ANITA Sogen, warga Desa Bahinga, Kecamatan Tanjung Bunga, duduk beralaskan karung bekas di lapaknya. Ia menjajakan sayuran kepada setiap pembeli yang datang di Pasar Inpres Larantuka, NTT.
Sesekali Anita mengusap keringatnya yang menetes dengan kain penutup kepalanya. Tak berselang lama, Anita didatangi petugas penagihan karcis Pasar Inpres Larantuka. Sambil menyodorkan bukti pembayaran karcis sebesar Rp2 ribu, petugas tersebut lalu meminta uang dari Anita.
Karena sayurannya belum ada yang terjual, wanita itu akhirnya meminjam uang dari temannya yang berjualan persis di samping lapaknya.
Usai petugas pergi, Metro TV ini mencoba mendatangi dan menanyakan apakah wajib membayar karcis meskipun belum ada dagangan yang laku. Dengan lembut, Anita menjawab bahwa itu peraturan yang harus ditaati pedagang di Pasar Inpres Larantuka.
"Mereka tidak mau tahu, mau dagangan dibeli atau tidak, kami wajib bayar karcis pak," ujar wanita berusia 49 tahun tersebut sembari tersenyum kecil.
Baca juga: PJU Hanya Jadi Hiasan, Pelabuhan Larantuka Gelap Gulita di Malam Hari
Anita melanjutkan, dirinya kerap berhutang hingga Rp10 ribu kepada teman penjual lainnya hanya untuk membayar karcis lantaran belum ada pembeli yang mengambil barang dagangannya selama beberapa hari.
"Saya kadang pinjam teman punya uang sampe Rp10 ribu kalau beberapa hari sayur tidak ada yang beli. Saya akan kembalikan kalau sudah ada yang beli dagangan saya," tuturnya.
Anita menjelaskan terkadang ia bersama teman-teman sekampung yang juga berjualan di Pasar Inpres Larantuka harus bermalam di lapak masing-masing.
"Kalau untuk penginapan, kadang kalau dagangan tidak laku kami tidur di dalam lapak pasar sampe beberapa hari hingga dagangan habis terjual," tukasnya.(OL-5)