SEBAGAI negara maritim, pelabuhan di Indonesia memegang peranan penting dalam konektivitas industri negara. Pelabuhan menjadi infrastruktur strategis yang mendukung kegiatan ekonomi dan mobilitas penduduk, dari era kerajaan hingga saat ini.
Salah satu pelabuhan bersejarah di Indonesia adalah Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan pelabuhan tertua di Indonesia. Pelabuhan itu menyimpan sejarah panjang dari perjalanan Ibu Kota Jakarta.
Pelabuhan Sunda Kelapa sudah ada sejak abad ke-5 dan merupakan pelabuhan di bawah kepemilikan Kerajaan Tarumanegara. Namun pada abad ke-12 berpindah tangan menjadi milik Kerajaan Sunda atau Kerajaan Pakuan Padjajaran.
Mengingat letaknya yang strategis, pelabuhan ini menjadi tempat singgah bagi kapal-kapal Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah. Berkat Posisi strategis, Pelabuhan Sunda Kelapa juga kerap diperebutkan oleh berbagai kerajaan hingga negara seperti Kerajaan Demak, Portugis, Kerajaan Banten, hingga Belanda.
Setelah Kerajaan Banten berkuasa selama hampir satu abad di Sunda Kelapa serta mengubah namanya menjadi Jayakarta. Pada 30 Mei 1619, kuasa di Jayakarta diambil oleh bangsa Barat. Bukan oleh bangsa Portugis, melainkan oleh bangsa Belanda. Adalah Jan Pieterzoon Coen, melalui asosiasi kamar dagang Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), berhasil memimpin pasukan dan mengalahkan pasukan Banten serta mengambil alih Jayakarta.
Kemudian Coen, lebih jauh, mengubah nama kota pelabuhan tua ini menjadi Batavia. Inilah yang jadi titik tolak diambil alihnya Sunda Kelapa, atau sebutlah juga Jayakarta ini, merupakan awal mula sejarah kolonialisme Hindia Belanda di Indonesia.
Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 - 1645) adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia dilakukan pada tahun 1628 dan 1629. Sayangnya, kedua upaya dari Kesultanan Mataram ini tidak membuahkan hasil.
Seiring perjalanan waktu, kini Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu kawasan heritage di Kota Tua Jakarta tepatnya terletak di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor D.IV a.4/3/74 tanggal 6 Maret 1974, nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama pelabuhan dan situs budaya Kota Tua.
Maritime Awards
Berkat sejarah panjang yang dimilikinya di sektor kemaritiman Indonesia, Panitia Pelaksana International Sea Port Exhibition and Conference (ISPEC) dan Maritime Awards memilih Pelabuhan Sunda Kelapa tempat perhelatan Maritime Awards yang digelar 10 Februari 2023.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pelaksana International Sea Port Exhibition and Conference (ISPEC) dan Maritime Awards Fajar Bagoes Putranto. "Kegiatan Penganugerahan Maritime Awards diselenggarakan pada 10 Februari 2023," kata Fajar Bagoes di Jakarta, Rabu (18/1).
Maritime Award merupakan salah satu program utama kegiatan yang diselenggarakan oleh penyelenggara ISPEC (International Sea Port Exhibition and Conference) didukung oleh Keluarga Besar Ir. H. Djuanda Kartawidjaja dan Keluarga Besar Soedarpo Sastrosatomo serta Yayasan Biijina Paksi Sitengsu.
"Award atau penghargaan yang akan diberikan terdiri dari dua kategori utama yakni Diplomasi Maritim, Perintis dan Praktisi di Bidang Maritim dan diberi nama Ir. H. Djuanda Kartawidjaja Award, serta Kategori Inisiator Kebijakan di Bidang Pembangunan Maritim yang akan menerima Soedarpo Sastrosatomo Award," terangnya.
Rencananya Maritim Award bakal dihadiri Sri Sultan Hamengkubuwono X, Anggot Dewan Pertimbangan Presiden Habib Luthfi Bin Yahya, Wakil Ketua Dewan PerwakilanDaerah (DPD) Nono Sampono, Prof. Hasyim Djalal, delapan Gubernur Provinsi Kepulauan dan 25 Bupati/Walikota dari Kabupaten/Kota Kepulauan.
"Ditambah praktisi, akademisi maritim seluruh Indonesia, Asosiasi Port Shipping Logisti, Kamar Dagang dan Industri (Kadin), hingga para Duta Besar Besar dari beberapa negara sahabat," lanjut Fajar Bagoes.
Selain memberikan anugerah Maritime Awards 2022 kepada sejumlah tokoh nasional, dalam kesempatan itu Sri Sultan HB X dan Habib Muhammad Luthfi bin Yahya akan menyampaikan orasi kebangsaan terkait kedaulatan maritim Indonesia. Sri Sultan HB X akan membawakan orasi bertema "Indonesia Ocean Policy and Maritime Soeverignity". Sementara Habib Luthfi sebagai representasi Nahdlatul Ulama (NU), juga akan membuka rangkaian acara Penganugerahan Maritim Awards 2022.
Pelaksanan acara Maritime Awards di atas sebuah kapal pinisi yang tengah bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa. Kapal pinisi tersebut menjadi Rumah Sakit Apung (RSA) dr. Lie Dharmawan, seorang dokter ahli bedah pendiri rumah sakit apung tersebut.
Rumah sakit ini ditujukan untuk memberikan pelayanan medis ke masyarakat Indonesia di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), khususnya wilayah Indonesia Timur. Tak hanya proaktif melakukan jemput bola pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit apung ini pun tidak dipungut biaya alias gratis. Dr. Lie Dharmawan merupakan salah satu kandidat penerima Maritime Award untuk Kategori Diplomasi Maritim, Perintis dan Praktisi di Bidang Maritim.
baca juga: Sri Sultan HB X akan Menerima Maritime Awards Kategori Utama
Acara Maritime Awards akan dimeriahkan oleh konser dari Yogyakarta Royal Orchestra (YRO). Konser ini terbilang istimewa karena untuk pertama kali digelar di sebuah kapal phinisi sehingga rencananya akan dimasukan di rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).
Kehadiran musik orkestra di Yogyakarta tidak bisa dipisahkan dari peran penting Keraton Yogyakarta sebagai salah satu pusat budaya Jawa (pusering bumi). Beragam seni budaya adiluhung menjadi kekayaan tak ternilai yang dimiliki keraton. Seni tari, karawitan, seni sastra, wayang orang, wayang kulit, wayang golek, hingga musik Eropa.
Sultan Hamengkubuwono VIII (1921-1939) mengembangkan wayang wong, seni tari klasik, karawitan dan mengakomodir musik orkestra yang dikenal dengan Kraton Orcest Djogja.
Setelah hampir 70 tahun tidak aktif, kegiatan musik orkestra di Keraton Yogyakarta mulai diaktifkan kembali pada tahun 2019. Atas prakarsa dan perjuangan KPH Notonegoro yang telah mendapatkan izin dari Sri Sultan Hamengkubuwono X maka aktivitas musik orkestra dimulai dengan pementasan ansambel musik tiup di Bangsal Mandalasana pada hari Minggu, 18 Agustus 2019, dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74.
Tanggal 21 Juni 2021 akhirnya Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) diresmikan oleh Sri Sultan HB X dan dilanjutkan menggelar musik perdana di Pagelaran Keraton Yogyakarta. YRO di bawah lembaga Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhamardawa pimpinan KPH Notonegoro. (N-1)