29 January 2023, 12:30 WIB

Festival Budaya Puhua untuk Merayakan Keberagaman


Lilik Darmawan |

DI depan pintu gerbang Puhua School, nuansa Imlek sudah begitu terasa. Pintu masuk berupa gerbang berwarna merah menampilkan tulisan Gong Xi Fa Cai. Lalu, ada pagelaran atraksi dan liong.

Halaman sekolah juga disulap menjadi sebuah ruangan yang memerkan berbagai  jenis teh. Ada rancangan instalasi serupa museum yang mendatangkan 28 varian chinese tea.

Yang menarik, setiap teh memiliki informasi yang ditampilkan dalam tiga bahasa yakni Indonesia, Inggris dan Mandarin. Hal itu sesuai dengan sekolah tersebut yang kesehariannya menggunakan tiga bahasa itu.

Baca juga: Jadikan Imlek Momentum Perayaan dan Suka Cita Kebangsaan

Tidak hanya pameran teh, para siswa menampilkan kebolehan untuk menyeduh, menyuguhkan, dan bercerita mengenai segala jenis teh yang ada lengkap dengan ciri khasnya dalam tajuk Tea Ceremony.

"Salah satu budaya minum teh ini, menjadi bagian penting alat komunikasi dan pembangun tradisi yang sarat makna," ungkap Ketua Yayasan Putera Harapan Banyumas atau Puhua School Yudi Sutanto, Sabtu (28/1).

Pameran teh itu merupakan bagian dari Festival Budaya Tahun Baru  Imlek Puhua School yang mengangkat tema Merajut Persatuan Melalui Seni, Budaya, dan Kuliner Tionghoa.

"Budaya minum teh tidak bisa dilepaskan dari tradisi masyarakat  Indonesia juga. Maka inilah yang kami sajikan, sebuah keberagaman yang senantiasa kami rawat. Inilah salah satu kegiatan unity in diversity atau kebersamaan dalam keberagaman telah dilakukan sejak awal pendirian sekolah juga," kata Yudi.

Selain pagelaran puluhan teh, Puhua School juga menyiapkan pertunjukkan dan pengetahuan dari empat pilar seni tradisional Tiongkok yaitu qin (musik), qi (permainan strategi), shu (kaligrafi), dan hua (lukisan kuas).

Siswa-siswi Puhua memperkenalkan aktivitas yang dapat dicoba langsung oleh pengunjung agar memiliki pengalaman dalam seni melukis payung, menulis aksara mandarin yang indah (shufa), hingga permainan keterampilan dan strategi catur mandarin (xiang qi) yang diperagakan langsung oleh siswi Puhua yang meraih juara nasional Xiang Qi, beberapa waktu lalu. 

Ada juga Liuqin, alat musik khas Tiongkok yang dimainkan  siswa mengiringi penampilan paduan suara Puhua Chorale Banyumas di panggung utama.

Menurut Yudi, chinese culture adalah salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia yang majemuk. 

Salah satu keunikan chinese  culture terletak pada berbagai simbol baik budaya maupun hidangan khas imlek. Selain teh, juga ada mie yang berasal dari Tiongkok, tetapi sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari keseharian masyarakat Indonesia.

Tetapi, bahan baku mie yang dikampanyekan berasal dari mocaf. Mengapa? Menurut Sekretaris Yayasan Putera Harapan Banyumas, Kartika Widjaja, pihaknya mengambil peran dengan memfasilitasi petani mocaf untuk memperluas pasar. Salah satunya, melakukan promosi melalui lomba memasak berbahan dasar mocaf ini. Kegiatan tersebut sekaligus untuk mendukung upaya diversifikasi pangan. 

"Kami sengaja menggelar lomba memasak untuk  mengenalkan tepung mocaf. Mereka yang berlomba adalah para siswa  berbagai sekolah di Banyumas," jelasnya.

Kampanye tepung mocaf merupakan hasil kolaborasi dengan Bank Indonesia Purwokerto yang memiliki petani binaan khusus untuk pengolahan bahan pangan non terigu. Ini merupakan gerakan konkret pada pentingnya gerakan pangan berbasis diversifikasi pangan lokal.

Sejatinya, berbagai acara yang digelar itu sebagai upaya merajut dan merayakan keberagaman sebagai akar persatuan dan membangun semangat toleransi yang senantiasa tercapainya hidup damai di antara sesama manusia. Salah satunya lewat festival seni dan budaya. (OL-1)

BERITA TERKAIT