DINAS Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT), mengirim tujuh sampel darah babi guna memastikan apakah babi-babi yang ada di Flotim terjangkit virus Demam babi Afrika atau African Swine Faver (ASF) atau tidak.
Menurut Kabid Kesehatan Hewan Vian Kiti Tokan, satu di antara tujuh sampel yang dikirim ke Laboratorium Penguji Balai Besar Veteriner Denpasar, Bali, positif ASF.
"Kita ambil tujuh sampel dan ada satu yang positif. Yang positif itu hasil campuran darah dari dua ternak babi," ujarnya saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (17/1).
Ia membenarkan, sampel babi yang positif ASF merupakan ternak bantuan Pemerintah Pusat yang terindikasi virus setelah satu minggu berada di Kota Larantuka. Ia memastikan bantuan itu mulanya belum terpapar ASF karena pendistribusian melewati pemeriksaan PCR dan hasilnya negatif.
"Jadi babi ini bantuan APBN yang dari Kupang. Memang dipersyaratkan negatif melalui pemeriksaan PCR, tetapi mungkin terpapar satu minggu setelah pengambilan darah," katanya.
Bantuan sebanyak 50 ekor untuk membangkitkan usaha masyarakat pasca wabah tiga tahun terakhir justru mendapat persoalan serupa. Terdapat 30 ekor mati namun dipastikan semuanya bukan dari virus ASF.
Dengan satu sampel positif, katanya, wabah ASF belum menyebar ke ternak lainnya, namun pihaknya terus melakukan pencegahan secara simptomatik mengingat obat ASF belum ditemukan.
"Karena ASF ini tidak ada obat, jadi kita melakukan pengobatan simptomatik atau mengobati gejala, kemudian melakukan disinveksi," ungkapnya. (OL-1)