegaran. Ada 109 stand dan 60 PKK Kota, kecamatan dan kelurahan se-Kota Solo. Ada juga pasar jenang diikuti 25 UMKM.

Usai dibuka Wakil Wali Kota, ribuan aneka jenang dalam takir dan pincuk langsung tuntas diserbu ribuan warga yang sudah menanti sejak pagi.(OL-5)

BERITA TERKAIT