RIBUAN hektare lahan persawahan di 58 desa di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terancam gagal panen lantaran terendam banjir. Kerugian diprediksi mencapai puluhan miliar rupiah.
Pihak Dinas Pertanian Kabupaten Pati mengatakan areal persawahan yang terendam banjir tersebar di 9 kecamatan. Wilayah tersebut adalah Kecamatan Sukolilo, Kayen, Gabus, Jakenan, Margorejo, Pati, Juwana, Tayu, dan Dukuhseti.
Baca juga: Pemkot Bandung akan Naikkan Tarif Pakir, tapi DPRD Belum Tahu
Tanaman padi yang terendam banjir berumur satu minggu hingga 40 hari dan baru saja dipupuk. Total areal tanaman padi yang terendam mencapai 2.674 hektare. Sementara itu, lahan yang mengalami puso atau gagal panen mencapai 657 hektare.
"Dari sisi umur tanaman rata-rata antara 10 hingga 40 hari. Saat ini tanaman padi yang dinyatakan puso sudah mencapai 657 hektar," terang Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pati, Nikentri Meiningrum, Jumat (6/1/2023).
Jika dikalkulasi, petani merugi puluhan miliar rupiah akibat banjir dengan estimasi kerugian per hektar, sekitar Rp3.416.000 untuk padi yang masih berumur satu hingga hingga 35 hari.
Pihaknya akan mendorong supaya asuransi petani bisa dicairkan, bagi petani yang sudah terdaftar karena kerugian diperkirakan cukup besar.
"Kerugian kita belum bisa menghitung totalnya, karena umur tanaman padi mempengaruhi angka kerugian. Namun, kita akan mendorong agar para petani bisa mendapatkan kompensasi dari asuransi," tutur Niken.
Salah satu daerah persawahan yang terendam banjir berada di Desa Mintobasuki, Kecamatan Gabus. Areal sawah yang terendam mencapai 80 hektare, dan padi yang puso diperkirakan mencapai 25 hektare.
Parnoto, petani yang terdampak, menyebut kejadian ini membuatnya dan petani lain di Desa Mintobasuki mengalami kerugian yang cukup besar karena gagal panen. Ia meminta pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap nasib para petani.
"Di Desa Mintobasuki sudah seluruh lahan sawah terendam banjir, ketinggian air di sini sudah mencapai 60 cm. Kami meminta pemerintah bisa membantu petani menyediakan benih dan pupuk yang mencukupi agar bisa kami tanam kembali usai banjir surut," pinta Parnoto.
Diketahui banjir di Kabupaten Pati sudah menggenangi persawahan sejak awal bulan Desember tahun lalu. Banjir diakibatkan oleh tingginya intensitas hujan sehingga Sungai Juwana meluap. Tak hanya lahan pertanian, air juga merendam permukiman warga. (Ren/A-3)